Selasa, 05 Juli 2011

~::*AKU INGIN MERAIH SURGA BERSAMAMU*::~

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Memakai jilbab, untuk saat ini dan di negara ini, bukanlah berarti sebuah pengilmuan akan agama. Dulu aku pernah beranggapan bahwa seorang yang memakai jilbab adalah orang yang akan berusaha mempertahankan jilbabnya disebabkan proses pemakaian jilbab itu sendiri membutuhkan pergulatan di hati yang membuncah-buncah dan penuh derai air mata. Tapi sayangnya, makin bertambah usiaku, maka berubah pula anggapan itu disebabkan berbagai kenyataan yang kutemui.

Aku baru menyadari ada sebagian wanita yang menggunakan jilbab hanya karena sekedar disuruh atau diwajibkan oleh orang tua, tempat belajar atau tempatnya bekerja. Jika telah keluar dari ‘aturan’ itu, maka lepas pula jilbab yang menutupi kepalanya. Mungkin karena itulah kain-kain itu tidak menutup secara benar kepala dan dada mereka.

Sebagian lagi, memakai jilbab karena pada saat itu, jilbab terasa pas untuk dipakai dan lebih menimbulkan kesan ‘gaya’ dan kereligiusan agama. Apalagi jika diberi pernak-pernik di sana-sini.
Jilbab yang seharusnya menutup keindahan wanita tersebut malah justru menambah keindahan itu sendiri.
Ditambah lagi kesan agamis yang terasa nyaman di hati.

Aku juga pernah berpikir dan bertanya-tanya, bahwa orang-orang memakai cadar dan berjilbab lebar apakah tidak kepanasan dengan seluruh atributnya? Apakah tidak repot jika hendak keluar dimana mereka harus memakai seluruh kain panjang tersebut?
Mulai dari baju, jilbab yang lebar, masih harus ditambah memakai kaus kaki! Ah! Dan di balik jilbab itu, ternyata masih ada jilbab lagi! Dan… apakah mereka bisa melihat dari balik cadar yang menutup matanya?

Untuk yang satu ini, waktu tidak cukup untuk menjawab semua pertanyaan itu. Karena butuh pengetahuan lain yang merasuk ke dalam hati untuk mendapatkan jawabannya. Pengetahuan akan indahnya Islam dengan segala pengaturan yang diberikan oleh Allah.

Pengetahuan akan surga yang begitu indah dan damai dengan segala kenikmatannya. Pengetahuan bahwa surga tidak akan tercium oleh wanita yang mengumbar-umbar aurat di depan khalayak. Pengetahuan bahwa penghuni neraka yang paling banyak adalah wanita. Ternyata kerepotan itu bukanlah kerepotan, melainkan sebuah usaha. Usaha dari seorang wanita muslimah untuk menggapai surga-Nya. Untuk bersanding dengan suaminya ditemani dengan bidadari cantik lainnya.

Panas dari jilbab itu bukanlah rasa panas yang menyesakkan pikiran dan dada. Akan tetapi hanya sepercik penguji jiwa yang dapat meluruhkan dosa-dosa kecil dari seorang insan wanita. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa setiap kesusahan yang dialami muslim merupakan peluruh bagi dosa-dosanya.

Maka… hatiku kini pedih… Ketika kemarin melihat saudariku yang lain, seiring dengan berjalannya waktu, kini telah membuka jilbabnya. Sempat kutanyakan, “Di mana jilbabnya?”

Ia menjawab, “Tidak sempat kupakai.”

Aih… waktu kutanyakan itu, memang pada saat dimana orang-orang sibuk menyelamatkan dirinya dikarenakan bencana alam. Aku hanya terdiam mendengar jawaban itu. Ah… mungkin karena sangat terkejutnya sehingga tidak sempat berbalik lagi untuk mengambil jilbab.

Tapi hari ini… kutemukan dia sudah menanggalkan jilbabnya. Bahkan tak tersisa sedikitpun jejak bahwa ia pernah memakai jilbab. Kini ia telah bercelana pendek dengan pakaian yang pendek pula. Sesak rasanya dada ini.
Tetapi belum ada daya dari diriku untuk bertanya lagi tentang sebuah kain yang menutupi kepala dan dadanya. Masih tersisa di benakku, jika seseorang yang menggunakan jilbab melepas jilbabnya… maka habislah sudah… karena perenungan dan pergulatan hati itu kini telah dikalahkan oleh hawa nafsu. Perenungan yang pernah mendapatkan kemenangan dengan dikenakannya jilbab itu kini justru bahkan tak mau diingat. Hanya kepada Allah-lah aku mengadu dan memohonkan hidayah itu agar tetap ada bersamaku dan kembali ditunjukkan kepadanya.

Saudariku… kuingin meraih surga bersamamu. Maka, saat ini aku hanya bisa berdoa.
Semoga kita bertemu di surga kelak… Insya Allah.

Ya akhi, cintailah istrimu !



Ada sepasang suami istri mendatangi seorang ustad yang dikenal sangat bijak dalam menuntaskan perkara umat.

Ustad, tolong bantu kami ustad !! Kami sudah menikah selama 20 tahun, lama-kelamaan rasa cinta itu mulai hilang, kini kami sudah tidak saling mencintai, ustad !  Tolong beri kami solusi ?

Ya akhi, cintailah istrimu ! Jawab ustad itu singkat.

Sang suami merasa bingung, justru itulah masalahnya, maka ia mulai mengulangi pertanyaannya :  

ustad, kami sudah menikah selama 20 tahun dan kini kami sudah tidak lagi mencintai ?

Ya akhi, cintailah istrimu !! Jawab ustad itu yang kedua kalinya dengan tegas.

Merasa tidak puas lagi dengan jawabannya, ia bertanya lagi :

tapi ustad, saya sudah tidak lagi mencintai istri saya ?

Ya akhi, cintailah istrimu !!!

Kata cinta bukanlah kata benda dan bukan pula kata sifat yang tiba-tiba ada, Tapi cinta adalah kata kerja !
Kata kerja yang harus dikerjakan, diperjuangkan dan terus-menerus diupayakan !!! Jawabnya tegas.

Seorang yang ingin mendapatkan dan merasakan cinta, ia harus berjuang dan berusaha mencintai.
Bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh jika tidak pernah ditanam dan bagaimana mungkin bisa berbuah jika tidak pernah dipupuk, dirawat dan dijaga. Seorang yang ingin mendapatkan manisnya cinta harus berjuang hingga cinta itu berbuah.

