Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia menghasankannya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, keduanya dengan lafaz yang sama dari al-Walid bin al-Walid Abu Ustman al-Madini bahwa Uqbah bin Muslim menyampaikan kepadanya bahwa Syufai al-Ashbahi menyampaikan kepadanya,
“Bahwasanya dia datang ke Madinah, dia mendapatkan seorang laki-laki yang dikerumuni oleh banyak orang, dia bertanya, “Siapa dia?” “Abu Hurairah” jawab orang-orang. Dia berkata, “Lalu aku mendekat kepadanya sehingga aku duduk di hadapannya, sementara dia terus menyampaikan hadits kepada orang-orang. Ketika dia telah selesai dan menyendiri, aku berkata kepadanya, “Aku memohon kepadamu dengan kebenaran dan dengan kebenaran, anda belum menyampaikan kepadaku sebuah hadits yang anda dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kamu pahami dan kamu ketahui.”
Abu Hurairah berkata,
“Baiklah sungguh aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang telah disampaikan Rasulullah kepadaku, yang aku pahami dan aku ketahui”. Kemudian Abu Hurairah menarik nafas panjang lagi berat sampai hampir pingsan (karena sedih atau takut). Kami diam, kamudian dia tersadar. Dia berkata “Sungguh aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah kepadaku saat aku dan beliau di rumah ini, tidak ada orang lain selain aku dan beliau.” Kemudian Abu Hurairah menarik nafas panjang lagi berat. Kemudian dia tersadar dan mengusap wajahnya. Dia berkata, “Baiklah sungguh aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah kepadaku pada saat aku dan beliau di rumah ini, tidak ada orang lain selain aku dan beliau.” Kemudian Abu Hurairah menarik nafas lebih berat dan panjang lalu dia terjatuh di atas wajahnya, aku menahannya cukup lama. Kemudian dia tersadar, dia berkata, “Rasulullah menyampaikan kepadaku,
“Bahwa sesungguhnya pada hari kiamat Allah turun kepada para hamba untuk memberi keputusan diantara mereka, masing-masing umat berlutut. Orang-orang yang pertama kali dipanggil adalah orang yang mengumpulkan al-Qur’an, orang yang terbunuh di jalan Allah, dan orang yang berharta melimpah. Allah berfirman kepada qari (yang pandai baca al-Qur’an), “Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang Aku telah turunkan kepada RasulKu?” dia menjawab, benar wahai Rabbku. Allah bertanya, “Apa yang kamu lakukan terhadap apa yang diajarkan kepadamu?” dia menjawab, “aku menegakkannya di tengah malam dan siang. Allah berfirman, “kamu dusta”. Malaikat juga berkata kepadanya, “kamu dusta”. Allah berfirman, “kamu ingin agar digelari al-Qari’ dan itu telah dikatakan”.
Pemilik harta melimpah didatangkan, Allah berfirman kepadanya, “Bukankah Aku telah melapangkan hidupmu sampai kamu tidak memerlukan seorangpun?” dia menjawab, “benar ya Rabbi”. Allah bertanya, “lalu apa yang kamu lakukan terhadap pemberianKu?” dia menjawab, aku menjalin hubungan silaturahim dan bersedekah”. Allah berfirman kepadanya, “kamu dusta”. Malaikat juga berkata kepadanya “kamu dusta”, Allah berfirman, “Akan tetapi kamu ingin agar dikatakan, “fulan dermawan” dan itu telah dikatakan”.
Orang yang terbunuh di jalan Allah dihadirkan. Allah bertanya kepadanya, “Dalam rangka apa kamu terbunuh?” dia menjawab, “Ya Rabbi, Engkau memerintahkan berjihad dijalanMu, lalu aku berperang sehingga aku terbunuh”. Allah berfirman “kamu dusta”. Malaikat pun berkata, “kamu dusta”. Allah berfirman, “Akan tetapi kamu ingin agar dikatakan “fulan pemberani”, dan itu telah dikatakan”.
Kemudian Rasulullah memukul lututku lalu bersabda, “Wahai Abu Hurairah, tiga orang itu adalah makhluk Allah pertama yang dibakar oleh api neraka pada hari kiamat.”
