Jumat, 17 Juni 2011

~::*13 Aurat Wanita*::~

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

1. Bulu kening – Menurut Bukhari, Rasullulah melaknati perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening – Petikan dari (Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari)

2. Kaki memakai gelang kaki berloceng – Dan janganlah mereka (perempuan) menghentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan – Petikan dari (Surah An-Nur Ayat 31.) Keterangan : Menampakkan kaki dan meng-ayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah.

3. Wangi-wangian atau parfum – Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong kapal kata orang sekarang hidong belang – Petikan dari (Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban)

4. Dada – Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka – Petikan dari (Surah An-Nur Ayat 31.)

5. Gigi – Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya – Petikan dari Hadis Riwayat At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah – Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

6. Muka dan leher – Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.

7. Muka dan Tangan – Asma binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja – Petikan dari (Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.)

8. Tangan – Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya – Petikan dari (Hadis Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.)

9. Mata – Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya – Petikan dari( Surah An Nur Ayat 31.)

Sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram – Petikan dari (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.)

10. Mulut (suara) – Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik – Petikan dari (Surah Al Ahzab Ayat 32.)

Sabda SAW, Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi – Petikan dari (Hadis Riwayat Ibn Majah.)

11. Kemaluan – Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka – Petikan dari (Surah An Nur Ayat 31).Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya – (Hadis Riwayat Riwayat Al Bazzar.)

Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah – Petikan dari (Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.)

12. Pakaian – Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti – Petikan dari (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah.)

Petikan dari (Surah Al Ahzab Ayat 59. )Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali . Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya - Petikan dari (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.) Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu.

13. Rambut – Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya – Petikan dari (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.)


Sumber:Admin-Muslimah sholehah..

Terlalu Lama Menangis, Otak Si Kecil Bisa Rusak

Saat si kecil mulai menangis, apakah moms langsung menolongnya atau membiarkannya dulu?
 
Hati-hati loh moms, bayi yang sering dibiarkan menangis terlalu lama bisa memiliki masalah dalam pengembangan otaknya.

Sebuah studi membuktikan bahwa otak bayi yang dibiarkan menangis dalam jangka waktu lama, berisiko mengalami kerusakan dalam perkembangan yang dapat mengurangi kapasitasnya untuk belajar.

Penelope Leach, seorang pakar kesehatan anak, mengatakan bahwa menangis itu adalah satu-satunya cara bayi untuk memberikan sinyal ketika ia merasa tidak nyaman atau tertekan. Semakin keras bayi menangis menunjukkan ia sedang stres. Stres yang akut bisa menyebabkan reaksi hormonal berantai yang pada akhirnya dapat merangsang kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon stres.

Jika hal ini berlangsung terus menerus bisa menghasilkan banyak hormon stres yang dapat merusak otak bayi. Bukan berarti bayi tidak boleh menangis atau orangtua menjadi khawatir jika semua bayinya menangis. Menangis tidak buruk untuk bayi, tapi menangis yang tidak mendapatkan responslah yang bisa berakibat buruk. 

Jadi, jika moms mendengar si kecil mulai menangis, jangan membiarkannya terlalu lama. Segeralah menolongnya.

CARA BIJAK MEMARAHI ANAK

Sebagaimana senyuman yang damai, kadang kita harus memarahi anak. Ini bukan berarti kita meninggalkan kelembutan, sebab memarahi dan sikap lemah-lembut bukanlah dua hal yang bertentangan. Lemah-lembut merupakan kualitas sikap, sebagai sifat dari apa yang kita lakukan. Sedangkan memarahi -bukan marah-merupakan tindakan. Orang bisa saja bersikap kasar, meskipun dia sedang bermesraan dengan istrinya.

Persoalan kemudian, kita acapkali tidak bisa meredakan emosi pada saat menghadapi perilaku anak yang menjengkelkan. Kita menegur anak bukan karena ingin meluruskan kesalahan, tetapi karena ingin meluapkan amarah dan kejengkelan. Tidak mudah memang, tetapi kita perlu terus-menerus belajar meredakan emosi saat menghadapi anak, utamanya saat menghadapi perilaku mereka yang membuat kita ingin berteriak dan membelalak. Jika tidak, teguran kita akan tidak efektif. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka justru semakin menunjukkan “kenakalannya”.Sekali lagi, betapa pun sulit dan masih sering gagal, kita perlu berusaha untuk menenangkan emosi saat menghadapi anak sebelum kita menegur mereka, sebelum kita memarahi mereka.

Selebihnya, ada beberapa catatan yang bisa kita perhatikan: Ajarkan Kepada Mereka Konsekuensi, Bukan Ancaman

Anak-anak belajar dari kita. Mereka suka mengancam karena kita sering menghadapi mereka dengan gaya mengancam. Mereka melihat bahwa dengan cara mengancam, apa yang diinginkannya dapat tercapai. Dari kita, mereka juga belajar meluapkan kemarahannya untuk menunjukkan “keakuannya”.

Saya tidak memungkiri, banyak pengaruh luar yang bisa mengubah perilaku anak. Teman-teman sebaya, khususnya yang sangat akrab dengan anak, bisa mempengaruhi anak. Ia meniru temannya dari cara bicara, bertindak, mengekspresikan kemarahan, sampai dengan kata-kata yang diucapkan. Kadang anak memahami apa yang dikatakan, tetapi terkadang anak tidak tahu apa maksudnya. Ia hanya menirukan apa yang didengar.

Perbincangan kita kali ini bukanlah tentang peniruan. Karena itu marilah kita kembali berbincang bersama bagaimana ancaman kepada anak, acapkali tidak menghasilkan perubahan yang baik. Ancaman tidak banyak bermanfaat untuk menghentikan kenakalan anak atau perilaku yang membuat kita sewot. Sebaliknya, ancaman justru membuat anak belajar berontak dan menentang. Salah satu sebabnya, anak merasa orangtua tidak menyayangi ketika kita meneriakkan ancaman di telinga mereka. Selain itu, kita sering lupa menunjukkan apa yang seharusnya dikerjakan anak manakala kita asyik melontarkan ancaman.Lalu apa yang perlu kita lakukan?

Pertama, Adalah buruk memarahi tanpa memberikan penjelasan. Sekali waktu kita perlu duduk bersama dalam suasana yang mesra dengan anak untuk berbicara tentang aturan-aturan.

Kedua, kita bisa membuat komitmen bersama dengan anak untuk mematuhi aturan. Misalnya, mintalah kepada anak agar tenang ketika ada tamu. Kalau ada yang perlu disampaikan, atau anak menginginkan sesuatu, hendaknya menyampaikan kepada orangtua dengan baik-baik dan bersabar bila belum bisa memenuhinya.

Bersama dengan komitmen ini kita bisa membicarakan dengan anak konsekuensi apa yang bisa diterima bila anak mengamuk di saat ada tamu. Sekali lagi, konsekuensi ini disampaikan dengan nada yang akrab. Bukan ancaman. Bila anak melakukan hal-hal negatif yang sangat mengganggu, orangtua bisa mengingatkan kembali kepada anak dan lagi-lagi tidak dengan nada mengancam.

