Sabtu, 22 Oktober 2011

Ketika Anak Belum Mau Berjilbab

Oleh : Abi Sabila

Tidak mau! Aku belum mau pakai jilbab sekarang!”

Begitulah jawaban putri tunggal kami, setiap kali kami memintanya untuk memakai jilbab. Bukan baru kali ini saja, sudah berkali-kali kami mengarahkannya, sejak beberapa tahun yang lalu saat dia memasuki usia sekolah. Dan pembicaraan serupa kembali terjadi malam itu, usai makan malam. Semua bermula ketika dia menceritakan pada uminya tentang apa yang dilihatnya saat di pasar kaget sore tadi. Dia masih merasa bingung dengan penampilan seorang ibu yang memakai kerudung namun pakaian yang dikenakannya sama sekali tidak nyambung, bahkan terlihat aneh. Pakai kerudung tapi celana dan baju yang dipakai semuanya menggantung alias pendek.

Mendengar pembicaraan mereka, aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kembali kucoba mengingatkan dia agar segera mengenakan jilbab, mengikuti umminya. Tapi sayang, sama seperti jawaban-jawaban sebelumnya, dia masih bersikeras untuk menunda mengenakan jilbab.


Aku mau memakai jilbab, tapi tidak sekarang. Nanti, kalau aku sudah baligh “ jawabnya selalu setiap kali kami meminta agar ia memakai jilbab secepatnya.

Bila, Bila itu sudah bukan anak kecil lagi, sudah kelas 4. Sebentar lagi Bila sudah memasuki usia remaja. Bila harus ingat bahwa setiap muslimah itu wajib menutup auratnya, caranya dengan memakai jilbab yang syar’I . Bila mau, kelak abi sama umi terhalang masuk syurga gara-gara anaknya tidak menutup aurat dengan benar?” istriku menimpali.

Aku sudah seringkali mendengar nasihat istriku seperti itu, namun meski akhirnya membuat indah mata putri kami berubah menjadi merah sendu menahan air mata, tetap saja dengan sifat kekanakannya dia mempertahankan egonya untuk mengenakan jilbab nanti setelah memasuki usia baligh.
Begitulah putri kami, selalu saja mencari-cari alasan untuk menunda berjilbab. Yang gerahlah, malu lah dengan teman-teman sekolahnya yang hampir semuanya tak berjilbab. Dan alasan utama yang selalu dia jadikan alasan adalah bahwa usianya sekarang masih anak-anak, maka memakai jilbab belum merupakan kewajiban baginya.

Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi, seandainya sejak kecil kami sudah membiasakannya mengenakan jilbab. Inilah salah satu kekhilafan kami sebagai orang tuanya. Kami terbuai dengan kemolekan seorang anak perempuan. Astaghfirulloh! Saat itu, pemahaman kami tentang agama masihlah dangkal. Sedih bila mengingat semua ini. Kami sangat menyesal, namun kami tak ingin rasa sesal kami kemudian memupuskan harapan untuk memperbaiki diri. Kami tak ingin larut dalam rasa penyesalan tanpa ada usaha perbaikan. kami mencoba menemukan sebuah pelajaran dari kesalahan yang telah terlanjur kami lakukan.

Mungkin kami kurang tegas dalam mendidik anak, sehingga di usia 9 tahun putri kami belum mau menggunakan jilbab dalam kesehariannya. Bisa saja kami memaksanya untuk berjilbab saat ini juga, namun kami tidak ingin putri kami berjilbab karena terpaksa. Kami ingin putri kami mengenakan jilbab dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang benar dan mendalam akan pentingnya berjilbab, dan bagaimana tata cara serta konsekuensi yang harus dijaga oleh seorang muslimah yang mengenakan jilbab. Kami sama sekali tidak ingin melihat putri kami mengenakan jilbab secara asal-asalan, setengah-setangah atau bahkan tidak bisa menjaga perilakunya sehingga justru akan merusak citra jilbab itu sendiri.

Jika ditengok ke belakang, istrikupun sebenarnya belum lama mengenakan jilbab. Baru sekitar tiga tahun yang lalu. Saat pertama bertemu, kemudian memutuskan untuk menikah bahkan sampai anak kami memasuki usia 6 tahun, istriku belum mengenakan jilbab. Tapi Alhamdulillah, seiring dengan pemahaman kami tentang agama ini, maka sekarang istriku sudah mengenakan jilbab, bukan hanya ketika hendak bepergian, tetapi di rumahpun dia tetap mengenakannya. Dan, alhmadulillah juga, jilbab yang dikenakannya bukanlah jilbab yang sekedarnya. Tentunya masih banyak hal yang harus dia benahi dan terus pelajari tentang bagaimana berjilbab yang benar menurut agama.

