Senin, 06 Juni 2011

Persahabatan

Bismillahirrahmannirahiim

TERUNTUK
Sahabat, Teman,
Kawan, Bisa juga
[Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Om,Tante, Kakak, Adik,
Guru, Dosen, Ustadz, Teman seperjalanan,
Teman duduk, Teman Ta’lim,Teman Belajar,
Teman Facebook, De el el]

Hmmm……
Bagaimana aku memulainya ya>>>>?
Hmm siapkah teman sejati engkau……?
Apakah ia selalu ada di sisi engkau…….?
Apa yang ia berikan kepada engkau…..?

Tak perlu dijawab saat ini, aku akan memberikan
Sedikit [BENER_BENER SEDIKIT] dari apa yang terlintas
Dari apa yang di berikan ustadz-ustadz [BERHARAP…]

“Sungguh Engkau (Muhammad), seorang yang berbudi pekerti luhur.” (Qs. Al Qolam: 4)

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

“Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara” (Ali Imron : 103)
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Al Hujrat : 10 )

Memilih Teman Yang Baik

Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan ber-perilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Cinta Karena Allah

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.
Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)
Dari Mu’adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).
Mencintainya seperti mencintai dirinya sendiri

Dari Anas ra, dari Nabi `Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda; tidak beriman seorang di antara kalian hingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya (HR al-Bukhari)

Lemah Lembut dan Bermuka Manis

Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya “Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.” (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya.”

Saling Memberi Nasihat
Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma’ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.

Seorang muslim adalah cermin saudara muslim lainnya. Jika salah seorang muslim melihat saudaranya berbuat baik, ia memberi semangat agar terus meningkatkan amal kebaikannya. Akan tetapi jika ia melihat saudaranya mengerjakan sesuatu yang kurang sempurna, ia akan menasihatinya dengan cara yang baik - secara diam-diam - dan menganjurkan agar ia bertaubat kepada Allah untuk kembali ke petunjuk Dinul Haq.

Rasulullah `Shallallahu ‘alaihi wa salam membaiat para sahabat dengan nasihat yang ikhlas semata-mata karena Allah agar mereka menjadi da’i yang ikhlas, penunjuk jalan yang baik, dan menjadi mujahid dakwah, di manapun mereka berada dan kemana pun mereka berjalan.

Sekuat-kuat ikatan iman adalah bersahabat karena Allah, cinta karena Allah, dan membenci karena Allah” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas Ra)
Terhadap orang yang jelas-jelas membangkang syariat Allah atau orang-orang muslim yang murtad maka bagi mereka putus semua hubungan.

Hal ini merupakan pelaksanaan pengarahan Al-Quran, meskipun yang murtad itu ayah, saudara, atau anak sendiri.

“Kamu tidak akan mendapat satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka….” Qs. Al-Mujadilah:22
“Hai orang-orang beriman, janganlah engkau jadikan bapak-bapak, dan saudara-saudaramu menjadi walimu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali maka mereka itulah orang-orang yang zalim” Qs. At-Taubah:23

Islam menempatkan ikatan ukhuwah islamiyah di atas semua ikatan, dan menempatkan persaudaraan aqidah Rabbaniyah berada di atas segala persaudaraan. Oleh karena itu, prinsip Islam yang tetap dan tidak berubah-ubah adlah “Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah bersaudara”

Berlapang Dada dan Berbaik Sangka

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.” (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:

“Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku.” (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata ’shahih’)

Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman, yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, ,,,
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah dugaan yang tanpa dasar.

Menjaga Rahasia
Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, ”

Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.” (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

Mendo’akannya, baik ketika masih hidup maupun ketika sudah meninggal.


Dari Ummu ad-Darda’, ia berkata, tuanku pernah menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Rasulullah `Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, barangsiapa berdo’a kepada saudaranya dengan tanpa diketahuinya, maka malaikat yang ditugasi untuk mengabulkan do’a akan berkata, Amin (semoga dikabulkan) dan bagimu yang sepertinya juga (HR Muslim)