Di sinilah letak beratnya. Kita acapkali mudah kehilangan kendali. Kita mudah membelalak saat marah, tetapi lupa untuk konsisten.

“Ibu / Bapak Kan Sudah Bilang Berkali-kali.”

Perilaku yang menjengkelkan memang lebih mudah diingat, lebih membekas dan cenderung menggerakkan kita untuk segera bertindak. Sebaliknya perilaku positif cenderung kurang bisa mendorong kita untuk memberi komentar, kecuali jika perilaku tersebut benar-benar sangat mengesankan. Konsumen yang kecewa pada suatu produk, akan segera menggerutu ke sana kemari, meski kekecewaan itu sebenarnya tidak seberapa. Tetapi konsumen yang puas cenderung akan diam saja, kecuali jika kepuasan itu sangat menakjubkan. Orangtua dan anak juga demikian. Orangtua mudah ingat perilaku negatif anak, sementara anak mungkin tidak bisa melupakan tindakan orangtua yang menyakitkan hatinya.

Salah satu kebiasaan umum orangtua yang menyakitkan hati anak sehingga bisa melemahkan citra dirinya adalah ungkapan, “Ibu / Bapak sudah berkali-kali bilang, tapi kamu tidak mau mendengarkan.”

Ungkapan ini memang efektif untuk membuat anak diam menunduk. Tetapi ia diam karena harga dirinya jatuh, bukan karena menyadari kesalahan. Jika ini sering terjadi, anak akan memiliki citra diri yang buruk. Dampak selanjutnya, konsep diri dan harga diri (self esteem) anak akan lemah. Anak melihat belajar memandang dirinya secara negatif, sehingga lupa dengan berbagai kebaikan dan keunggulan yang ia miliki. Sebaliknya orangtua juga demikian, semakin sering berkata seperti itu kepada anak, kita akan semakin mudah bereaksi secara impulsif. Kita semakin percaya pada anggapan sendiri bahwa anak-anak kita memang bandel, menjengkelkan dan susah dinasehati.

Tidak mudah memang, tetapi kebiasaan memarahi anak dengan ungkapan “Bapak kan sudah bilang berkali-kali” atau yang sejenis dengan itu, harus kita kikis secara sadar dari sekarang. Kita perlu menguatkan tekad untuk berkata yang lebih positif, betapa pun hampir setiap komentar kita masih buruk.

Jangan Cela Dirinya, Cukup Perilakunya Saja

Suatu saat, kira-kira jam setengah dua dini hari seorang anak saya bangun dari tidurnya. Ia kemudian beranjak dan mengajak adiknya yang masih bayi bercanda, padahal adiknya baru saja tertidur. Sebagaimana ibunya, saya juga sempat emosi. Hampir-hampir saya tidak dapat mengendalikan emosi, tetapi saya segera tersadar bahwa yang dilakukan oleh anak saya merupakan cerminan dari rasa sayangnya kepada adik. Nah, apa yang terjadi jika saya mencela anak saya? Apalagi kalau saya memelototi dan menghardiknya keras-keras, iktikad baik itu bisa berubah menjadi kemarahan sehingga anak justru mengembangkan permusuhan kepada adiknya. Ia bisa belajar membenci adiknya.

Apa yang saya ceritakan hanyalah sekedar contoh. Tidak jarang anak menampakkan perilaku “negatif”, padahal ia tidak bermaksud demikian. Suatu ketika, pulang dari play-group anak saya berkata, “Bapak kurang ajar.” Setelah saya tanya maksudnya, ternyata dia tidak mengerti makna kurang ajar. Ia mengatakan,“Kurang ajar itu ya main-main, sembunyi-sembunyian.”

Kita sangat mudah keliru menangkap maksud anak. Kita gampang terjebak dengan apa yang kita lihat. Karenanya kita perlu belajar untuk lebih terkendali dalam menilai anak. Jangan sampai terjadi anak punya maksud baik, tetapi justru kita cela dirinya sehingga justru mematikan inisiatif-insiatif positifnya. Bahkan andaikan ia memang melakukan tindakan yang negatif, dan ia tahu tindakannya kurang baik, yang kita perlukan adalah menunjukkan bahwa ia seharusnya bertindak positif. Kita luruskan perilakunya. Bukan mencela dirinya. Sibuk mencela anak membuat kita lupa untuk bertanya, “Kenapa anak saya berbuat demikian?” Di samping itu, celaan pada diri -dan bukan pada tindakan-bisa melemahkan citra diri, harga diri dan percaya diri anak. Pada gilirannya, anak memiliki motivasi yang rapuh.

Sebagian kita merasa tidak merasa mencela anak, padahal ucapan kita menyudutkan anak. Misalnya, “Kamu kenapa tidak mau mendengar nasehat bapak? Heh? Kamu selalu saja ngeyel.”

Pada ucapan ini, fokus kemarahan kita adalah anak sebagaimana kita tunjukkan dengan kata kamu. Bukan tindakannya yang salah.

Jangan Katakan “Jangan”

Barangkali tidak ada kata yang lebih sering diucapkan oleh orangtua pada anak melebihi kata “jangan”. Kita menggunakan kata jangan begitu melihat anak melakukan tindakan yang kurang kita sukai. Kita juga menggunakan kata jangan, bahkan di saat kita mengharap anak melakukan yang lain. Padahal kata jangan tidak membuat mudah mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Akibatnya, anak sulit memenuhi harapan orangtua, sementara orangtua bisa semakin jengkel karena merasa nasehatnya tidak didengar anak. Orangtua merasa anaknya suka ngeyel (kepala batu, orang Bugis bilang).

Lalu, apakah kita tidak boleh memberi larangan? Saya tidak dapat membayangkan betapa hancurnya sebuah dunia tanpa ada larangan sama sekali. Begitu pun keluarga. jangan katakan jangan pada saat ia sedang melakukan kesalahan. Tunjukkanlah apa yang seharusnya dilakukan. Atau bersabarlah sampai ia menyelesaikan maksudnya, Kalau kita tidak mau anak bermain pasir di teras, katakanlah, “Nak, main pasirnya di luar teras saja, ya?”
Singkat, padat, jelas dan positif. Bukan, “Ayo, jangan main pasir di teras. Saya pukul kamu nanti.”

Kapan sebaiknya kita sampaikan larangan? Saat terbaik adalah ketika anak sedang akrab dengan orangtua. Dalam suasana netral, larangan yang kita berikan pada anak akan lebih efektif. Anak lebih mudah memahami. Mereka bisa menerimanya sebagai aturan. Bukan menganggapnya sebagai serangan kepada dirinya.


http://bintang9.blogdetik.com/cara-bijak-memarahi-anak/

Rapor Merah

Sungguh hati kita sangat tidak nyaman  menerima rapor anak kita dengan beberapa nilai di bawah standar minimal. Ketidak nyamanan tersebut disebabkan oleh rasa kecewa atas nilai-nilai tersebut dan sedikit rasa malu,saat gurunya menunjukkan nilai tersebut kepada kita. Akan tetapi sebenarnya putra-putri kita yang mendapatkan nilai-nilai tersebut merasa lebih tidak nyaman dari pada kita,. Mendapatkan nilai kurang baik itu sendiri membuatnya tidak nyaman. Mereka juga tidak nyaman saat akan menghadapi respons kedua orang tua nya. Mereka sendiri mungkin merasa malu kepada teman2 yang mendapatkan nilai lebih baik dari pada dirinya.