Butuh proses, tidak bisa instan tetapi harus intens. Ketika anak belum mau berjilbab, maka sebagai orang tuanya kami senantiasa berdoa, berharap dan senantiasa memberikan arahan. Satu hal yang tak boleh kami lupakan adalah bahwa kita tidak bisa menyuruh anak tanpa kita sendiri terlibat di dalamnya. Memberikan contoh bagaimana memilih pakaian dan mengenakan jilbab yang benar menurut agama, juga bagaimana adab-adab yang harus dijaga oleh seorang muslimah yang berjilbab adalah tugas utama istriku. Sementara aku, selain terus melakukan berbagai pendekatan, juga perlahan menyiapkan baju-baju muslimah sebagai bukti nyata keseriusan kami. Kami optimis, bahwa dengan kesabaran, kelembutan dan contoh yang nyata dari umminya, maka satu saat nanti putri kami mau mengenakan jilbab dengan kesadaran dan kemauannya sendiri. Insha Allah.

Banyak Bukan Berarti Boleh

 Oleh : Abi Sabila
Seorang anak sedang berbincang dengan ibunya di teras rumah. Ia baru saja pulang sekolah.

“ Bunda, hari Minggu besok aku mau ikut teman-teman renang. Boleh ya, Bun? Buat refreshing. Kan sudah selesai mid semester.” sang anak membuka pembicaraan.

“ Renang? Dimana?” tanya Bunda sambil berjongkok di samping gadis kecilnya yang sedang melepas sepatu.

“ Biasa, Bunda!” Sang anak kemudian menyebut kolam renang yang ia maksudkan.

“ Jangan, sayang! Itu kan kolam renang untuk umum!” jawab Bunda setengah kaget.

“ Ya, memang. Terus kenapa, Bunda?” gadis kecil itu balik bertanya. 

“ Lho, kamu ini bagaimana sih, Nak. Di kolam renang itu kan tidak dibedakan antara kolam untuk laki-laki dan perempuan. Kamu nda boleh ke sana!”

“ Tapi dulu kita pernah kesana, Bunda.”

“ Memang, tapi itu dulu, sebelum Ayah dan Bunda mempelajari Islam lebih dalam. Bunda tidak melarang renangnya, bagaimanapun itu olah raga yang menyehatkan. Tapi yang Bunda tidak ijinkan adalah karena di kolam renang itu tidak dipisahkan antara pengunjung laki-laki dan perempuan.”

“ Pakai baju renang untuk muslimah kan bisa, Bunda “

“ Baju renang muslimah? Memangnya ada ya? Bunda belum pernah lihat, apalagi memakainya. Tapi ‘semuslimah’ apapun bentuk dan modelnya, tetep saja ngepas di badan kan? Kamu pernah liat orang berenang pakai baju model gamis? Kalaupun ada mungkin tidak sengaja jatuh ke kolam atau sedang kebanjiran. Lagian juga, baju renang muslimah itu dibuat bukan berarti bisa dan boleh dipakai di kolam renang yang bercampur antara laki-laki dan perempuan. Baju itu semestinya dipakai di kolam renang yang khusus untuk perempuan. Meskipun sesama perempuan, bukan berarti kita boleh membuka aurat semau kita. Harus tetap dijaga!”

“ Dulu boleh, kenapa sekarang tidak!” protes sang anak, penasaran.

“ Kan sudah Bunda katakan. Pengetahuan Ayah dan Bunda tentang Islam waktu itu masih awam. Tidak semua yang pernah kita lakukan boleh kita ulangi lagi. Apalagi kalau ternyata itu sebuah kesalahan, jangan sampai terulang kedua kali. Kita harus mengambil hikmah dan pelajaran dari masa lalu. Ambil yang baik, tinggalkan yang buruk.”

Gadis kecil itu terdiam, mencoba memahami apa yang Bundanya katakan.

“ Ingat nak, kamu sekarang sudah beranjak remaja, bukan anak-anak lagi. Kewajiban agama sudah melekat padamu, diantaranya menutup auratmu dengan baik dan benar. Soal kekhilafan Ayah dan Bunda di masa lalu, jangan diikuti. Kami sudah bertaubat dan terus memperbaiki diri, semoga Allah senantiasa membimbing agar kami senantiasa istiqomah menempuh jalan yang lurus ini.” Bunda menambahkan. Untuk beberapa saat Bunda terdiam. Perih terasa di hatinya bila mengingat ‘kejahiliyahan’nya di masa lalu.

“ Tapi, Bunda. Teman-temanku banyak yang mau ikut. Sebagian malah hampir setiap bulan kesana. Masa aku sendirian yang nda pernah ikut renang?”

Pertanyaan gadis itu membuyarkan lamunan Bunda.

“ Sayang, banyak yang melakukan bukan berarti boleh. Meski seluruh teman sekolahmu berenang di sana, sama sekali tidak mengurangi apalagi mengubah hukum Islam. Sekali haram tetap haram. Ingat, bukan pada renangnya tapi pada bercampurnya laki-laki dan perempuan, apalagi dengan pakaian renang yang jauh dari menutup aurat.”