Sungguh sering dari kita menginginkan cinta tanpa berusaha mencintai terlebih dahulu, ingin di dengar tanpa berusaha untuk mendengar, ingin di hargai tanpa berusaha untuk menghargai.
Siapa yang menanam pastilah dia akan memetiknya.

Hidup ini adalah sebab-akibat, tanpa ada sebab tidak akan ada akibatnya.
Yang harus kita lakukan bukanlah take and give Tapi give and take, berikan maka anda akan mendapatkan.

Karena satu biji yang kita taman, pasti akan Allah beri 700 biji atau lebih, karena Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah.

QS. Lukman : 18

Allah Subhanallahu Wata’ala berfirman “ Sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Asma Allah .”(QS.Al Ahzab :21)

Keteladanan mengandung sebuah konsekuensi apa yang kita sampaikan kepada anak dasarnya tidak cukup dengan kata-kata saja. Kata-kata ini perlu di topang dengan perbuatan atau sikap. Apalagi pola berfikir anak masih sangat sulit untuk diajak mencerna sesuatu yang sangat abstrak. Maka untuk merubah sesuatu yang abstrak di kognisi anak menjadi sesuatu yang nyata diperlukan contoh atau tauladan yang dapat di saksikan anak secara langsung.

Kita tidak adapat membentuk kesadaran anak bahwa shalat lima waktu hukumnya wajib bagi setiap muslim dengan cara memaparkan status hokum, atau akibat logis bila meninggalkan shalat, pengertian surga-neraka, tanpa di barengi bukti nyata bahwa sang ayah juga telah mengerjakan shalat.

Nasehat-nasehat itu akan hilang begitu saja di telan angina . sedangkan tauladan nyata akan tertancap kuat di benak sang anak.

Lalu model tauladan macam apa yang dapat ditampilkan oleh orang tua?
Kita dapat belajar hal ini dari para Nabi dan Rasul Allah. Mereka sengaja di utus oleh Allah sebagai prototype manusia unggul sesuai jamannya masing-masing. Prototipe manusia unggul model para Nabi dan Rasul ini dapat dikupas tuntas dengan mengkaji Al-Qur’an yang mengisahkan bagaimana para Nabi dan Rasul itu membangun tauladan umatnya.

Dengan kata lain, orang tua, pendidik, atau siapapun yang terlibat dalam pendidikan ank, pada dasarnya perlu(wajib) membekali dirinya dengan sikap tauladan dari Nabi dan Rasul Allah. Jika hal ini tidak dilakukan, jangan harap anak akan mengalami pendidikan yang mencerahkan jiwanya. Mereka hanya mendengar kata-akata kosong yang tak berkolerasi dengan akar perbuatan yang kuat.

“Hai orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan.”(QS.AL Shaaf : 20)

Sesungguhnya sikap tauladan dari orang tua sangat dibutuhkan anak mengingat lingkungan pertama dan utama yang dijumpai anak adalah pola perilaku ayah-ibunya. Anak memerlukan identifikasi untuk proses perkembangan kepribadiannya. Akan menjdi seperti apa proses identifikasi ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak aspek, dan salah satunya ditentukan oleh keteladanan orang tua.

Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya jika Imam Al-Ghazali menasehati para guru agar mengamalkan ilmunya dan tidak mendustakan perkataannya.

Berkaitan dengan masalah ini Al-Ashmu’I mengutip beberapa bait puisi karya Abul Ashwad Al Dauli berikut ini :

“ Hai tokoh yang mendidik orang lain,Mengapa dirimu tak diajari terlebih dahulu?
Kau terangkan penawar bagi pasien dan orang bodoh
Bagaimana mungkin obat menyembuhkannya sadang kamu sendiri sakit?
Kau senantiasa membimbing akal kami, sedang kamu sendiri hidup tak terarah.
Mulailah dengan dirimu dan laranglah dari kesesatan
Jika kamu telah menjauhinya maka kamu menjadi orang bijak.”

Demikan pentingnya tauladan bagi anak-anak kita. Marilah kita geser sedikit saja cara pandang anak-anak. Lalu tataplah diri kita dengan jujur.
Ajukan pertanyaan, apakah selama ini aku telah menjadi tauladan yang baik untuk anak-anakku ?

Semoga Bermanfaat
Allah Subhanallahu Wata’ala berfirman “ Sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Asma Allah .”(QS.Al Ahzab :21)

Keteladanan mengandung sebuah konsekuensi apa yang kita sampaikan kepada anak dasarnya tidak cukup dengan kata-kata saja. Kata-kata ini perlu di topang dengan perbuatan atau sikap. Apalagi pola berfikir anak masih sangat sulit untuk diajak mencerna sesuatu yang sangat abstrak. Maka untuk merubah sesuatu yang abstrak di kognisi anak menjadi sesuatu yang nyata diperlukan contoh atau tauladan yang dapat di saksikan anak secara langsung.

Kita tidak adapat membentuk kesadaran anak bahwa shalat lima waktu hukumnya wajib bagi setiap muslim dengan cara memaparkan status hokum, atau akibat logis bila meninggalkan shalat, pengertian surga-neraka, tanpa di barengi bukti nyata bahwa sang ayah juga telah mengerjakan shalat.

Nasehat-nasehat itu akan hilang begitu saja di telan angina . sedangkan tauladan nyata akan tertancap kuat di benak sang anak.

Lalu model tauladan macam apa yang dapat ditampilkan oleh orang tua?
Kita dapat belajar hal ini dari para Nabi dan Rasul Allah. Mereka sengaja di utus oleh Allah sebagai prototype manusia unggul sesuai jamannya masing-masing. Prototipe manusia unggul model para Nabi dan Rasul ini dapat dikupas tuntas dengan mengkaji Al-Qur’an yang mengisahkan bagaimana para Nabi dan Rasul itu membangun tauladan umatnya.

Dengan kata lain, orang tua, pendidik, atau siapapun yang terlibat dalam pendidikan ank, pada dasarnya perlu(wajib) membekali dirinya dengan sikap tauladan dari Nabi dan Rasul Allah. Jika hal ini tidak dilakukan, jangan harap anak akan mengalami pendidikan yang mencerahkan jiwanya. Mereka hanya mendengar kata-akata kosong yang tak berkolerasi dengan akar perbuatan yang kuat.