                 Diantara kedua ketidaknyamanan tersebut,yaitu rasa tidak nyaman orang tua dan rasa tidak nyaman anak, sebenarnya ada hal yang lebih penting untuk di bicarakan yaitu manajemen respons orang tua kepada anak terhadap nilai2 tersebut . Jenis respons yang diambil orang tua terhadap nilai2 tersebut sangat menentukan positif  atau negatifnya pengaruh setiap nilai terhadap pendidikan anak. Beberapa orang tua menganggap bahwa nilai merah adalah hal buruk yang harus di hindari putra mereka.Dengan pemahaman seperti  ini,orang tua akan cenderung menuntut dan bersikap menyalahkan anak jika terdapat nilai merah pada rapornya.Orang tua yang memiliki pandangan berbeda bahwa nilai merah adalah hal yang sangat wajar dan bukan merupakan sebuh kesalahan. Dengan pandangan seperti ini orang tua cenderug lebih menerima  nilai anak dan menganggapnya sangata wajar.

                Ada dua hal yang terkait dengan tanggapan anak atas respons kita yang juga perlu dipertimbangkan.Pertama adalah penerimaan yaitu kita sebagai orang tua harus menerima bahwa nilai merah tersebut adalah sebuah keniscayaan di dalam hidup, bukan merupakan sebuah dosa. Kedua adalan Na ach atau kebutuhan berprestasi. Seorang anak perlu mendapatkan tuntutan dari dirinya sendiri dan orang lain untuk mendapatkan nilai yang baik. Kemampuan kita sebagai orang tua untuk menyeimbangan antara penerimaan tulus terhadap nilai merah dan membangun tuntutan., baik internal maupun eksternal kepada anak untuk mendapatkan nilai yang baik adalah sebuah kunci keberhasilan kita. Sebagai contoh, Seorang anak yang mendapatkan nilai buruk kemudian ia begitu gelisah bahkan hingga mengalami strees berat. Mungkin hal itu di akibatkan orang tua atau lingkungan sekelilingnya kurang dapat menerima nilai kurang baik tersbut dengan tulus karena tuntutan N ach dari orang tua atau lingkungan sekelilingnya terlalu tinggi, Disinilah peran orang tua untuk membangun suasana sehingga mereka sendiri maupun dari lingkungan dapat menerima keadaan ini dengan lebih tulus.

                Contoh lain adalah seorang anak yang mendapatkan nilai buruk, tetapi begitu nyaman dengan kondisinya. Ia tidak memiliki perasaan bersalah. Mungkin hal itu diakibatkan oleh toleransi yang terlalu besar dari orang tua dan lingkungan sekelilingnya, serta N ach yang terlalu rendah. Ia merasakan tidak adanya tidak adanya tuntutan dari orang tuanya dan lingkungannya untuk meningkatkan  prestasinya peran orang tua dalam konteks ini adalah tetap menerima bahwa nilai kecil adalah hal yang wajar sehingga memunculkan keinginan berprestasi anak untuk meraih nilai yang baik setahap

                  Terlepas dari beberapa pandangan yang berbeda tersebut ada beberapa hal yang harus di perhatikan orang tua sat menghadapi rapor putra-putrinya .

1.amati dengan seksama rapor putra putri kita baik yang berbentuk kualitatif maupun kuantitatif. Hindarkan sikap tergesa-gesa untuk memberi komentar ,apalagi meelkukan reaksi terhadap nilai-nilai yang kurang baik.

2. Mulailah merespons dari nilai2 yang baik dengan member pujian dan ucapan terima kasih atas prestasinya.

3. Hindari membanding – bandingkan rapor putra kita dengan rapor temannya dan tidak menganggap penting peringkat(rangking) yang ada di sekolah. Setiap anak memiliki keunikan dan keunggulan masing2. Dorong anak kita untuk berprestasi. Jika terpaksa,kita dapat membandingkan nilai yang di perolehnya sekarang dengan nilai yang didapatnya pada ujian yang lalu.

4. Menghadapi setiap nilai yang di peroleh anak, baik tinggi maupun rendah. Tawaran bantuan kepada anak untuk meningkatkan nilainya.

5. Beberapa anak perlu di bantu untuk memahami arti sebuah nilai supaya mereka dapat menimbang hubungan antara usaha yang mereka keluarkan dan nilai mereka dapat.

 6.semua sikap harus bersandar pada paradigm bahwav nilai baik dan nilai buruk adalah wajar dan bukan merupakan kesalahan. Cara orang tua merespons itulah yang lebih penting.

“”Kadang manusia berhasil karena kegagalannya dan kadang manusia gagal karena keberhasilannya.””

KETIKA MAGHFIRA BERTANYA NABI MUSA (2)

Nah, anak yang saya bicarakan ini, pada saat itu berusia 5 tahun beruntung dia dilahirkan dalam lingkungan normal. Teringat saya dengan buku-buku best seler yang menceritakan kesulitan-kesulitan kepribadian anak yang disebabkan oleh konflik disekelilingnya, wuih berat juga anak-anak yang terlahir ditengah perang. Tidak terbayangkan! Seorang sahabat yang pernah terjun ke kancah bosnia untuk membantu anak-anak dan remaja di sana pernah menceritakan kepada saya, betapa berat beban yang harus disandang oleh anak-anak dalam wilayah konflik dan perang. Syukurlah anak-anak kita  tudak. Mereka termasuk dalam kategori anak-anak yang beruntung, termasuk Maghfira tokoh kita kali ini.

Sungguh, beruntung ia terbiasa melihat ayah, ibu dan seluruh keluarga besarnya shalat 5 waktu. Setiap kali bepergian, mereka bisa berhenti dimanapun jika azan terdengar. Sebenarnya kesempatan ini sangat menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Selain dapat mengunjungi berbagai masjid yang berlainan dan berlarian di halaman, anak-anak dapat melihat interior yang berbeda-beda. Berlomba-lomba mengisi kotak jariah. Belajar memahami adab jamaah dan sebagainya. Maghfira si gadis kecil kita pun demikian. Ia sangat menyukai itu.

Namun tidak mudah mengambil hati anak-anak untuk ikhlas melaksanakan shalat. Hampir-hampir saya yakin bahwa hal ini dialami oleh sebagian besar kita, para orang tua.

Sore itu lembayung penuh. Ibu dan anak, berdua saja menatap langit. Azan maghrib berkumandang. Jendela dan pintu telah tertutup semua. Maghfira dan ibunya berpelukan  rapat, terasa sebuah kehangatan. Sambil mendenguskan napas ke birai-birai rambutnya yang lebat, ibunya berkata, “Bunda wudlu dulu ya, Nak,!”