Al-Walid Abu Utsman al-Madini berkata, “Uqbah memberitakan kepadaku bahwa syufailah yang datang kepada Muawiyah dan memberitakan ini kepadanya. Abu Utsman berkata, “Dan al-Ala’ bin Abu Hakim menyampaikan kepadaku bahwa dia adalah algojo Muawiyah, dia berkata, “Lalu seorang laki-laki datang kepadanya dan menyampaikan ini kepadanya dari Abu Hurairah”. Muawiyah berkata, “Mereka telah diperlakukan demikian, lalu bagaimana dengan manusia-manusia yang lain?” Kemudian Muawiyah menangis dengan keras sampai kami mengira dia celaka. Kami berkata, “Orang ini telah datang kepada kami membawa keburukan”. Kemudian Muawiyah tersadar dan mengusap wajahnya. Dia berkata, “Allah dan RasulNya benar, “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Hud 15-16)
HR. at-Tirmidzi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid, dia dihadapkan, ditunjukkan kenikmatan-kenikmatannya maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan padanya?” Orang itu menjawab “Aku berperang karenaMu sehingga aku mati syahid.” Allah berfirman, “Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan ‘fulan pemberani’ dan itu telah dikatakan,”
Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Qur’an, dia dihadapkan, ditunjukkan kenikmatan-kenikmatannya maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan padanya?” Orang itu menjawab, “Aku belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Qur’an karenaMu’. Allah berfirman, “kamu dusta, akan tetapi kamu belajar agar kamu dipanggil ‘alim’ dan kamu membaca al-Qur’an agar dipanggil ‘qari’ dan itu telah dikatakan”, kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang dilapangkan hidupnya oleh Allah, Dia memberinya bermacam-macam harta, dia dihadapkan, ditunjukkan kenikmatan-kenikmatannya, maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan padanya?” Orang itu menjawab, “Tidak ada jalan di mana Engkau ingin di infakkan kepadanya kecuali aku berinfak padanya demi Engkau”. Allah berkata, “Kamu dusta, akan tetapi kamu lakukan itu agar dikatakan “dia itu dermawan”, dan itu telah dikatakan”, lalu diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan ke dalam neraka.
-HR. Muslim dan an-Nasa’i-
Bahaya riya
=======
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sampaikan berita gembira kepada umat ini bahwa mereka akan meraih kemuliaan, agama dan ketinggian (kejayaan) serta kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka yang melakukan amal akhirat demi dunia maka di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa-apa”.
-HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam shahihnya-
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Barangsiapa yang memperdengarkan (amalnya) niscaya Allah akan memperdengarkannya, dan barangsiapa yang memamerkan (amalnya) niscaya Allah akan memamerkannya.”
-HR. Bukhari dan Muslim-
(Penjelasan): Barangsiapa menampakkan amalnya kepada manusia karena riya’ maka Allah memperlihatkan niatnya yang rusak pada amalnya itu pada hari kiamat dan mempermalukannya di hadapan seluruh makhluk-Nya. (shahih At-Targhib wa At-Tarhib, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada seorang hamba yang berdiri (beramal) di duni di atas pijakan riya’ dan sum’ah kecuali Allah akan mempermalukannya dengan memperlihatkan niat busuknya pada hari kiamat di hadapan makhluk-makhluk-Nya.
-HR. ath-Thabrani dengan sanad hasan-
Dari Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Said al-Khudri dari bapaknya dari kakeknya dia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami sedangkan kami pada saat itu sedang membicarakan al-Masih ad-Dajjal, maka beliau bersabda, “Bersediakah kalian aku beritahu sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian dari al-Masih ad-Dajjal?” Kami menjawab, “Tentu ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Syirik yang samar, yaitu seseorang mendirikan shalat maka dia memperindah shalatnya karena merasa ada orang yang melihat shalatnya.”
-Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan al-Baihaqi-
Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar lalu bersabda,
“Wahai sekalian manusia, jauhilah syirik yang tersembunyi.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu syirik tersembunyi?” Nabi bersabda, “Seorang laki-laki mendirikan shalat lalu dia bersungguh-sungguh memperindah shalatnya karena dia mengetahui ada orang yang melihatnya, itulah syirik yang tersembunyi.”
-Hadits Hasan. Di riwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya-
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan pada kalian adalah syirik kecil. Kata mereka, “Apa itu syirik kecil ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Riya”. Apabila Allah membalas manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka, Dia berfirman, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian pamerkan (amal-amal kalian) kepada mereka maka lihatlah, adakah kalian mendapatkan balasan di sisi mereka?”
-Hadits Shahih. HR. Ahmad dan al-Baihaqi-
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Allah mengumpulkan orang-orang pertama dan terakhir pada hari kiamat, hari yang tidak ada keraguan padanya, seorang penyeru berseru, “Barangsiapa telah menyekutukan Allah dengan seseorang dalam amalnya maka hendaknya meminta pahala kepadanya karena Allah adalah Yang paling tidak membutuhkan persekutuan.”
-Hadits Hasan. HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi-
Dari Abu Ali, seorang laki-laki dari Bani Kahil dia berkata, Abu Musa al-Asy’ari berkhutbah pada kami, dia berkata, “Wahai sekalian manusia, takutlah kalian terhadap syirik ini, karena ia lebih samar dari langkah semut hitam.” Lalu Abdullah bin Hazan dan Qais bin al-Mudharib berdiri kepadanya dan berkata, “Demi Allah kamu harus keluar dari apa yang kamu katakan atau kami akan mendatangi Umar diizinkan untuk kami atau tidak diizinkan.” Abu Musa menjawab, “Aku keluar dari apa yang aku katakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami pada suatu hari. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, takutlah kalian terhadap syirik ini karena ia lebih samar dari langkah semut.” Maka orang-orang berkata kepada Rasulullah, “Bagaimana kami menjauhinya, sementara ia lebih samar daripada langkah semut ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ucapkanlah,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ.
Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, agar tidak menyekutukan kepadaMu, sedang aku mengetahuinya dan minta ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui.”
-HR. Ahmad dan ath-Thabrani-
Semoga nasehat ini bermanfaat untuk kita semua agar senantiasa berhati-hati untuk menjaga keikhlasan kepada Allah dalam beramal shalih.
Hadanallahu wa iyyakum.