“Hai orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan.”(QS.AL Shaaf : 20)

Sesungguhnya sikap tauladan dari orang tua sangat dibutuhkan anak mengingat lingkungan pertama dan utama yang dijumpai anak adalah pola perilaku ayah-ibunya. Anak memerlukan identifikasi untuk proses perkembangan kepribadiannya. Akan menjdi seperti apa proses identifikasi ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak aspek, dan salah satunya ditentukan oleh keteladanan orang tua.

Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya jika Imam Al-Ghazali menasehati para guru agar mengamalkan ilmunya dan tidak mendustakan perkataannya.

Berkaitan dengan masalah ini Al-Ashmu’I mengutip beberapa bait puisi karya Abul Ashwad Al Dauli berikut ini :

“ Hai tokoh yang mendidik orang lain,Mengapa dirimu tak diajari terlebih dahulu?
Kau terangkan penawar bagi pasien dan orang bodoh
Bagaimana mungkin obat menyembuhkannya sadang kamu sendiri sakit?
Kau senantiasa membimbing akal kami, sedang kamu sendiri hidup tak terarah.
Mulailah dengan dirimu dan laranglah dari kesesatan
Jika kamu telah menjauhinya maka kamu menjadi orang bijak.”

Demikan pentingnya tauladan bagi anak-anak kita. Marilah kita geser sedikit saja cara pandang anak-anak. Lalu tataplah diri kita dengan jujur.
Ajukan pertanyaan, apakah selama ini aku telah menjadi tauladan yang baik untuk anak-anakku ?

Semoga Bermanfaat

Matinya Hati

“Diantara tanda-tanda matinya hati adalah jika anda tidak merasa susah ketika kehilangan keselarasan taat kepada Allah, dan tidak menyesali perbuatan dosa anda.”

Hati yang mati disebabkan oleh berbagai penyakit kronis yang menimpanya. Manakala hati seseorang tidak sehat, maka hati tentu sedang terserang penyakit-penyakit hati. Penyakit hati itu begitu banyak yang terkumpul dalam organisasi Al-Madzmumat, dengan platform gerakan yang penuh dengan ketercelaan dan kehinaan, seperti takabur, ujub, riya’, hubbuddunya, kufur, syirik, dan sifat-sifat tercela lainnya.

Ketika sikap-sikap mazmumat ini dihadapan pada kepentingan Allah, maka akan muncul tiga hal:
1. Manusia semakin lari dari Allah, atau
2. dia justru memanfaatkan simbol-simbol Allah untuk kepentingan hawa nafsunya, atau
3. yang terakhir dia dibuka hatinya oleh Allah melalui HidayahNya.

Ibnu Ajibah menyimpulkan dari al-Hikam di atas, bahwa kematian hati (qalbu) karena tiga hal:
1. Mencintai dunia,
2. Alpa dari mengingat Allah,
3. Membiarkan dirinya bergelimang maksiat.

Faktor yang menyebabkan hati hidup, juga ada tiga:
1. Zuhud dari dunia
2. Sibuk dizikrullah
3. Bersahabat dengan Kekasih-kekasih Allah

Tanda-tanda kematian hati juga ada tiga:
1. Jika anda tidak merasa susah ketika kehilangan keselarasan taat kepada Allah.
2. Tidak menyesali dosa-dosanya.
3. Bersahabat dengan manusia-manusia yang lupa pada Allah yang hatinya sudah mati.

Kenapa demikian?

Karena munculnya kepatuhan kepada Allah merupakan tanda kebahagiaan hamba Allah, sedang munculnya hasrat kemaksiatan merupakan tanda kecelakaan hamba.

Apabila hati hidup dengan ma’rifat dan iman maka faktor yang menyiksa hati adalah segala bentuk yang membuat hati menderita berupa kemaksiatan hati kepada Allah.

Yang membuatnya gembira adalah faktor ubudiyah dan kepatuhannya kepada Allah.

Boleh saja anda mengatakan :
Jika seorang hamba Allah bisa taat dan melaksanakan ubudiyah, itulah tanda bahwa hamba mendapat Ridlo Allah. Hati yang hidup senantiasa merasakan Ridlo Allah, lalu bergembira dengan ketaatan padaNya.

Jika seorang hamba Allah bermaksiat kepadaNya, itulah pertanda Allah menurunkan amarahNya.

Hati yang mati tidak merasakan apa-apa, bahkan sentuhan taat dan derita maksiat tidak membuatnya gelisah. Sebagaimana yang dirasakan oleh mayit, tak ada rasa hidup atau rasa mati.

Rasulullah saw, bersabda,
“Orang yang beriman adalah orang yang digembirakan oleh kebajikannya, dan dideritakan oleh kemaksiatannya.”

Soal Respon Terhadap Dosa
Namun, Ibnu Athaillah mengingatkan, agar dosa dan masa lalu, jangan sampai membelenggu hamba Allah, yang menyebabkan sang hamba kehilangan harapan kepada Allah. Karena itu, rasa bersalah yang berlebihan yang terus menerus menghantui hamba harus dibebaskan dari dalam dirinya. Sang hamba harus tetap optimis pada masa depan ruhaninya di depan Allah.

Kebesaran ampunan Allah tidak bisa didilampaui oleh seluruh dosa-dosa hambaNya. Ampunan Allah lebih agung, lebih besar dan lebih kinasih, pada hambaNya yang bertobat. Karena itu Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri.”

Oleh sebab itu jangan sampai perbuatan maksiat itu membuat hamba-hamba Allah menjadi Su’udzon kepada Allah.

“Dosa besar apa pun, jangan sampai menghalangi Husnudzon (baik sangka) anda kepada Allah.”

Wacana ini sekaligus mengingatkan kita pada pembuka kitab Al-Hikam,
“Diantara tanda-tanda bergantung atau mengandalkan amal adalah rasa pesimis kepada rahmat Allah ketika sang hamba berbuat dosa.”Jika anda masih mengandalkan amal, bukan mengandalkan Allah, berarti anda akan pesimis jika kesalahan menimpa anda. Padahal kita harus menggantungkan diri pada Allah, mengandalkan Allah, bukan mengandalkan amal. Karena mengandalkan amal, bisa menciptakan rasa arogansi spiritual, dengan merasa paling banyak beramal dan taat, kemudian merasa paling benar, paling dekat dengan Allah.