Magfirah cantik menggeliat  sambil memungut bonekanya bonekanya yang terjatuh, lalu terlentang diatas lampit di dekat situ. Sebuah lampit raksasa yang sekian tahun lalu di beli dari pabriknya langsung di Kalimantan. Ukurannya istimewa besar tidak seperti lampit-lampit yang di jual di jalan-jalan .  memang dulu ibunya sering pergi tugas keluar daerah ketika suatu hari ke Kalimantan, pulangnya membawa sepuluh lampit raksasa yang di bagi-bagikannya kepada beberapa keluarga. Yang sekarang di tiduri oleh maghfira ini adalah lampit terakhir yang tersisa. Memang sangat nyaman tidur di lampit.maghfira pun demikian kali ini nyaman bergolek diatas bilah-bilah bambo itu.

Beberapa saat, sang ibu tercenung, ia diamkan sejenak putrinya bergolek begitu, ia beringsut menunduk,  sekadar  hendak menelisik, apakah ada perubahan wajah sang putri cantiknya mendengar ia hendak berwudlu. Namun si gadis terus asyik bermain-main dengan boneka nya. Tampak seperti sengaja ia bergeming. Mungkin ia ingin menunjukkan bahwa ia tidak tertarik dengan ide shalat ibunya,mungkin begitu atau mungkin juga itu sikap perlawanannya karena masalah shalat di rumahnya di rasakan over promoted baginya. Wallahu a’lam.

Banyak juga orang tua yang teramat ‘’ngotot’’ memaksakan shalat lima waktu,tanpa  mencari cara terbaik dalam menyosialisasikannya. Apa betul??
Mungkin ibunya mghfira tidak sendiri. Akan tetapi mungkin belum banyak ibu yang mau mengorbankan waktu yang untuk sekadar menanam rasa ingin sholat dengan cara yang bijak. Tindakan yang  di banyak di lakukan adalah cara instan, marah , pokoknya ikut aturan. Atau ancaman.Sementara itu si ibu dalam tokoh kali ini berusaha sabar untuk mencari celah dan juga ia mau berubah. Mari kita lihat juga di alam pikirannya, apa yang sedang berproses saat sang anak tidak menunjukkan minat mengikuti langkahnya untuk saat itu.

Ketika Mghfira benar – benar terus asyik bermain,diam-diam mata sang ibu menerawang beberapa detik, mengingat sebuah peristiwa,jauh hari sebelum hari itu. Ia ingat , pernah juga ia berlaku kasar kepada putrinya, Waktu itu , ia tergoda bersuara agak tinggi dan keras.padahal ia sadar pada hari itu ,anaknya tersebut baru masuk usia lima tahun. Astaghfirullah, batinnya, ia ingat waktu itu hampir persis sama keadaannya. Ia baru beranjak shalat dan maghfira menggodanya dan menarik-narik sarung karena sang anak merasa keberatan ibunya shalat. Berkelebat rekaman itu, ia ingat betul saat itu  ia menghardik anaknya seraya berkata “dengar nak, maghfi boleh melarang bunda melakukan Sesutu, tetapi kalau bunda sholat , tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi, tidak juga  maghfi ,dengar itu, nak, “

Ia ingat benar, betapa napasnya yang turun naik itu dilihat oleh dua mata tidak berdosa. Bagaimanakah raut wajah ibu yang  marah??Oh …mengapa setiap ibu atau ayah luput   memikirkan bagaimana seramnya wajah mereka di mata anak-anak ketika marah ? Kemarahan membuata alis mata yang semula sedap di pandang  menjadi tegang bertaut, dahi pun mengerut, bibir terkatup rapat menjadi garis yang mengancam, di barengi dengan kerasnya rahang, Ohhh,, alangkah buruk wajah para orang tua yang marah.

Hiiiih,,,,,,mengingat itu, sang ibu ini menjadi amat malu.Astagfirullah,,,,ia ingat matanya yang galak melotot,Ahh,,,maksud hatinya mau mengajarkan bahwa shalat itu wajib dan tidak boleh ada orang yang menghalangi shalat, benar ada di dalam Alquran , tetapi caranya,?Apa lagi pada seorang anak berumur lima tahun, alangkah tidak patutnya, seorang dewasa , hanya  karena sedang menjalankan perintah agama, lalu serta merta ia merasa berhak memperlakukan anak-anak dengan semuanya. Banyak sekali terjadi di masjid-masjid kita, bukan??, Anak-anak di hardik,dianggap nakal, bahkan di hukum, hanya karena di anggap ribut dan mengganggu para orang dewasa menjalankan ibadahnya ( ya-maaf-barangkali shalatnya jadi sia-sia juga akhirnya ).

Yang jelas,setiap ibu atau ayah punya peluang untuk memperbaiki diri, bukan? Seperti halnya ibu maghfira ini. Iapun berusaha memperbaiki diri. Ada perumpamaan yang ia pilih, bagus sekali. Katanya, “sekarang saya lebih ingin menggunakan cara evolutif daripada instan. Ibarat memanggang kue,ini adalah kue moskovich, harus dengan api sabar yang menyala kecil walau lebih lama matang, tapi lebih terjamin rata kematangannya daripada api besar. Matangnya hanya luar atau bahkan bisa-bisa hangus sama sekali! Saya tidak ingin cinta anak-anak kepada Allah hangus karena kebodohan saya sebagai orangtuanya. : kata-kata bijaksana . Aih, Alhamdulillah, andai semua ibu mau berubah ya!

Jadi begitulah hari itu. Setelah menelisik wajah anaknya dan terjadi hal-hal yang ia harapkan, maka sambil mengikat sarung, ia terus berdo’a, “Ya Allah, tolong ilhamkan kepada saya untuk dapat mengukir hatinya dengan ukiran-Mu,mumpung hanya berdua saja, tolonglah ya Allah, tolonglah.” Ia berdoa berulang dihatinya yang meyakini pertolongan Allah selalu datang jika diminta.
Saat selesai shalat, ia mengangkat tangan ke langit, “ya Allah, kata-Mu berdoalah, akan Engkau kabulkan. Ini aku berdua saja dengan anakku. Engkau tahu isi hatiku, berilah jalan.” Kira-kira begitulah harapan yang ia adukan.

Sedang larut dalam doa ini dan itu tiba-tiba suara memecah sunyi pada maghrib itu, “Bu, emangnya nabi Musa a.s ketemu Tuhan?”

Ibu yang mulai bijak ini terpengarah , ya Allah ,ya Allah Engkau Maha Hebat Engkau jawab pintaku, Engkau beri pertanyaan besar di dada anakku ini kesempatan emas bagiku  anak lima tahun ini bertanya tentang permuntaan musa kepada tuhannya  yang beberapa kali yang ku dongengkan sebelum tidur, jerit hatinya gembira .”ya, nak, Nabi Musa kan sangat ingin bertemu Allah, tetapi Allah menyuruhnya menatap gunung, lalu gunung itu pecah. Gunung tidak tahan , “ sahutnya bersungguh-sungguh.