Sebenarnya Bunda ingin menambahkan, memberi contoh dengan korupsi yang mewabah di negeri ini. Meski semua pejabat dalam sebuah instansi kompak menjadi penjahat, melakukan korupsi uang rakyat, sama sekali tidak merubah hukum korupsi. Korupsi tetaplah haram, dulu, kini dan yang akan datang, selamanya. Tapi niat itu Bunda batalkan, bukan waktunya menyampaikan ini pada anaknya yang sedang ngotot ingin berenang. Biarlah ini menjadi pengingat bagi yang membaca tulisan ini bahwa korupsi adalah haram, berapapun jumlahnya, apapun bentuk dan caranya, siapa dan berapapun orang yang melakukannya.

Mendapati sang Bunda tetap keukeuh dengan keputusannya, gadis kecil itu mulai berpikir mencari jalan lain agar ia dapatkan ijin untuk berenang bersama teman-temannya. Dan ketika ia menemukan, matanyapun berbinar-binar.

“ Aku mau nelpon Ayah, siapa tahu diijinkan” gadis kecil itu menyeringai, kembali bersemangat.

“ Tidak….”

Bunda ingin mencegah, tapi sang anak sudah terlanjur masuk ke kamar, mengambil handphone dan langsung menghubungi ayahnya yang masih di kantor.

Tiga menit kemudian.

“ Bagaimana, Ayah mengizinkan? Bunda yakin tidak! Benar kan?” tanya Bunda yang masih menunggu di depan pintu kamar.

“ Bunda sama Ayah sekongkol!” jawab gadis kecil itu, mulutnya manyun, ngambek.

“ Lho…lho..lho…kok nuduh begitu?” Bunda tersenyum melihat putri tunggalnya yang justru terlihat lucu kalau sedang ngambek. “ Ayah dan Bunda nda sekongkol, tapi memang begitu seharusnya. Orang tua harus sejalan dalam beramar maruf dan nahi munkar. Tadi Bunda mau mengingatkan kalau Ayah pasti tidak akan mengijinkan,tapi kamu keburu masuk kamar. Tanpa Bunda kasih tahu, insha Allah - ayahmu lebih paham soal ini.”

“ Sudahlah, simpan keinginanmu untuk ikut renang sampai kita temukan kolam renang khusus untuk perempuan. Mudah-mudahan suatu saat Ayah bisa buatkan kolam renang untuk kita di rumah, jadi kita bisa berenang kapanpun kita mau.” bujuk Bunda. 

Gadis kecil itu diam, bergeming. 

“ Biasanya jika tida setuju, Ayah memberikan pilihan lain. Kalau Bunda boleh tahu, Ayah tadi nawarin apa?” tanya Bunda mencoba mencairkan suasana.

“ Ayah bilang, insha Allah mau ajak aku dan Bunda ke toko buku yang ada di mall .“

“ Alhamdulillah. Tuh kan, masih ada cara refreshing yang lebih aman, tidak melanggar larangan agama. Kalau ada yang halal, untuk apa melakukan yang haram? “

“ Iya, Bunda. Tapi besok aku bebas memilih buku apa saja yang aku suka, ya? “

“ Bebas bukan berarti tanpa batas. Harus melihat kemampuan, juga segi kepentingannya. Kita beli yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan!”

Bengkok Itulah Kelebihan dan Keistimewaannya


Suatu hari, ia datang dengan muka marah, dada sempit, seakan isinya terpenuhi oleh bara api dan ia hendak menyemburkannya keluar sekaligus.

Aku katakan kepadanya: “Insya Allah Antum baik-baik saja!”

Ia menjawab: “Kalau saja aku tidak pernah menikah!!! Niscaya hari ini hatiku tenang, jiwaku tenteram dan pikiranku santai … !!!”

“Apa yang membuat pernikahanmu menyusahkanmu?” tanyaku kepadanya pura-pura tidak tahu.

“Siapa lagi kalau bukan si dia, perempuan itu!!!” jawabnya masih dengan nada marah.

“Engkau maksudkan istrimu??!!” komentarku asal-asalan saja.

“Betul sekali” sergahnya.

“Apa lagi yang engkau keluhkan darinya??” komentarku mencoba menyabarkannya.

“Boooanyaaak lah!!!” tanggapannya.

“Maksudmu, yang Antum keluhkan darinya jauh lebih banyak dari yang memuaskan dirimu??” tanyaku masih berlagak bodoh terhadap semua yang telah diungkapkannya.

Ia angguk-anggukkan kepalanya berkali-kali tanda setuju terhadap pernyataanku yang terakhir.

“Barangkali engkau mengeluhkan tentang ketidaktundukannya kepadamu?” pancingku kepadanya.