Dalam soal harapan dan ketakutan, biasanya hamba terbagi menjadi tiga golongan;
1. Golongan pemula, biasanya terliputi oleh rasa khawatir dan takut, dibanding dorongan harapan.
2. Golongan menengah, biasanya seimbang natara harapan dan ketakutannya.
3. Golongan yang sudah sampai kepada Allah, lebih didominasi rasa harapan yang optimis kepada Allah.

Inilah yang tergambar pada saat gurunya Al-Junaid, Sarry as-Saqathy dalam kondisi Maqbudl (terhimpit oleh suasana ruhaninya dalam Genggaman Allah).
“Ada apa gerangan wahai paman?” Tanya Junaid.
“Oh, anakku, ada seorang pemuda datang kepadaku, kemudian bertanya padaku, “Apakah hakikat taubat itu?”.
Aku jawab, “hendaknya engkau tidak melupakan dosa-dosamu…”.
Tapi pemuda itu mengatakan sebaliknya, “Tidak. Tapi justru hendaknya engkau melupakan dosa-dosamu..” Lalu pemuda itu keluar begitu saja.
Kemudian al-Junayd menegaskan, “Ya, menurutku yang benar adalah kata-kata si pemuda tadi. Karena itu jika aku berada di musim panas, lalu mengingat musim dingin, berarti aku berada di musim dingin.”
Pandangan As-Sary, benar, bagi para pemula. Sedangkan pandangan al-Junaid untuk mereka yang sudah sampai kepada Allah.
Bagaimana respon mereka yang mencapai tahap Ma’rifatullah?
“Siapa yang ma’rifat kepada Allah maka semua dosa adalah kecil di sisi KemahamurahanNya.”

Maksudnya, jika kita mengenal sifat dan Asma Allah yang Maha Murah, para hamba akan terus optimis terhadap ampunan Allah, karena tidak ada yang melebihi kebesaran dan keagungan ampunan Allah.

Sampai-sampai Rasul Allah SAW, menegaskan dalam hadits,
“Jika kalian semua berdosa, sampai dosa itu memenuhi langit, kemudian kalian bertobat, Allah pun mengampuni kalian. Jika sudah tidak adalagi hambaNya yang berbuat dosa, lalu datang para hamba Allah yang berbuat dosa, para hamba ini pun memohon ampun kepada Allah, maka Allah juga mengampuni mereka….. Karena sesungguhnya Allah Maha Ampun lagi Mengasihi.”
Namun, seorang hamba tidak boleh terjebak oleh ghurur, dengan alibi, mengabaikan dosa, dan menganggap enteng dosa-dosa itu.

Hal demikian ditegaskan lagi oleh Ibnu Athaillah:
“Tak ada dosa kecil jika anda berhadapan dengan KeadilanNya, dan tak ada dosa besar jika anda berhadapan dengan FadhalNya.”

Hikmah ini harus difahami di dunia ini dengan penafsiran demikian:
Apabila seorang hamba berbuat kepatuhan, ketaatan, ubudiyah, berarti itulah tanda bahwa sang hamba mendapatkan limpahan FadhalNya Allah. Sebaliknya jika sang hamba bermaksiat, menuruti hawa nafsunya, berarti merupakan pertanda bahwa si hamba berhadapan dengan KeadilanNya.

Tak ada yang lebih kita takutkan dibanding kita menghadapi Keadilan Allah, dan tak ada yang lebih dahsyat harapan kita dibanding kita menyongsong Fadhal dan RahmatNya.

Wanita Sebagai Pendidik

 Wanita Pendidik
1. Tidak meremehkan hak Allah (kewajiban beribadah kepada-Nya).
2. Baik bacaan Al-Qurannya dan berusaha menghapalkannya.
3. Hapal dengan baik hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membantunya dalam urusan agama.
4. Tidak menyia-nyiakan hak suaminya.
5. Tidak menyia-nyiakan hak anaknya.
6. Menghiasi diri dengan akhlak mulia.
7. Menghiasi diri dengan kesabaran.
8. Memiliki kemampuan dalam mengatur waktunya.
9. Mendapatkan izin suaminya untuk keluar mengajar.
10. Tidak ikhtilath (campur baur dengan pria).
11. Patuh dengan busana muslimah.
12. Ikhlas dalam bekerja.
13. .Bertakwa kepada Allah.
14. Berilmu.
15. Bersifat santun dan lembut.
16. Bertanggungjawab.
17. Berpengetahuan dan berwawasan, serta mengetahui masalah-masalah aktual.
18. Berkepribadian tangguh dan berakhlak mulia.

Metode Mengajar dan Mendidik
1. Melakukan pendekatan dengan akhlak yang baik.
2. Senantiasa mengucapkan salam kepada anak didik.
3. Memotivasi mereka untuk selalu shalat tepat waktu.
4. Mengingatkan mereka tentang keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Selalu mengingatkan tentang cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladani beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6. Menceritakan kisah para Nabi a’alihimus salam, shahabat radhiyallahu ‘anhum, dan pahlawan Islam.
7. Mengajarkan rukun islam dan rukun iman.
8. Memberi mereka pelajaran tentang akidah yang benar dan mengingatkan mereka dari akidah yang rusak.
9. Memotivasi untuk menghapal Al-Quran dan mengamalkannya.
10. Memotivasi untuk menghapal hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkannya.
11. Mengajarkan perilaku teladan dan akhlak mulia.
12. Menarik perhatian anak didik dan menumbuhkan kerinduannya untuk belajar.
13. Keteladanan.
14. Memotivasi untuk gemar belajar dan mencintai ilmu.
15. Mengajarkan etika berbicara dengan orang lain.
16. Mengajarkan zikir-zikir yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
17. Mengingatkan tentang halal dan haram.
18. Melarang bergaul dengan teman yang jelek.
19. Mengajarkan adab islami.
20. Mengajarkan menjaga hak orang lain.
21. Melatih membaca dan menulis secara kontinyu.
22. Memberikan solusi dari permasalahan mereka.
23. Memotivasi untuk tekun belajar, serta menghormati ilmu dan guru.
24. Menganjurkan untuk berpenampilan baik dan bersih.
25. Melarang untuk taklid buta.
26. Menganjurkan untuk berbakti kepada kedua orangtua.
27. Mendidik anak untuk cinta jihad dan keberanian.
28. Mengajarkan anak perempuan hukum khusus yang berkaitan dengan mereka dan hikmah diturunkannya.
29. Menyayangi mereka.
30. Mengajarkan kesabaran.
31. Menganjurkan memberi maaf (jika itu bermanfaat), menahan emosi, dan membalas kejelekan dengan kebaikan.