“kenapa tidak tahan ?’ balas anak perempuan ini, masih sambil memainkan boneka, “kamu ingin tau mengapa?” Tanya ibunya meyakinkan. Anak itu mengangguk pasti. Ibunya pun segera memenuhi keingintahuannya.

“ jawabannya, “ kata sang ibu terbata karena ia harus meyakinkan dirinya sendiri dulu sambil mencoba berfikir. Dengan perumpamaan apa ya saya menjawabnya? Bukankah ini opportunity? Harus di rebut? Harus di ambil. Berikan jawaban terbaik. Mana tahu ini menjadi catatan besar dalam hidup anakku, begitulah ia berdialog dengan hatinya sendiri.

Akhirnya , setelah berdoa, di jawab juga pertanyaan anaknya itu,” Bismillah, mudah-mudahan atas jawaban ibu ini,Allah ridha, , ya nak, jadi kan gunung yang begitu tinggi dan besar  saja tidak tahan, apa lagi  musa, musa kan manusia, lebih kecil dari gunung. Coba maghfira bayangkan,manusia sama gunung siapa yang lebih besar?”

“Gunung,” jawab anak itu masih sambil memainkan benekanya. “Betul sekali dan maghfira tau nggak kenapa?” pancing si ibu lagi kini sudah lebih berani mengambil resiko. Gadis kecilnya menoleh, lalu menggeleng tanpa terlalu bersemangat itu karna Allah swt. Terlalu agung , Nak,. Dia tidak bisa di lihat oleh makhluk-NYA karena terlalu agung.

Sejenak anak kecil yang cerdas itu menatap wajah ibunya dan kemudian bertanya, “Tapi kenapa tidak bisa di lihat?” wuih, ibu mana yang tidak keringetan jika di cecar pertanyaan seperti ini.bagi siapa pun yang mau berjalan di jalur pengasuhan,peristiwa kecil seperti ini pasti sangat menggairahkan. Pertanyaan itu sebagai bukti bahwa otak anak kecil ini masih belum terpuaskan dan masih penasaran.penasaran pada tuhan ,suhanallah,,,,

O, Allahku, tolong beri ilham lagi, ya Alllah,si ibu nyaris menyerah menjawab pertanyaan yang untuk dia merasa sukar karena khawatir salah,Walau hanya untuk urusan menjawab sebuah pertanyaan seorang anak kecil,sesungguhnya ia telah melakukan terobosan dalam wilayah pengasuhan dengan selalu malibatkan Allah, Tuhan yang maha menyaksikan seluruh kejadian.oleh karena itu hatinya memohon kembali , wahai raja berikan jawaban terbaik-Mu untuk anakku,please,tolong saya!

Setelah mengambil jeda untuk beberapa saat, ia putuskan untuk menatap anaknya yang jeli dan cerdik iu. Dengan bissmillah, akhirnya, diletakkannya jawaban di ujung lidahnya oleh Allah SWT. Allah yang Maha Memampukan hambaNya pasti memberikan kemampuan untuk menjawab ini.

Allah tidak bisa kita lihat, nak, karena Dialah yang menciptakan kita. Masak, yang diciptakan lebih hebat dari yang menciptakan, tidak mungkin jadi kita memang tidak bisa melihat Allah, seperti juga nabi Musa a.s dan gunung tapi Allah yang justru yang selalu melihat kita, memperhatikan kita karena Dialah Allah, Dia satu-satunya yang dapat berbuat begitu. Tidak satupun makhlluk yang bisa menyamai-Nya.

Perlahan-lahan sekali, ia mengatakan hal itu, takut terlalu berat, khawatir terlalu abstrak! Usia anak itu baru 5 tahun, ia sadar benar! Namun Alhamdulillah, anaknya malah tampak “oke”, malah tampak semakin tertarik.
Benar saja! Alllahu akbar! Tiba-tiba ia menoleh dan mengellluarkan pertanyaan yang tidak terpikirkan akan ditanyakan.

“kalau jin?” tanyanya. “Apa jin juga?” ulangnya.
Subhanallah! Bagaimana otak anak in bekerja sehingga itba-tiba ia menyambungkan manusia, jin, musa dan Allah Swt! Allah, Allah alangkah hebat rahasia kemampuan otak manusia yang Allah pinjamkan pada anak 5 tahun.

 “Ya, juga jin diciptakan Allah sama seperti manusia, tanaman dan semua makhluk,” balasnya. Sambil berkata begitu, hatinya terus membisik, … ini golden opportunity rebutlah, wahai ibu yang mau mengukir di karang keras! Ayo! Demi melihat permata hatinya, Maghfira terlihat sudah siap maka sang ibu pun melanjutkan, “Jadi nak, Allah memang tidak bisa kita lihat, tetapi Allah berjanji dalam Al-Quran, siapa saja yang taat, senang shalat, shalih, ia akan bisa bertemu langsung dengan Allah sendiri, nanti di akhirat!”

Kata-kata yang terakhir ia ucapkan itu adalah ekspresi keyakinan yang datang dari jatuh bangunnya seorang hamba yang penuh kesalahan dan kekhilafan alam mencari jalan Tuhan. Keyakinan yang harus sang ibu tebus dengan air mata yang amat panjang! Seolah dengan memeluk Al-Quran di dada, kalbunya bermunajat, Ya Allah semga Allah mengijinkan aku, ibu dari siapa anak cerdas ini, menanam biji tauhid yang semoga nanti tumbuh menjadi pohon iman yang kuat, yang cabangnya menyentuh langit, yang akarnya menghujam bumi. Begitulah doanya mengharukan sekali.

Subhanallah! Subhanallah setelah kalimat terakhir itu terucap, tibat-iba ajaib! Sesuatu terjadi pada anaknya! Ada yang berubah di mata anaknya dan sang ibu dapat menangkapnya! Ia saksikan dengan mata lahir dan mata batinnya sekaligus bahwa anak cintanya  ini dapat menerima kebenaran. Sungguh rahmat yang besar! Luar biasa Engkau Ya, Allah!

Gadis kecil cantik melompat dan menyingkirkan bonekanya. Lalu dengan bersemangat, ia berkata dengan pasti dan lantang, “Aku mau shalat sekarang!” “Allah! Maha Besar Engkau, ya Allah! Hampir-hampir pecah tangis sang ibu. Oh, sabar itu manis buahnya!

Yah, kalau kita yakin, persoalan shalat anak kita belum selesai hanya dengan satu kejadian saja seperti Maghfira dan ibunya ini,tetapi sedikitnya satu hal dapat kita pelajari. Alangkah bodoh kita para orang tua zaman ini yang masih sering menggunakan cara kasar, nyinyir, apalagi memakai kekuatan, dan kekuatan dan kekerasan tangan untuk menanamkan iman dan tauhid mereka.
Maghfira atau anak manapun saja dimuka buni, seandainya mereka diberi peluang untuk tumbuh dengan patut dan muia; diberi ruang untuk mengembarakan pikiran-pikirannya hingga mampu menganalisis dan menemukan jawaban-jawaban atas keingintahuan mereka sejak dini dan kita sebagai orang tua mau bersabar menemani, saya yakin, mereka akan menjadi orang-orang besar dunia! Dengarlah sekali lagi: ORANG-ORANG BESAR DUNIA!