Ia menatapku dengan cepat dan memandangiku secara mendalam: “tepat sekali” katanya.

“Air matanya langsung bercucuran saat engkau mendebat atau membantahnya??” pancingku lebih lanjut.

Tampak kekagetan pada raut mukanya seraya berkata: “betul, betul sekali” komentarnya setelah itu.

“Ia juga sering membangkang??” selidikku lebih jauh.

Semakin tampak jelas kekagetannya pada bahasa tubuhnya, seraya berkata: “Seakan-akan kamu hidup bersama kami!!!”.

“Perhatiannya kepadamu semakin menurun dan berkurang setelah masa pernikahan berlalu beberapa bulan??” selidikku kayak petugas KPK saja.

“Kamu telah mendengar cerita tentang istriku dari orang lain ya??” pertanyaannya untuk menyembunyikan keheranan dan kekagetannya lebih lanjut.

“Perhatiannya kepadamu semakin parah setelah kalian mempunyai anak??” selidikku lebih lanjut tanpa mempedulikan pertanyaan dia sebelumnya.

“Jadi kamu telah mengetahui segalanya tentang istriku ya??!!!” komentarnya keheranan.

“Tenang dan santai saja saudaraku … dan mari dengarkan penjelasanku!!” pintaku kepadanya.

Tampak rasa marah dan nyeseknya berkurang, dan mulai tergantikan oleh rasa ingin tahu dan karenanya tampak jelas keinginannya untuk menjadi pendengar yang baik. Ia pun berkata: “Silakan berbicara, saya siap menjadi pendengar”.

“Pernahkah engkau membeli alat elektronik? HP, Notebook, dan semacamnya? Dan adakah disertakan bersamanya buku manual penggunaannya?”

“Pernah” jawabnya.

“Bagaimana Antum mempergunakan alat itu? Mestikah sesuai dengan buku manual penggunaannya?”

“Pastilah” jawabnya.

“Bagus, anggaplah Antum baru saja membeli alat elektronik itu, di situ dijelaskan bahwa catu listriknya adalah 110 volt, namun, Antum paksakan dia untuk dicolokkan ke kontak listrik dengan kekuatan 220 volt, apa kira-kira yang akan terjadi??” penjelasanku memberi kuliah teknik elektro.

“Pastilah langsung terbakar” jawabnya singkat.

“Misalnya lagi engkau ditantang untuk balapan motor, motormu 125 cc dengan tulisan di speedometer maksimal 140 km berjam, sedangkan temanmu membawa motor 250 cc dengan tulisan maksimal 260 km berjam pada speedometernya” ceramahku di hadapannya.

“Dijamin kalah lah aku” sergahnya.

“Seandainya Antum memacu gas motor Antum sehingga mentok, akankah motor bisa melaju melebihi angka 140 km berjam??”

“Ya nggak bisa tentunya” jawabnya.

“Kenapa?” tanyaku kepadanya.

“Ya karena dari sononya (pabriknya) memang tidak dimungkinkan untuk melaju di atas 140 km berjam” jawabnya dengan tegas dan lugas.

“Demikianlah ‘pabrikan’-nya perempuan, oleh Allah SWT telah menciptakannya dengan ‘manual’ tertentu yang kita harus ‘menggunakannya’ sesuai dengan ‘manual’ itu” penjelasanku filosofis.

“Maksudmu?” tanyanya.

“Tabiat psikologis perempuan yang engkau keluhkan di awal pembicaraan kita tadi, itulah ‘pabrikan’ perempuan dari sang Penciptanya, kalau saja engkau pahami ‘manual’-nya dengan baik, niscaya engkau tidak akan menuntutnya layaknya dia laki-laki macam kita ini”.

“Manual yang mana yang engkau maksud” tanyanya tampak kebingungan, sebab aku mulai bergaya seorang filosof.

“Bukankah Rasulullah SAW, utusan sang Pencipta telah menjelaskan tentang sebagian dari ‘manual’ itu saat bersabda:

” استوصوا بالنساء خيرا فإن المرأة خلقت من ضلع أعوج وإن أعوج شيء في الضلع أعلاه فإذا ذهبت تقيمُه كسرت ، وإذا تركته لم يزل أعوج ، فاستوصوا بالنساء خيرا

Aku wasiatkan kepada kalian agar berbaik-baik kepada kaum perempuan, sebab ia diciptakan dari tulang iga, sedangkan tulang iga yang paling bengkok adalah yang paling atas, oleh karena itu, jika kalian bermaksud membuatnya lurus dan tidak bengkok, niscaya patah lah ia, dan jika engkau membiarkannya begitu saja, niscaya ia akan terus menerus bengkok dan tidak pernah menjadi lurus, oleh karena itu, aku wasiatkan kepada kalian agar berbaik-baik kepada perempuan. (Hadits shahih muttafaqun ‘alaih)

“Bener juga ya!” serunya.