Metode Mengajar Mata Pelajaran
1. Memulai dengan mengucapkan salam.
2. Memotivasi melalui nasihat ringan.
3. Memulai menjelaskan pelajaran secara berurutan dan sistematis.
4. Pemecahan masalah.
5. Selalu memantau dan mengevaluasi.
6. Menjauhi kata-kata kotor ketika memarahi anak dan tidak memukul wajah.
7. Memperhatikan keadaan murid yang bersalah.
8. Menyampaikan nasihat ringan di akhir pelajaran bila waktu masih tersisa.
9. Berpisah dengan mereka dengan menyampaikan salam.

=Dosakah ?=

haah aku masih saja mengingatmu
padahal sudah jelas kau bukan miliku dan takkan ku miliki
aku benci dengan rasaku
rasa yang seharusnya kusimpan dan hanya satu orang yang berhak memilikinya
entah lah, dosakah?
jika aku masih menyimpannya

ya Allah
jika ini suatu dosa ampunilah
biarkan aku berlalu tanpa menyisakan bekas
biarkan aku menutupnya kembali
agar aku tak terjerumus dalam dosamu

ya Allah
bukan aku mengingkari fitrahmu 
namun aku takut ini akan menjadi fitnahmu
 
ya Allah
ampuni aku jika terlalu banyak keluhan yang aku sampaikan padamu
tapi aku tidak tau pada siapa lagi aku harus mengadu
pada siapa lagi kucurahkan isi hati
 
ya Allah
Engkaulah Sang Pemilik Hati
Sang Penguasa Jiwa
yang mampu membolak balikan hati
maka biarkan hati ini tetap terjaga
untuk-Mu!!
dan biarkan aku berlalu dari fitnah duniamu

==„"~„"== Diamku ==„"~„"==

:::**:::**::::**:::**::::**::::**::::**::::**::::**::::
Diamku
menyimpan sejuta masalah