Siapakah orang yang bisa menjadi orang-orang besar dunia? Mereka adalah orang-orang yang dapat mengalahkan dunia, dapat menaklukan dunia. Dengan cara bagaimana dunia takluk? Apakah dengan mengejarnya, mencintainya atau dengan mengorbankan diri untunya? Ataukah sebaliknya? Sungguh, Anak-anak kita yang di  dekati dengan pendekatan cinta pada aturan agama dan perintah Allah-bukan sekadar “bisa” menjalankan –adalah anak-anak yang kelak dapat lebih mudah dan lebih cepat mengenal tabiat dunia yang melenakan,yang melalaikan. Mereka tahu bahwa pada hakikatnya dunia bukanlah untuk di cintai habis-habisan., melaikankan di gari untuk kepentingan akhirat semata. Itulah yang layak menyandang gelar: orang-orang besar!

Bagaimana dengan anak-anak kita di rumah? Sudahkah mereka mendapatkan hak mereka untuk menjadi calon orang-orang besar di masa datang??Wallahu a’lam!!

Sumber: catatan bunda  Neno Warisman

KETIKA MAGHFIRA BERTANYA NABI MUSA (1)

Ada seorang gadis kecil bernama maghfira. Ibunya sering mendongengkan kisah para nabi mulia. Diantara nabi yang dikisahkan, nabi Musa adalah yang paling sering dimintanya untuk diceritakan ulang. Kadang-kadang ibunya berpikir apa tidak bosan ya? Waktu pun berlalu. Maghfira yang dulu berumur 5 tahun sekarang menjadi gadis remaja kecil yang berusia 10 tahun. Hal yang menakjubkan, dari rentang waktu yang lima tahun, tokoh nabi yang paling sering ia sebut dan ia hapal adalah nabi Musa a.s .Maha gagahlah yang mencipakan kegagahan Musa hingga membuat Maghfira jatuh hati kepada Nabi Musa a.s ini.

Namun apa yang terjadi dengan maghfira ini, apa benar iajatuh cinta kepada nabi Musa sehingga membuat ibunya mengulang cerita yang sama? Rupanya,otak maghfira yang mempunyaikeingintahuan besar ini, sedang terjadi sebuah peristiwa dahsyat bagaikan sebuah adegan opera yang menakjubkan dan membelalakkan mata para penontonnya!

Bayangkannlah, didalam otak maghfira atau otau otak setiap anak ada sebuah mekanisme kerja ajaib. Apa yang terjadi ketika ia menyukai sebia ceria, peristiwa atau kegiatan? Apasaja yang membuat mulutnya minta diulang, yang sebenarnya otak itulah yang meminta? Jawabannya, saat itu otak sedang melakukan kegiatan rahasia yang tidak tampak oleh matamanusia kecuali para penelii otak yang berjasa dan sebagian kita telah mengetahuinya. Otak meminta untuk terus mengulang—ulangnya agar terjadi proses penebalan nformasi. Itulah sebuah kerja tanpa henti yang mencapai puncak pada usia 7 tahun. Hal ini terjadi berulang antara neuron yang satu dengan yang lain, yang jumlah semuanya semula miliarran neuron mwnjelma menjadi sekitar serunu triliun sambungan sinaptik yang merupakan jaringan hubungan yang sophisticated!

Bayangkannlah ciptaan Allah yang ukurannya kurang lebih hanya sebesar sebuah titik di akhir kalimat yang dibagi seratus itu ternyata berperan amat menentukan dalam proses pembelajaran otak. Keajaiban tersebut terdeteksi lebih dahsyat lagi bila dilihat pada level interneuron/glial (tingkat sel yang lebih kecil dari neuron) yang mengadakan konksi persambungan hingga mencapai sepuluh kali lipat sambungan neuron, yang berarti seribu miliar glial. Ternyata, semua itu merupakan bekal semua kecerdasan. Allahu Akbar!

Saying kita kerap kali tidak melihat kerja besar itu. Ketika kita tidak sabar menghadapi pertanyaan; ketika kta sempat menyayang, mengusap atau membelai;  ketika kita sering memaeahi berlebihan; ketika kita abai dan mendiamkan; ketika guru dan kita tidak mau belajar untuk mengajar dengan cara yang atraktif dan menyenangkan; ketika kita asik bekerja seharian di kantor; dan ketika kembali ke rumah kia hanya menyapa basa basi  anak kita dan tidak menunujkkan kerinduan kepadanya, padahal pada saat seperti itu sel-sel syaraf bernama neuron dan glial tidak mendapat stimulan dan kasih saying. Dengan demikian ia akan gagal membuat sambungan-sambungan hubungan, hangus terbakar, bahkan layu sebelum berkembang. Itulah yang kemudian membekali seorang anak menjadi anak yang “nakal”, “bodoh”,  “suka membangkang”, “malas”,atau “pas-pasan”.

Memahami kebesaran Allah ini, si ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Suatu hari,ia berduaan saja dengan Maghfira. Saat itu sulung, dan bungsu sedang dijamu oleh nenek mereka selama dua hari. Berduaan bersama seorang anak bagi ibu yang banyak beraktifitas adalah kesempatan emas. Ia amat bersyukur telah menyadari itu. Saat emas bersamaan anak itu disebut GO atau the golden opportunity oleh para pendidik.

Kata para pencinta pendidikan, waktu dan ruang untuk bisa sesering mungkin untuk berduaan dengan setiap anak secara bergantian untuk membangun hubungan yang paling dekat, paling personal, paling mengesankan harus diciptakan. Itulah kelak akan menjadi bekal yang sangat berharga dalam keserasian hubungan mereka dan juga menjadi bekal yang mengantar kesuksesan anak pada masa datang. Subhanallah, ya!

Sumber: catatan bunda Neno Warisman

AKU MAU SHOLAT

  Ini masih petikan opera singkat yang sederhana di sebuah ruang keluarga biasa. Tokohnya seorang ibu dan seorang anak berusia delapan tahun. Tidak ada hura2 kejadian luar biasa yang seperti wajib ada di senetron2 indonesia. Ini biasa saja, Sebuah dialog tenang dan nyaman yang di lakukan tanpa beban, Hanya wangi aroma cinta terhirup di sekeliling dialog mereka , harum.

                Si anak perempuan berkuncir dua itulah yang lebih dulu memulai. Si ibu menjawab sambil memainkan kedua  kuncir anaknya. Lalu, dialog pun lancar mengalir begitu hangat dan akrab sehingga membuat para ibu yang suka marah-marah mungkin akan merasa bersalah. Yang lebih dari itu semua Allah swt mendengarkan mereka  dengan bahagia.

”Bunda .mbak Tazkia sekarang udah nanggung dosa sendiri, dong??Kan udah baligh ya kan??
                
“ iya,kalau sudah baligh ya, iya,kenapa,Dik?


“emmm, jadi dosanya nggak di tanggung sama mamanya  lagi?

“emmm nggak,kan itu enaknya jadi orang islam. Setiap orang tidak menanggung dosa orang lain walaupun itu anaknya atau ibunya . Adilkan?