“Jadi, apa yang engkau inginkan dan minta dari istrimu itu mirip dengan engkau meminta motormu untuk melaju dengan kecepatan di atas 140 km berjam, sehingga, walau pun gasnya sudah kamu tarik sekuat-kuatnya, ya tetap saja maksimal motormu melaju pada kecepatan 140 km berjam” kuliahku kepadanya selanjutnya.

“Oooo” gumamnya dan sepertinya dia mulai mengerti isyarat yang saya maksud.

“Dan mari kita dalami lebih lanjut sabda Rasulullah SAW di atas” pintaku kepadanya.

“Dalam hadits tadi Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jika tulang iga yang bengkok itu kita paksakan harus lurus, maka patahlah dia, hal ini mirip dengan alat elektronik 110 volt kita colokkan pada listrik dengan kekuatan 220 volt, kebakarlah dia” demikian bunyi lanjutan wejanganku kepadanya.

Ia berkata: “Tetapi, bukankah penjelasanmu ini mengindikasikan pengecilan dan pengurangan kadar perempuan??!!!”

“Kekurangan di satu sisi dan kelebihan di sisi lain” jawabku singkat.

“Sama dengan lelaki, ia mempunyai kekurangan di satu sisi dan mempunyai kelebihan di sisi yang lainnya” lanjutku menerangkan.

“Menariknya, apa yang kurang pada perempuan itu berbanding lurus dengan kelebihan pada lelaki dan apa yang lebih pada perempuan berbanding lurus dengan kekurangan pada lelaki” aku melanjutkan kuliah “filsafat”-ku kepadanya.

“Mohon maaf, terlalu filosofis penjelasanmu, tolong beri aku ulasan yang mudah” pintanya kepadaku.

“Dalam hadits Rasulullah SAW tadi disinggung tentang sesuatu yang ‘bengkok’ atau tidak tegak lurus. Betul tidak?!” tanyaku meminta penegasan dari dia.

“Tidakkah saat menyusui, posisi seorang ibu dalam keadaan ‘bengkok’ dan tidak tegak lurus?! Begitu pula saat ia mengenakan pakaian pada anaknya, tidakkah ia dalam posisi ‘bengkok’ dan tidak tegak lurus?!! Dan tidakkah saat ia mendekap anaknya, seorang ibu dalam keadaan ‘bengkok’ dan tidak tegak lurus?!!” demikian retorikaku kepadanya.

“Betul, betul sekali, saya tidak melihat seorang perempuan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti tadi kecuali dalam keadaan ‘bengkok’ dan tidak tegak lurus” jawabnya meng-iya-kan.

“Coba kamu renungkan, tidak ada satu pun kondisi atau posisi seorang ibu saat mengekspresikan rasa rindunya, atau kasih sayangnya, atau belas kasihnya, atau cintanya kepada anaknya kecuali ia dalam keadaan ‘bengkok’ dan tidak tegak lurus!!” pernyataanku mendikte.

“Menariknya lagi, semua kosa kata yang menggambarkan demikian, dalam bahasa Arab, bahasa yang dipakai Rasulullah SAW, semua mempunyai hubungan erat dengan kata ‘bengkok’”.

“Misalnya kata ‘athifah yang berarti simpati, empati, emosi dan kasih sayang. Ia mempunyai hubungan erat dengan makna bengkok, bukankah jalanan yang menikung dalam bahasa Arab disebut thariqun mun’athifun???!!

Dan bukankah kecenderungan atau ketertarikan seseorang kepada sesuatu dalam bahasa Arab disebut mail, sebagaimana firman Allah SWT: fala tamilu kullal mail fatadzaruha kal-mu’allaqah (Q.S. An-Nisa’: 129), dan bukankah mail dalam bahasa Arab artinya adalah miring atau condong, atau bengkok??!!

Dan masih ada beberapa kosa kata lagi yang mempunyai makna bengkok dan sekaligus mempunyai makna sayang atau simpati atau empati dan semacamnya.

Inilah kelebihan perempuan, dengan ‘bengkok’ inilah ia mampu mengekspresikan berbagai rasa sayang, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh lelaki secara sempurna”.

(Dialog antara DR. Muhammad Rasyid Al-‘Uwaid dengan salah seorang lelaki yang mengeluhkan tentang istrinya).

Wahai Wanita, Kau Pondasi Rumah Tanggamu Sendiri, Maka Kuatkan Dirimu

Oleh : Syahidah/Voa-islam.com

Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu, namun tiada terperi kekuatanmu dalam rumah tangga. Kau lah pondasi rumah tanggamu sendiri, yang jika kau lalai, maka bangunan rumah tangga itu akan roboh dan menimpa seluruh keluargamu. Maka hentikan tindakan egoismu, yang mengutamakan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan, namun berarti adalah memuliakanmu sebagai wanita yang berbudi dan berakhlak mulia.