diamku
menyimpan sgudang rahasia

dalam diam aku balut luka hatiku

sedihku tersmbunyi dbalik candaku

tangisku ku tutup dngn tawaku

ingin rasanya aku brbagi,namun lidah terasa kelu

ingin rasanya aku mengadu nmun bibirku tak mampu tuk brkata

yaRobb
sadarku inilah bukti kasihMu inilah bukti cintaMu

tak pernah lelah Engkou menegur hambaMu

yg sering lalai mengingatMu

YaRobb
jika jalan ini yg Engkou gariskan berilah hamba ksabaran keikhlasan agar hamba snantiasa mampu menrima sgala khndakMu

~~~~~Aamiin ya robbal 'alamin~~~~~

ADA YG MAU ADOPSI 9 ANAK SYAITAN YG '' MENGGEMASKAN '' INI...???!!???

Kenalan yuk… dengan 9 jenis anak syaitan yang “menggemaskan” ini :

1. Zalituun

- Duduk di pasar supaya manusia hilang sifat hemat. Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.

2. Wathiin

- Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah.

3. A’awan

- Menghasut pejabat/raja/pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Bangga dengan kedudukan / kekayaan hingga lupa kepada rakyat dan tidak mau mendengar nasihat para ulama.

4. Haffaf

- Berkawan baik dengan pemabuk. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat (disko, club malam/tempat yang ada minuman keras & pelacuran).

5. Murrah

- Merusakkan dan melalaikan ahli dan orang yang menyukai musik sehingga lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam kesenangan dan glamournya dunia

6. Masuud

- Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa saja penyakit yang berasal dari kata-kata mulut.

7. Daasim

- Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar terjadi percecokan dalam rumahtangga (suami isteri bertengkar, suami kasar, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak disakiti dan pelbagai bentuk kerusakan rumah tangga lainnya).
 
8. Walahaan

- Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwudu’ dan solat dan mengacaukan ibadah-ibadah kita yang lain.

9. Lakhuus

- Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api/matahari.

DUHAI...PARA UKHTI - UKHTI Qu Sayanggg....

Ini adalah sepucuk surat buat segenap wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Buat segenap wanita… baik sebagai ibu, gadis, istri maupun sebagai anak…yang oleh Allah Ta’ala telah diberi amanah memelihara tangung jawabnya masing-masing… niscaya di hari kiamat kelak akan menanyakan apa yang menjadi tangggung jawab kita semua.


Buat segenap remaja putri yang mengimani Allah… buat siapa saja yang hari ini menjadi remaja putri… kemudian esok bakal menjadi istri dan selanjutnya menjadi ibu.


Wahai wanita… bacalah dan jangan terperdaya. Kita hidup di zaman dimana kehinaan telah menguasai keutamaan. Karena itu berhati-hatilah terhadap mode-mode busana menyolok para wanita telanjang, mode-mode yang menjadi salah satu penyebab kejahatan dan kerusakan.


Wahai wanita… janganlah kita terperdaya oleh para dajjal, turis-turis yang menyerukan tabarruj dan buka-bukaan. Mereka adalah musuh-musuh kita wahai putri Islam-khususnya- dan musuh para kaum muslimin pada umumnya.



Wahai wanita… sebenarnya Alloh telah menurunkan ayat-ayatNya yang telah jelas, supaya dengan melaksanakan tuntunan-tuntunan syari’at yang ada di dalamnya, engkau menjadi terpelihara dan tersucikan dari kotoran-kotoran jahiliyah yang hari ini, musuh-musuh Islam, para penyeru kebebasan, berusaha keras untuk sekali lagi mengembalikan kaum wanita ke abad jahiliyah dengan bersembunyi di bawah cover Peradaban, Modernisasi dan Kebebasan.



Namun sebenarnya orang-orang itu lupa dan tidak pernah memperhatikan bahwa wanita muslimah tidak mungkin akan dapat menerima pembebasan dirinya, lepas dari pengabdiannya kepada rabb-Nya untuk kemudian jatuh menjadi mangsa bagi budak-budak tentara iblis.


Wahai putri Islam…para penyeru tabarruj dan buka-bukaan amat berambisi untuk melepaskan hijab kita, mereka berlomba-lomba ingin mengeluarkan kita dari rumah-rumah kita dengan dalih emansipasi.


Sayang seribu kali sayang, ternyata banyak wanita yang telah keluar rumah dengan pakaian yang menampakan ketelanjangannya (berpakaian tapi telanjang). Mereka berjalan berlenggak-lenggok, sanggul kepalanya seperti punuk onta, menggugah kelelakian kaum lelaki dan membangkitkan letupan-letupan nafsu birahi yang mestinya terpendam..jauh di dasar lautan birahi.


Wahai wanita… janganlah kita tertipu dengan semboyan peradaban yang sebenarnya hanya akan menjajakan wanita sebagai barang dagangan yang ditawarkan kepada siapa saja yang menghendakinya. Jangan pula kita tertipu dengan tipu daya yang tak tahu malu.

Akankah Pada busana sebatas lutut , kita bergegas?


Demi Allah, sungai manakah yang kan kita seberangi ?

Ooo sangatlah kita malu terhadap pandangan-pandangan mata itu ?

Aduhai wanita… ! bacalah dan jangan terperdaya! Malukah kita untuk bertaqwa dan berbusana taqwa kepada Allah SWT? Sementara kita tiada malu untuk bertabarruj dan buka-bukaan ?

Wahai wanita…, adakah akan merugikan kita, penghinaan mereka itu selama kita berada di atas al haq ???


Wahai wanita… siapa yang kelak tertawa di akhirat niscaya dia akan banyak tertawa. Atau kita pernah berfikir bahwa Jilbab kita itu akan menghalangi kita untuk mendapatkan seorang suami?


Ingatlah , bahwa Allah telah menetapkan bagi wanita pasangannya masing-masing? Maka karena itu dengarkan firman-Nya: “Perempuan-perempuan buruk (jahat) untuk pasangan laki-laki yang buruk (jahat). Laki-laki yang buruk untuk pasangan perempuan-perempuan yang buruk pula. Dan perempuan-perempuan yang baik untuk pasangan laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk pasangan perempuan-prempauan yang baik.” (An Nur: 26)


Oleh sebab itu mestinya kita jangan ridha kecuali jika menjadi pedamping seorang suami yang baik, yang berpegang teguh pada ajaran diennya dan selalu merasa diawasi oleh Rabbnya.

Suami seperti inilah yang kita bakal merasa aman bagi jaminan hidup masa depan kita . Lihatlah! Di sana banyak sekali putri-putri sebangsa kita yang terjebak dalam tipu daya kehidupan Romantisme dan Cinta menyesatkan. Ternyata banyak di antara mereka kemudian gagal dalam menempuh jalan hidupnya…. Begitu tragis.

Tapi bagaimanakah kita sanggup berbusana seperti ini di tengah musim panas dan teriknya sengatan matahari ?


Wahai putri fitrah… sesungguhnya di dalam iman terdapat rasa manis bagi jiwa dan rasa tentram bagi dada. Kalau kita tahu bahwa neraka jahannam itu lebih panas niscaya segala rasa panas dunia akan, menjadi ringan bagi kita .


Ketahuilah, sungguh seringan-ringannya orang yang disiksa di neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah telapak kakinya diletakkan sepotong ‘bara’ dari api neraka, tetapi dari sepotong bara di bawah kakinya itu sanggub mendidihkan otaknya…


Waspadalah akan godaan-godaan syetan. Dengan demikain apakah gerangan yang menyebabkan kita berpaling dari seruan Allah?


Dunia dan perhiasannyakah …?


Atau adakah kita kini sedang bergembira ria dengan para pemuda dan dengan dunia kecantikan, seraya kita katakan: “Nantilah saya akan menutup aurat saya (berjilbab) kalau umurku sudah tua”