”Oh,jadi kalau masih kecil,kayak aku,dosanya siapa yang nanggung?

"kalau masih kecil, belum balig,ya kesalahannya udah ada,tapi belum di hitung,belum ada dosanya . enaknya ya, jadi anak kecil,?’’

"tapi, walaupunn masih kecil,kita bisa bilang sama allah, misalnya ni ya,,,,ada anak kecil, dia meninggal, terus dia masuk surga, dia ingat ibunya, terus dia minta sama allah supaya ibunya ikut masuk surga ,Gitu ,bisa?”

"O,iya bisa banget !yang begitu di berikan allah kepada anak yang sholih dan sholihah.”
                Si anak berfikir sejenak,kemudian berkata ,,”mmmm…Bunda        

“Dalem nak, sang ibu tersenyum dan mengelus sayang anaknya,

"Bunda, aku kan udah tau ya carannya pasang pempers dewasa.kalau nanti aku dah baligh.tau nggak, apa yang aku seneng kalau aku udah balig?’Matanya mengerjab-ngerjab seperti bintang.

“Apa ya? Hmmm..soal dipercaya kali, ya?kan udah gede atau hmmm apa ya?bisa jalan-jalan jauh? Atau…apa ya?

“he..he..Bunda,tapi jangan marah ya,janji ya?

“Ah adik, kayak bundanya sukanya marah-marah aja. Emang bunda suka marah?

“hmmm,,,suka juga sih,tapi ini jujur lho,Bunda suka marah ,tapi kalau anaknya keterlaluan,iya kan?

Ibu tersebut mencubi tpipi anaknya dengan gemas,lalu berkata “Oke deh, kalau bunda keterlaluan ,maafin juga ya dik?
Mereka saling berpelukan.

“O, ya, tadi apa yang enak,kalau adik udah balig?

Sambil merapatkan badan di pangkuan ibunya, anak tersebut berkata,

”he,he,he,enaknya kita bisa nggak shalat! He,he,he, Bunda ndak marah,kan?

sang ibu mesem pahit “iya juga ya dik, he,he,he, susah ya dik sholat terus?”enggak susah, Cuma gimana gitu.rasanya suka males!padahal kalau udah shalat rasanya  lebih enak,lho!Misalnya main sama temen-temen ,jadi ndak cepet marah, teruskalau habis wudlu jadi seger banget , ya kan bunda?Bunda juga kan ? terus,,hmm bisa doain orang tua yang lama, yak an ? soalnya kalau doain orang tua yang lagi ndak shalat suka males lama-lama .iya kan?Tapi kalau pas lagi sholat nggak apa-apa shalatnya Cuma baca satu ayat aja abis fatihah, tapi doain orang tua yang lama , bagus kan ? o ya, tetapi mengapa kita sering males sholat ya, Bunda?Bunda suka males nggak/?”mulutnya melongo-mlongo,di moyong-moyongkan.

                “Hi,hi,hi.kamu itu nyerocos kayak air gitu,lucu deh kamu. Dik!he,he,he,,soal males .samalah.Bunda dan orang-orang dewasa lain juga suka di goda males, tapi kami kan udah dewasa,jadi udah lebih kenal sama Allah.” Jawab ibu tersebut sambil menatap langit-langit, mengenangkan saat-saat mesra dengan Allah

                “Oh, jadi kalau kita udah kenal sama allah kita nggak males-malesan lagi ya?”si anak terkejut.

Si ibu berbalik badan dan menghadapkan wajah ke anaknya,tanda serius. “Beneran nih? Sang anak excited.

“Bener ,sungguh ,wallah! Ibu itu senyum  manis dan wajahnya lebih dekat lagi ke wajah anaknya. “jadi . Allah itu baik sekali ya,nungguin kita sampe tua banget,belum kenal juga Allah tetep nunggu?”

                “Tetep kan yang bisa begitu Cuma allah,karena dia memang Allah,Allah sayang banget sama kita,”si ibu berbisik halus sambil mengenang kebaikan Allah.

                 “Tapi kalau udah kenal deket dari milai seumur adik, lebih oke lagi dong pastinya!

                “hmmm aku suka sama Allah, aku juga udah bisa ngerasa. Allah baik,baik banget lagi,Bunda. Ya kan . Allah sangat baik dan paling baik,”si anak  merenung sendiri lagi dan beberapa saat kemudian, :Aku mau shalat, Ah.”                                                                                                          
                                                                                                            Sumber : catatan Neno Warisman

Bunda,,,Kemana Kami kan Engkau Bawa ?

Anak adalah amanah. Membesarkan anak bukan semata dengan memenuhi berbagai keinginannya. Lebih dari itu, yang paling penting adalah bagaimana menanamkan pemahaman agama sejak dini, sehingga anak bisa mengenal Tuhannya, Nabinya, dan memiliki akhlak mulia.


Anak adalah karunia dan nikmat dari Alloh. Terasa bahagia hati tatkala melihat mereka, terasa sejuk mata saat memandang mereka.  Begitu pun jiwa terasa bahagia dengan keceriaan mereka. Bahkan nikmat Alloh yang satu ini termasuk dalam doa Nabi Zakaria ‘alaihis salam. Beliau mengatakan :
“Rabbku, janganlah Kau membiarkanku seorang diri, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang mewarisi.” QS. Al Anbiya ; 89 

Adapun dirimu, sungguh engkau adalah seorang ibu yang akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah Alloh bebankan kepadamu pada hari kiamat nanti, apakah engkau menjaganya ataukah menyia-nyiakannya ?
Ketahuilah olehmu, kesempurnaan perhiasan seorang anak tidaklah akan diraih kecuali dengan agama dan kebaikan akhlaknya. Bila tidak demikian, anak hanya akan menjadi musibah bagi kedua orang tuanya di dunia dan akhirat.
Banyak masalah yang berkaitan dengan pendidikan mereka secara umum, akan tetapi kita tidak akan membahas panjang lebar, namun sekedar menyinggung beberapa perkara yang paling penting :
  •  Bersemangatlah untuk menyelamatkan aqidah mereka dari perkara-perkara yang bisa mengotorinya. Hindarkanlah mereka dari memakai jimat-jimat, meramal nasib dengan melihat garis tangan atau bentuk-bentuk ramalan yang lainnya. Jadikanlah Al Qur’an dan Sunnah Rosul-Nya sebagai sesuatu yang agung dalam hati mereka.