Jangan umbar tangisanmu, walaupun kau berhak untuk menangis. Karena jika kau merasa susah terhadap sesuatu, maka bukan hanya dirimu yang akan berduka. Lebih- lebih para suami yang akan lebih merasa karena kewajiban mereka yang memang harus membahagiakanmu. Sampaikan saja seluruh keluh kesahmu kepada yang Maha menyelesaikan dan maha mempunyai jalan keluar, Allah subahanahu wata`ala.


Jangan banyak meminta, walaupun dalam hal hakmu sekalipun jika memang sudah sedemikian sulit suamimu berjuang untuk keluarga.Ringankan bebannya walaupun sedikit. Jangan beratkan tanggung jawabnya walaupun hanya sekedar sikap burukmu yang hanya sesaat.


Bayangkan bagaimana suamimu harus menjawab pertangungan jawabnya kepada Allah atas sebuah ketidakberdayaannya dalam mendidikmu ?. hentikanlah sikap lalaimu sekarang juga.


Jangan banyak mengeluh, sampaikan saja kekurangan dan protes yang ada pada diri suamimu dengan halus, sehalus kau ingin diperlakukan olehnya. Karena rumah tangga adalah tentang komunikasi dan bekerjasama, dan bukan ajang tuntut menuntut, apalagi merinci kekurangannya. Seperti halnya kaupun tak ingin hanya dilihat dari sisi kekuranganmu saja bukan?


Jangan perlihatkan sakitmu kepada sembarang telinga. Karena tiada manusia yang bisa seratus persen dapat dipercaya. Maukah kau saat ternyata orang yang kau percaya justru memanfaatkan sesuatu yang telah kau ceritakan dan kemudia menusukmu dari belakang. InsyaAllah tidak ada yang lebih mengasihimu kecuali Tuhanmu. Maka sampaikan kepadanya segala keluh kesah dan sakitmu, kepadanya, maka akan kau temukan sejatinya obat batinmu yang luka. 


Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu, namun tiada terperi kekuatanmu dalam rumah tangga. Kau lah pondasi rumah tanggamu sendiri, yang jika kau lalai, maka bangunan rumah tangga itu akan roboh dan menimpa seluruh keluargamu. Maka hentikan tindakan egoismu, yang mengutamakan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan, namun berarti adalah memuliakanmu sebagai wanita yang berbudi dan berakhlak mulia.


Maka kuatkanlah batinmu sekuat yang kau bisa, karena keluargamu membutuhkanmu untuk menguatkan mereka. Dan jika semua sudah diluar kemampuanmu, maka jangan pernah bersandar kepada manusia dalam menguatkan dirimu sendiri. Percayalah, saat kau melayani keluargamu karena Allah, maka Allahpun tak akan menyia- nyiakan mu, dan kau akan lebih terlayani oleh kebaikanNya. InsyaAllah...

N E R A K A


Renungan buat ukhty2 tersayang dan untuk ana sendiri …
semoga cerita ini ber manfa'at ...

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis ..
manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis.
Beliau menjawab, “Pada malam aku di-isra’-kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan.
Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya".
Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

“Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking. Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri. Aku lihat perempuan yang telinganya tuli dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta. Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,”kata Nabi. Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu? *Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya. *Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya (mensetubuhkan diri di atas ranjangnya [berbuat dg yg lain]). *Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas. *Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan mahramnya dan suka mengumpat orang lain. *Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan mahramnya. *Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub. *Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.” Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. wallahua'lam

“Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah!!! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan” ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari) Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. 14:7) "Di hadapannya ada Jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (QS.14:16-17) Maka mereka ditimpa oleh (akibat) kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab yang selalu mereka perolok-olokkan. (QS. 16:34) Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih. (QS. 17:9-10) Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.(An Nahl:104)

==========================

Kalau kita perhatikan dalam kehidupan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kita dapatkan beliau tidak pernah berhenti dari mengingat dan membicarakan neraka. Pada setiap pagi dan sore hari, beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berhenti berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari neraka. Contohnya nyatanya kita dapatkan dalam dzikir pagi dan sore hari, di dalamnya terdapat isti’adzah (doa mohon perlindungan) kepada Allah dari neraka. Yaitu:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذَا اليَومِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذَا اليَومِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah. Dan segala puji bagi Allah, tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nya kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian, dan Dia Mahakuas atas segala sesuatu. Ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya, aku juga berlindung kepada-MU dari keburukan di hari ini dan keburukan sesudahnya. Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua (pikun). Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari adzab di neraka dan adzab di kubur.” (HR. Muslim)

Maka sangat jelas, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam setiap hari, pada pagi dan sore hari, senantiasa berlindung kepada Allah Jalla wa ‘Alaa dari neraka.