Ketahuilah ; “Apa-apa yang ada padamu dari suatu nikmat maka ia adalah datangnya dari Allah.”


(an Nahl: 53)


Mestinya kita wajib bersyukur kepada Allah dengan cara mentaati-Nya.

betapa banyak remaja yang hari-harinya penuh tawa…

padahal kain-kain kafan telah siap untuk membungkusnya


sedang ia tak mengira betapa banyak temanten putri dihias ‘tuk sang suami tiba-tiba nyawa melayang di malam taqdir.


Wahai wanita… kembalilah segera kepada nilai-nilai dan prinsip Islam, niscaya harga diri dan kehormatan kita akan terjaga di hadapan siapa saja. Angkatlah kemuliaan kita wahai wanita dengan cara menutup aurat dan berjilbab. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk bisa melakukan apa yang dicintai dan diridahi-Nya. Akhirnya akau memohon pada Allah agar Ia menjadikan amalan kita ikhlas karena wajah-Nya…


salam persaudaraan


Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q. S : Al-Ahzab : 59)

Hanya dengan 1 Ayat Al Quran Dokter Amerika masuk Islam...

Beberapa tahun yang lalu, seorang teman bercerita kepadaku tentang kisah masuknya seorang dokter Amerika ke dalam Islam. Dari apa yang kuingat dari kisah yang indah ini adalah : Kisah ini terjadi pada salah satu rumah sakit di Amerika Serikat.

Di rumah sakit tersebut, seorang dokter muslim bekerja dengan keilmuan yang sangat baik, sehingga memberi pengaruh besar untuk mengenal beberapa dokter Amerika. Dan dia, dengan kemampuan tersebut mengundang decak kagum mereka. Diantara para dokter Amerika ini, dia mempunyai satu teman akrab yaitu orang yang memiliki kisah ini. Mereka berdua selalu bertemu dan keduanya bekerja pada bagian persalinan.

Pada suatu malam, di rumah sakit tersebut terjadi dua peristiwa persalinan secara bersamaan. Setelah kedua wanita itu melahirkan, dua bayi tersebut tercampur dan tidak ada yang mengetahui masing-masing pemilik kedua bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu. Kerancuan ini terjadi disebabkan kecerobohan perawat yang seharusnya dia menulis nama ibu pada gelang yang diletakkan di tangan kedua bayi tersebut. Dan ketika kedua dokter tersebut tahu bahwa mereka berada dalam kebingungan; Siapakah ibu bayi laki-laki dan siapakah ibu bayi perempuan, maka dokter Amerika berkata kepada dokter Muslim,

”Engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur’an telah menjelaskan segala sesuatu dan engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur’an itu mencakup semua permasalahan-permasalahan apapun. Maka tunjukkanlah kepadaku cara mengetahui siapa ibu dari masing-masing bayi ini..!!”

Dokter Muslim itupun menjawab,

”Ya, Al-Qur’an telah menerangkan segala sesuatu dan akan aku buktikan kepadamu tentang hal itu. Biarkan kami mendiagnosa ASI kedua ibu dan kami akan menemukan jalan keluar.”

Setelah nampak hasil diagnosa, dengan sangat percaya diri dokter muslim itu memberitahu temannya si dokter Amerika, siapakah ibu sebenarnya dari masing-masing bayi tersebut…!!!! Dokter Amerika itupun terheran-heran dan bertanya, ”Bagaimana kamu tahu?”

Dokter Muslim menajwab

”Sesungguhnya hasil yang nampak menunjukkan bahwasanya kadar banyaknya ASI pada payudara ibu si bayi laki-laki dua kali lipat kandungannya dibanding ibu si bayi perempuan. Perbandingan kadar garam dan vitamin pada ASI si ibu bayi laki-laki itu juga dua kali lipat dibanding ibu si bayi perempuan.”

Kemudian dokter muslim tersebut membacakan ayat Al-Qur’an yang dia jadikan dasar argumen dari jalan keluar itu,

”Bagi laki-laki seperti bagian dua perempuan.” (QS. An-Nisa:11)

Dan setelah mendengarkan dokter Amerika itu arti ayat tersebut, dia jadi bengong, dan dia menyatakan keislamannya secara spontan tanpa ragu-ragu. Subhanallah, Maha Suci Allah Robb semesta alam.

MUSIBAH DARI SGALA MUSIBAH...YAITU EROSI AHKLAK...

DAHULU seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, Rasulullah, para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah; mereka mencintai dan mengikuti orang-orang kafir & fasik. seperti Bon Jovi, Michael Jakcson, Kurt Cobain, Meihem, Maradona, Bakcham, Ronaldo, dan lainnya. Lebih senang kepada para pemain musik, semisal Padi, Ungu, Ratu, Keris Patih, Samsons, Metallica, Iron Maiden, Nirvana, dan lainnya .
 
Erosi Akhlak
Gemerlapnya kota, gedung-gedung menjulang tinggi dengan kokoh, fasilitas dunia relatif lengkap, teknologi semakin maju, bidang medis hebat, pendidikan meningkat, dan sederet kemajuan yang menunjukkan kehebatan dan kekuatan. Semua ini adalah nikmat yang patut disyukuri.

Namun realita dan fakta di lapangan melaporkan bahwa kekokohan lahiriah dan dunia seperti ini tidak ditopang oleh kekokohan batin, yakni aqidah dan akhlaq karimah!! Kemajuan lahiriah jika tidak ditopang oleh aqidah dan akhlaq, maka ia ibaratnya pohon yang menjulang tinggi, namun batangnya keropos.
 
Nikmat dan kemajuan seperti ini wajib disyukuri dengan memanfaatkannya dalam perkara ketaatan. Jangan nikmat ini malah menjadi sebab datangnya musibah seperti yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Karenanya, Allah -Ta’ala- mengingatkan orang-orang Bani Isra’il (Yahudi) ketika mereka mulai ingkar nikmat,
 
“Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka”. dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datangnya nikmat itu kepadanya, maka Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.(QS. Al-Baqoroh: 211).
 
Apa yang terjadi pada Bani Isra’il juga mulai terjadi pada umat Islam. Ini tergambar pada iman dan akhlaq pada setiap muslim di zaman kita. Perhatikanlah kanan-kiri kita; kita akan menemukan keajaiban dengan terjadinya kerusakan. Kerusakan itu terjadi sedikit-demi sedikit, seperti gunung yang mengalami erosi sampai kita tak lagi melihat lagi gunung yang dahulu menjulang kokoh, bahkan bekasnya tak lagi, rata dengan bumi.
 
Demikianlah kondisi akhlaq pada umat ini; telah mengalami erosi yang perlahan-lahan mengikis identitas keislaman pada diri kebanyakan generasi muslim. Sehingga hampir-hampir kita tak lagi mengenal antara yang muslim dan kafir. Bahkan pada sebagian kondisi, kita tak mengenal identitas itu lagi pada diri dan penampilannya.
 
> Dahulu kaum muslimin hanya berdo’a dan meminta hajatnya hanya kepada Allah saja. Sekarang lain, malah berdo’a, dan meminta kepada orang yang dianggap wali-wali & orang sholeh, atau tempat keramat dan kuburan.
 
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
 
“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyeru (berdo’a kepada) seseorangpun di dalamnya di samping (menyeru) Allah“. (QS. Al-Jin: 18).
 
Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata, “Allah -Ta’ala- menyatakan demikian untuk memerintahkan para hamba-Nya agar mengesakan Allah dalam setiap kondisi ibadah, dan tidak ada seorang yang boleh diseru (dido’ai) selain Allah, serta tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun“. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (4/555)]
 