  •  Bersemangatlah dalam menanamkan keimanan, kebaikan dan perasaan selalu diawasi oleh Alloh ‘azza wa jalla dalam hati mereka. Renungkanlah wasiat Luqman kepada anak-anaknya :
“Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Alloh tetap mendatangkannya (membalasnya)” QS. Luqman ; 16
Mereka harus senantiasa diingatkan bahwa Alloh Maha Mengawasi dan Maha Melihat amalan hamba-hamba-Nya.
Diriwayatkan dari Tsabit bin Qais dari Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhuma, ia mengisahkan : “Rosulullah mendatangiku ketika aku sedang bermain dengan teman-temanku. Beliau memberi salam kepada kami, kemudian mengutusku untuk suatu keperluan, sehingga aku terlambat datang kepada ibuku. Ketika aku datang, ibuku bertanya, ‘Apa yang membuatmu terlambat?’ Maka aku menjawab, ‘Rosulullah mengutusku untuk suatu keperluan.’ Ibuku bertanya lagi, ‘Apa keperluan beliau?’ Aku katakan, ‘Ini rahasia.’ Maka ibuku pun mengatakan, ‘Kalau begitu, jangan sekali-kali kau ceritakan rahasia Rosulullah kepada seorangpun.’ Anas berkata : ‘Demi Alloh, seandainya aku memberitahukan rahasia itu kepada seseorang sungguh aku juga akan memberitahukan padamu, wahai Tsabit’.” - Shohih, HR. Muslim -
Perhatikanlah, sang ibu tidaklah menghukum anaknya ketika merahasiakan urusan Rosulullah terhadapnya, berbeda dengan yang dilakukan oleh sebagian ibu yang lain. Bahkan beberapa diantara kaum ibu terlalu banyak bertanya kepada anak mereka tentang hal-hal yang tidak layak diketahui banyak orang dari suatu rumah yang dikunjungi si anak, dan tentang segala yang terjadi di antara penghuni rumah tersebut. Dengan semua itu, tanpa disadari sang ibu telah menanamkan dalam diri anaknya sifat fudhul (terlalu ingin tahu urusan orang lain) dan suka menyebarkan rahasia.
  •  Ingatkanlah mereka, bahwa Alloh Maha Perkasa, menghukum hamba-hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya, Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap orang-orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya. Ingatkanlah mereka tentang maut dan beratnya kematian, tentang alam kubur dan kegelapannya, serta tentang kiamat dan kengerian pada saat itu.

  • Perintahkanlah mereka untuk selalu taat kepada Alloh, terlebih lagi dalam perkara sholat. Dampingilah mereka dalam melaksanakannya dan bangunkan mereka dari tidurnya untuk sholat. Tanamkanlah dalam diri-diri mereka agungnya kedudukan sholat. Waspadalah dari rasa kasih sayang terhadap mereka yang membuatmu tidak membangunkan mereka yang dapat menyebabkan dirimu dan dirinya masuk ke dalam neraka.Wal’iyaadzubillah.

  • Biasakanlah mereka berpuasa sejak kanak-kanak agar mudah melaksanakannya ketika usia mereka telah baligh dan sadarkanlah mereka terhadap pengawasan Alloh. Sesungguhnya puasa adalah pendidik paling besar bagi mereka agar mereka menyadari bahwa Alloh Maha Mengawasi.

  •  Awasilah anak-anakmu dan jangan biarkan mereka bermudah-mudah melakukan perkara-perkara yang mungkar, sementara engkau mengetahuinya. Janganlah berdiam diri sementara engkau mengetahui bahwa putrimu mendengarkan nyanyian atau mengenakan cat kuku (kuteks) lalu ia berwudhu tanpa menghilangkannya, atau mengerik alisnya, atau ia melepaskan hijab yang syar’i, atau keluar dengan memakai wewangian, atau bepergian sendiri ke pasar maupun ke tempat-tempat umum lainnya, atau ia mengendarai mobil berdua saja dengan sopir, atau ia suka membaca majalah-majalah yang dapat merusaknya!

  • Janganlah engkau meletakkan telepon di kamar pribadinya dan awasilah ia dari jauh. Janganlah bersikap terlalu percaya yang berlebihan atau merasa was-was yang keterlaluan yang dapat mempengaruhi diri putrimu hingga ia kehilangan rasa percaya dirinya.

  • Wahai ibu yang mulia, hindarilah memberikan protes tanpa mampu berbuat sesuatu padanya atau engkau semata-mata membenci kemungkaran yang dilakukannya tanpa tindakan apapun. Akan tetapi, jadilah orang yang kuat memegang al-haq yang tidak akan ridha pada sesuatu yang batil, namun lemah lembut dan penyayang dalam perkara-perkara selain itu. Didiklah dengan baik putrimu karena kelak dia bisa menjadi tabir/penghalang api neraka darimu.
Asy-Syaikh Ibnu Baaz berkata: “Berbuat baik terhadap anak-anak perempuan diwujudkan dengan mendidik mereka dengan pendidikan Islami, mengajarkan ilmu kepada mereka, membesarkan mereka di atas al-haq dan semangat untuk menjaga kehormatan diri, serta menjauhkan mereka dari perkara-perkara yang diharomkan Alloh berupa tabarruj dan selainnya. Demikian itulah metode mendidik anak-anak perempuan maupun anak laki-laki, juga dengan hal-hal selain itu yang termasuk sisi-sisi kebaikan, sehingga mereka semua terdidik untuk taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang diharomkan Alloh serta menegakkan hak-hak Alloh. Dengan demikian kita ketahui bahwasanya maksud berbuat baik disini bukanlah semata-mata memberi makan, minum, dan pakaian saja. Bahkan maksudnya lebih besar daripada itu semua, yaitu berbuat kebaikan kepada mereka dalam masalah agama maupun dunia.” Beliau juga berkata: “Hadits ini ditujukan kepada ayah maupun ibu secara umum.” (Majmu’ Fataawa wa Maqaalat Muta’addidah, 4/377)
  •  Peringatkanlah putra-putrimu dari teman-teman yang jelek dan jelaskan akan bahayanya bergaul dengan mereka. Jagalah mereka dari bermain di jalanan serta bahayanya. Buatlah mereka sibuk dengan perkara-perkara yang memberi manfaat pada diri mereka, seperti menghapal Al-Qur’an di masjid.

  • Janganlah engkau memasukkan alat-alat yang diharomkan ke dalam rumah, terlebih lagi video, walaupun engkau memberikannya dengan maksud sekedar untuk menghibur mereka.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata dalam tafsirnya: “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang disukai oleh hawa nafsunya karena Alloh, maka Alloh akan memberi ganti yang lebih baik darinya di dunia dan akhirat. Demikianlah, barangsiapa meninggalkan maksiat karena Alloh, padahal hawa nafsunya ingin melakukannya, Alloh akan menggantikannya dengan keimanan dalam hatinya, berikut keluasan, kelapangan dan berkah dalam rejekinya serta kesehatan badannya, disamping pahala dari Alloh yang ia tidak akan mampu menggambarkannya.” (Taisir Al-Karimir Rahman)
  • Waspadalah wahai saudariku muslimah dari mendoakan kejelekan atas anak-anakmu, walaupun dirimu dalam keadaan marah. Bisa jadi doamu bertepatan dengan waktu terkabulnya doa, hingga doa jelekmu itu terkabul. Sebaliknya, perbanyaklah mendoakan kebaikan bagi mereka.
Kita memohon kepada Alloh untuk memperbaiki anak-anak kita dan menjadikan mereka penghibur hati bagi kita di dunia dan akhirat. Semoga Alloh menolong kita dalam mengemban amanah ini.


dikutip dari Majalah Asy-Syariah No.01/Agustus 2003