Begitu juga kita dapatkan, sesudah bertahiyat - sebelum salam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari neraka. Beliau mengajari kita agar membaca,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dar siksa kubur dan siksa neraka, dari fitnah hidup dan fitnah mati serta dari fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan mengingat neraka tidak luput dari beliau sampai saat sebelum tidur. Ya sampai sebelum tidur. Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila beranjak tidur maka beliau meletakkan telapak tangan kanan beliau di bawah pipi kanan, lalu berdoa:

رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

“Ya Rabb-ku, selamatkan aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (HR. Al-Tirmidzi dan Ahmad) terkadang beliau shallallahu 'alaihi wasallam membacanya sekali dan terkadang tiga kali.

. . . mengingat neraka memiliki bagian besar dalam kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baik dalam pikiran ataupun hati beliau. Beliau tidak pernah terputus dari mengingat neraka.

Bahkan doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang paling sering beliau baca, sebagaimana yang disampaikan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berisi memohon perlindungan dari neraka,

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al Baqarah: 201)

Jadi mengingat neraka memiliki bagian besar dalam kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baik dalam pikiran ataupun hati beliau. Beliau tidak pernah terputus dari mengingat neraka. Seperti inilah seharusnya seorang muslim, senantiasa mengingat neraka. Setiap saat harusnya dia mendengarkan ceramah tentang neraka atau membaca kitab yang menerangkan tentang dahsyatnya neraka. Kenapa? Supaya kita bertambah takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga dalam kehidupan ini kita tidak tenggelam dalam kenikmatan dunia, syahwat dan kemaksiatan sampai lupa akan akhirat.

Kenapa harus mengingat neraka?

Supaya kita bertambah takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga dalam kehidupan ini kita tidak tenggelam dalam kenikmatan dunia, syahwat dan kemaksiatan sampai lupa akan akhirat.

Neraka dalam Al-Qur’an

Berikut ini kami suguhkan tentang gambaran neraka dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala:

هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ

“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19)

Para penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka pakaian dari aspal yang lalu dibakar dengan api neraka . Tidak cukup itu saja, al-hamim (air yang sedang mendidih dan sangat panas) akan disiramkan ke atas kepala mereka, kita berlindung kepada Allah dari menjadi ahli neraka!

Kita bisa bayangkan, kalau saja kita diletakkan pada satu tempat, lalu dari atas turun setetes demi setetes air dalam jangka waktu tertentu, sehari, seminggu, sebulan. Setiap detik air menetes dan mengenai kepala kita. Apa yang akan terjadi? Kita akan tersiksa dengan sendirinya dan bisa menjadi gila, lalu bagimana kalau yang disiramkan itu adalah air mendidih neraka yang panasnya berlipat-lipat dari panasnya dunia.

Kemudian Allah melanjutkan,

يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ

“Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).” (QS. Al-Hajj: 20) betapa dahsyatnya panas air tersebut. Saat disiramkan di atas kepala, maka air tersebut akan menghancurkan isi perut; daging, lemak, dan ususnya. Yakni isi perutnya meleleh karena panasnya air neraka yang mendidih tersebut. Sehinggapun kulit mereka juga meleleh. Kita memohon keselamatan kepada Allah dari beratnya siksa neraka.

Selanjutnya Allah berfirman,

وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ

“Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21) Maqami’ itu semacam palu atau martil dari besi yang dipukulkan ke kepala mereka. Maka ketika mereka hendak keluar dari neraka, dipukulkan martil-martil tersebut di atas kepala mereka supaya siksa tidak terputus dari mereka. “Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah adzab yang membakar ini".” (QS. Al-Hajj: 22)

. . tidak cukup hanya disiramkan ke atas kepala mereka, namun al-hamim (air neraka yang sedang mendidih dan sangat panas) tersebut diminumkan kepada mereka sehingga usus-usus mereka terpotong-potong, tercabik-cabik dan hancur berantakan.

Ya Allah, jauhkan kami dari siksa neraka!.

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ

“Sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad: 15) ya benar, mereka dipaksa meminum air neraka yang sedang mendidih dan sangat panas menghancurkan.

Jadi tidak cukup hanya disiramkan ke atas kepala mereka, namun al-hamim (air neraka yang sedang mendidih dan sangat panas) tersebut diminumkan kepada mereka sehingga usus-usus mereka terpotong-potong, tercabik-cabik dan hancur berantakan. Ya Allah, jauhkan kami dari siksa neraka!.

Sesungguhnya panasnya api neraka Jahannam tidak tertandingi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan, panasnya lebih dari 70 kali dari panasnya api dunia yang paling panas.

Satu contoh permisalah yang tak mungkin bisa menyamai dengan neraka. Seandainya kita dipaksa meminum secangkir kopi atau teh yang sedang mendidih dengan segera, apa yang akan terjadi? Lidah dan mulut kita akan melepuh, dan boleh jadi usus kita juga akan meradang dan putus. Lalu bagaimana kalau yang diminumkan adalah air neraka yang sedang mendidih dan memiliki panas yang tak terhingga.

“Orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” Coba bayangkan keadaan ahli neraka yang dijelaskan ayat ini! karenanya benar-lah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Kalau kalian tahu apa yang aku ketahui, pasti kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Masalahnya, kita tidak mengetahui sebagaimana yang diketahui oleh beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menggambarkan tentang tikar dan selimut ahli neraka,

لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ

“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka).” (QS. Al-A’raf: 41) dari bawah penghuni neraka ada tikar yang terbuat dari api neraka, sedangkan dari atasnya mereka diselimuti dengan selimut dari neraka juga. Dari sini, dapat kita padukan dengan ayat-ayat yang lain, bahwa para penghuni neraka akan dipakaikan baju dari aspal neraka yang lalu dibakar, tikar dari neraka, selimut dari neraka, dan juga cambuk (martil) dari besi.

Pada ayat lain, Allah Ta’ala menyebutkan tentang angan-angan para penghuni neraka, yaitu kematian. Mereka ingin sekali mati sehingga tidak merasakan adzab neraka yang maha dashsyat. Hal ini sebanding dengan angan-angan mereka di dunia, yaitu mereka berangan dan berhayal dapat hidup seribu tahun atau lebih. Mereka sangat cinta kepada kehidupan dunia. Sedangkan di akhriat mereka sangat-sangat berharap bisa mati. Kita berlindung kepada Allah dari menjadi bagian orang-orang kafir.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا

“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya.” (QS. Faathir: 36) Yakni, dia tidak mati dan tidak akan diringankan adzabnya. Berbeda dengan siksa manusia di dunia, berapa tahun dan seberapa hebat mereka menyiksa sesama manusia? Penyiksanya bisa bertaham menyiksa paling hanya satu atau dua jam secara berturut-turut lalu istirahat. Pun dia masih butuh makan, minum, buang air dan kebutuhan lainnya sehingga siksa akan berkurang atau dihentikan sementara. Dan ujung dari siksaannya adalah kematian. Sedangkan di neraka, adzab tidak akan dihentikan barang sejenak, karena yang menyiksa adalah para malaikat yang sudah Allah bekali dengan kekuatan luar bisa dan sangat menyeramkan. Mereka tidak mengenal lelah atau capek sehingga tidak ada istirahat dari siksa bagi penghuni neraka. Setiap detik, setiap menit dan setiap jam penghuni neraka disiksa tanpa henti dan mereka tidak bisa mati. “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (QS. Al-Nisa’: 56)

Ahli neraka ingin sekali mati sehingga tidak merasakan adzab neraka yang maha dashsyat Hal ini sebanding dengan angan-angan mereka di dunia, yaitu mereka berangan dan berhayal dapat hidup seribu tahun atau lebih.

Karena itulah, wahai saudaraku seiman, kita harus senantisa mengingat akan neraka, berlindung kepada Allah 'Azza wa Jalla dari siksa neraka yang luar biasa. Di dalamnya tidak ada kematian, sebagaimana Allah kisahkan tentang permintaan penghuni neraka kepada Malaikat Malik sang penjaga neraka,

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ

“Mereka berseru: "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja".” (QS. Al-zukhruf: 77)

Maka Malikat Malik menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini). Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.” (QS. Al-Zukhruf: 77-78)

Sesungguhnya siksa neraka jahannam tidak bisa dibayangkan. Kedahsyatannya melebihi dari setiap gambaran manusia tentang berat dan dahsyatnya siksa, “Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya,” (QS. Al-Fajr: 25). Tidak seorang pun yan menyiksa bisa menyamai siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka bagi setiap mukmin agar merenungi ayat-ayat tersebut dan sering membaca keterangan-keterangan tentang neraka, . . . agar hati ini takut dan khawatir terhadapnya. Sehingga dia akan bertakwa kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Sesungguhnya masih banyak ayat lain yang menceritakan tentang kengerian dan dahsyatnya siksa neraka. Maka bagi setiap mukmin agar merenungi ayat-ayat tersebut dan sering membaca keterangan-keterangan tentang neraka, minimal satu bulan sekali. Kalau bisa, lebih banyak dari itu, agar hati ini takut dan khawatir terhadapnya. Sehingga dia akan bertakwa kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya. Kemaksiatan ditinggalkan sedangkan kewajiban dijalankan dengan semestinya.

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan segala hal yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Ya Allah peliharalah kami dari siksa neraka, sungguh kami tidak sanggup menahannya dan kuasa menjalaninya. Amin, ya Rabbal a’lamin!

==========================

Pintu mana yg akan kita pilih kelak ukhty jika tobat kita di tunda2 ....

Ingat ukhty Ku ... penghuni neraka jumlah yang paling banyak ada kaum wanita ...

Semoga kita dapat menjauhi nya larang2 gan nya dengan ber tobat ...