>Dahulu para wanita menutup seluruh tubuhnya dengan jilbab yang tebal lagi lebar, tak membentuknya. Sekarang sudah banyak wanita tak lagi memakai jilbab; kalaupun pakai, yah pakai jilbab modern yang tak syar’i, karena jilbab macam ini tidak menutupi seluruh tubuh, tak lebar, dan tak tebal !!!
 
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
 
“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita mukminah, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. Al-Ahzaab: 59).
 
>Dahulu para pemuda kita sibuk membaca Al-Qur’an di malam hari dan mempelajari agamanya. Kini semuanya tinggal khayalan; diganti dengan kebiasaan jelek berupa menyanyi & mendengarkan musik, menonton TV, nongkrong di pinggir jalan sambil memetik gitar dan usil. Wah, sungguh sial !!

Padahal Allah -Ta’ala- berfirman

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan, dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan“.(QS. Luqman: 6).
 
Apa yang dimaksud dengan “perkataan yang tidak berguna”? Abdullah bin Mas’ud berkata,
 
هُوَ -وَ اللهِ- الْغِنَاءُ

“Demi Allah, itu adalah nyanyian“. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (21130), Ath-Thobariy dalam Jami' Al-Bayan (10/201), Al-Baihaqiy dalam Syu'abul Iman (5096), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrok alaa Ash-Shohihain (3542). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (jilid 6/hal. 1017)]
 
>Dahulu seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, semisal Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah; malah mencintai dan mengikuti orang-orang kafir & fasik. Bahkan mengidolakan mereka. Buktinya ?! Lihatlah pemuda kita lebih bangga dengan Bon Jovi, Michael Jakcson, Kurt Cobain, Meihem, Maradona, Bakcham, Ronaldo, dan lainnya. Lebih senang kepada para pemain musik, semisal Padi, Ungu, Ratu, Keris Patih, Samsons, Metallica, Iron Maiden, Nirvana, dan lainnya dibandingkan orang-orang yang sholeh tersebut. Musibah di atas musibah!!!
 
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,
 
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah hizbullah (golongan Allah). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung“. (QS. Al-Mujadilah: 22).
 
Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimiy-rahimahullah- berkata, “Barangsiapa yang mentaati Rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , dan mengesakan Allah, maka tak boleh baginya mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang yang ia cintai adalah kerabat terdekatnya“. [Lihat Tashil Al-Ushul Ats-Tsalatsah (hal. 11), cet. Dar Ibnu Rajab]
 
>Dulu seorang muslim malu jika berdusta dan mencuri. Kini dusta malah menjadi bahan profesi bagi para pemuda dan pelawak; mencuri dan korupsi menjadi hobi bagi sebagian orang yang tak takut kepada Allah. Na’udzu billah min dzalika.
 
Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (QS. Al-Maa’idah: 38)
 
Para pakar psikolog, dan ahli pendidikan berusaha mencari sebab terjadinya kerusakan akhlaq tersebut beserta solusinya. Namun mereka tak bisa sepakat dan mufakat; setiap pakar hanya sekedar meraba-raba bagaikan seorang yang buta berjalan di kegelapan malam. Padahal andaikan mereka mengambil penerang dari pelita Al-Qur’an, dan Sunnah, maka mereka akan sampai ke tujuan dengan selamat, tanpa pusing dan takut.

Ketika berselisih seperti ini, kita kembalikan kepada Allah & Rasul-Nya. Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya“. (QS. An-Nisaa’: 59).
 
Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ini merupakan perintah dari Allah -Azza wa Jalla- bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan oleh manusia berupa prinsip-prinsip agama, dan furu’-(cabang)nya agar perselisihan dalam perkara itu dikembalikan kepada kepada Al-Kitab (Al-Qur’an), dan Sunnah“. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/687)]
 
Bila kita kembali kepada Sunnah (petunjuk) Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, kita akan menjumpai bahwa sebab kemerosotan dan erosi akhlaq disebabkan oleh beberapa faktor asasi:
 
-Jauhnya Kaum Muslimin dari petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah
 
-Merebaknya Taqlid Buta kepada Kaum Kuffar
 
-Tipisnya Iman dalam Hati Generasi Muslim
 
-Hawa Nafsu yang Berkuasa

-Munculnya Acara-Acara yang Merusak lewat Media Massa –utamanya TV-
 
Terjadinya erosi dan krisis akhlaq dan moral seperti ini, kembali menyadarkan kita dari tidur yang panjang dan kelalaian yang akut. Sadarlah dari keterlenaan ini sebelum Allah -Azza wa Jalla- menurunkan adzab (siksan)-Nya sebagaimana yang terjadi pada umat-umat durhaka terdahulu. Jika Allah menurunkan adzab-Nya, maka ia tak akan menyisakan dan membedakan antara orang yang sholeh dan orang yang jelek. Semuanya akan dikenakan siksaan, jika tak saling mengingatkan, dan menasihati ketika melihat kemungkaran.
 
Allah -Ta’ala- berfirman,
 
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya“. (QS. Al-Anfaal: 25).
 
Semoga tulisan yang ada di depan anda merupakan sebuah upaya nasihat-menasihati diantara kaum muslimin sehingga kita tak diliputi adzab Allah pedih.

Terakhir, kami berdo’a kepada Allah sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Muslim,

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
 
“Ya Allah berikanlah hatiku ketaqwaannya, dan sucikan. Engkaulah Penolong dan Pemelihara-nya”.
 
salam ukhuwah fillah

Ehmm..........membingungkan

Assalamu'alaikum,


Banyak sekali diantara kita yang beragama islam, tetapi kita tidak mengetahuinya apakah islam asli atau islam di id card bukan dihatinya.



Ada banyak artis yang menyanyikan lagu-lagu islami,dia memuji Kebesaran Allah SWT lewat alunan lagunya. Akan tetapi, mereka masih belum memakai hijab. ckckck.... Sangatlah munafik. Menuji Allah SWT tapi tidak menjalankan perintahnya yaitu memakai hijab. APAKAH AGAMA ISLAM TELAH MENGAJARKAN ITU KE KITA? TIDAK.



Ada lagi orang yang mengenakan baju muslimnya tapi hijabnya tidak menutup bagian dadanya. justru memakai hijab yang modern. APAKAH AGAMA ISLAM TELAH MENGAJARKAN ITU KE KITA? TIDAK.

ditambah memakai baju muslim yang ketat. hanya menutupi kulitnya. padahal kulit bukan aurat. "tutupilah auratmu kecuali wajah dan telapak tangan".



Ada yang lain lagi, dan ini lebih mencengangkan !


Ada yang mengenakan baju muslim sangat sesuai dengan perintah agama, akan tetapi.... didalam dirinya masih mempunyai penyakit hati, seperti GHIBAH, SYIRIK, IRI, DENGKI, DENDAM DLL. Dan tidak ber zakat, sedekah, tidak sholat dan tidak mengaji. ckckckckck.... ASTAGFIRULLAH. APAKAH AGAMA ISLAM TELAH MENGAJARKAN ITU KE KITA? TIDAK.






ISLAM ITU INDAH, MENGAPA KALIAN MENGOTORI CERIMINAN ( CIRI KHAS ) DARI SEORANG WANITA ISLAM, WANITA MUSLIM ATAU DENGAN KATA LAIN WANITA SOLEHAH.


APABILA KALIAN INGIN BERUBAH, RUBAHLAH SEMUANYA MENJADI LEBIH BAIK. JANGAN SETENGAH-SETENGAH.



Semoga renungan ini bisa membuat ana dan kita semua sadar, akan apa yang telah kita lakukan.



salam ukhuwah...