Jumat, 20 Mei 2011

Belajar Memahami Ketetapan Allah

“Tidak sekali pun nafas yang engkau hembuskan, kecuali di dalamnya ada ketentuan Allah yang berlaku atas dirimu.”

Ini adalah cerita sedih seorang sahabat. Di usianya yang masih terbilang muda, ia harus rela hidup menjanda. Sebuah kisah cinta yang tragis. Di hari pernikahannya, usai merayakan walimah, suaminya jatuh sakit. Sakit yang pada akhirnya mengantarkan sang suami menghadap-Nya.

Mimpi tentang kebahagian hidup berumahtangga pun pupus sudah. Tak terbayangkan kepedihan yang dirasakan sahabatku ini. Angan-angan yang telah dirajut sejak lama, terurai dalam sekejap.

Teramat berat. Tentu saja. Bayangkanlah seandainya hal itu menimpa diri kita?

Tapi, inilah hidup. Ada sukanya dan ada dukanya. Ada senangnya dan ada sedihnya. Kita tidak dapat senantiasa melewati lorong hidup yang terang, kadang kita harus melewati lorong hidup yang gelap. Kita tidak dapat berharap hidup menyapa kita dengan keindahannya setiap waktu.

Kalau kita dihadapkan pada pilihan antara senang dan sedih,kita pasti memilih untuk senang. Jika kita dihadapkan pada pilihan kaya dan miskin, pasti kita lebih memilih kaya. Jika kita dihadapkan pada pilihan antara sehat dan sakit, pasti kita memilih sehat.

Namun, ini bukan tentang apa yang kita inginkan. Ini tentang apa yang harus kita jalani, sebagai bagian dari ketetapanNya. Pilihan kita hanyalah Ridho dengan takdirNya. Karena sejatinya, seburuk apapun yang terjadi, sepedih apapun yang kita rasakan, ketetapan ALLAH tetap hal terbaik bagi setiap hamba-hambaNya. Karenanya akan senantiasa ada hikmah dari segala hal yang menimpa kita.

Musibah yang menimpa sahabatku ini, di kemudian hari memberi ruang perdebatan, ketika banyak orang-orang yang mengatakan itu terjadi karena pilihan tanggal pernikahannya adalah hari yang buruk. Bagi sahabatku, ini adalah ujian lain bagi kemantapan aqidahnya.

Tidak ada yang harus disesali dari pilihan tanggal pernikahan tersebut. Jodoh adalah keputusan Allah. Dan dilangsungkan pernikahan pada tanggal yang telah disepakati , juga merupakan keputusan Allah. Tidaklah terjadi sesuatu kecuali atas kehendak-Nya.

Tidak ada hari yang buruk. Setiap hari adalah baik. Karena hari adalah putaran waktu yang ditandai dengan terbit tenggelammnya matahari. Yang membuat “hari menjadi buruk” adalah sikap negative para hamba dalam merespon ketetapanNya.

Sahabat,

Sesungguhnya, keseluruhan hidup kita adalah karunia. Jika pun ada takdir buruk berupa musibah yang menerpa kita, mungkin saja, sesungguhnya Allah menghindarkan kita dari musibah yang lebih besar. Bisa jadi, ini adalah tangga untuk naik kepada derajat yang lebih tinggi di sisiNya. Bisa jadi, dengan musibah ini Allah menghapus dosa-dosa kita.

Inilah juga tanda dari rasa sayang-Nya, karena setiap musibah yang menimpa setiap hamba sesungguhnya adalah sapaan kasih dari-Nya, agar kita mendekat kepadaNya.

Mungkin ada saat ketika kita bertanya kepada-Nya, “Why it happens to me?”

Mungkin ada saat ketika kita meratap, ”God, it’s completely hard!”

Sahabat,

Engkaulah muslimah terpilih. Bukankah Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka ia diuji (dengan musibah yang menimpa).” (HR. Bukhari)

Engkau istimewa, karenanya DIA memperlakukanmu dengan istimewa. Rasakan ini sebagai bentuk cintaNya yang demikian dalam kepadaMu. Bukankah Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila Allah menyenangi seorang hamba maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya.” (HR. Baihaqi)

Engkau luar biasa. Karena hanya orang-orang luar biasa yang mendapat ujian luar biasa. Bukankah Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau imannya lemah dia diuji dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus menerus sehingga ia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari)

Dan sesungguhnya Allah SWT tidak akan menimpakan beban di luar kesanggupan kita. Segala ujian yang menimpa kita sesuai dengan kadar ketahanan yang kita miliki.

Sahabat,

Semoga Allah menghapus dosa-dosamu asbab musibah yang menimpamu. Semoga Allah mencatatnya sebagai kebaikan atas kesabaranmu menghadapi cobaan ini. Semoga Allah memberi pengganti yang lebih baik. Semoga Allah memberimu pasangan hidup (lagi) yang akan mencintaimu karenaNya, dan akan engkau cintai karenaNya. Semoga Allah karuniakan kepadamu “Pangeran Impian” to brighten your days. Semoga Allah kirimkan kepadamu dalam waktu dekat.

Salam cinta untukmu...

(eramuslim.com)

Tiada Kata Selain Syukur

Masihkah Ada Alasan untuk Tidak Bersyukur?

Alhamdulillah,

Allah beri aku kesempatan untuk sedikit melihat “ke dalam”, pada diri yang hina ini.

Ini tentang kisah waktu kuliah. Dan nyaris, aku tersungkur waktu itu. Aku rasakan rembesan bulir bening itu, mengambang di pelupuk mata. Sungguh, Allah betapa agungnya Engkau yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Dengan sebaik-baik bentuk. Dengan penciptaan yang teramat sangat sempurna! Maha Agung Engkau wahai Allah! Betapa Maha Agungnya. Andai semua kata-kata yang menunjukkan kemuliaan, keagungan, dan kebesaran itu digabungkan jadi satu, sungguh masih belum dapat mewakili betapa amat sangat Maha Agungnya Engkau.

Tak ada satu amstrong pun di bagian tubuh ini, kecuali sebuah penciptaan yang luar biasa. Sangat luar biasa sempurnanya. Sesuatu yang sering terlupa. Maka, masih adakah alasan untuk tidak bersyukur?

“Ingatlah kamu sekalian kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu, serta Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2] : 152)

Kesyukuran itu jarang sekali terucap ketika ni’mat itu masih meliput diri kita. Merasa itu hanyalah sebuah hal yang ‘memang begitu adanya’ teramat biasa-biasa saja. Tapi, jika sedikit saja tercerabut, maka, kita akan merasakan kehilangan yang amat sangat luar biasa.

Sekarang, mari sedikit mengamati apa yang menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja itu.

Pernahkah kita membayangkan betapa beruntungnya kita bisa makan nasi?

Mungkin sebagian bilang, “ah, makan nasi mah lumrah. Biasa!”

Ah, tidak!

Bersyukurlah ketika kita masih bisa makan nasi. Mungkin kita tak bisa bayangkan, betapa tersiksanya orang yang alergi terhadap nasi. Ini kasus nyata! Seorang pasien di sebuah Rumah Sakit yang sedang diterapi terhadap penyakit alergi makan nasi. Maka, bukankah sangat pantas kita bersyukur ketika kita bisa makan nasi dengan mudahnya.

Mungkin, menghirup udara adalah hal yang biasa-biasa saja bagi kita. Kita boleh dengan sepuas-puasnya menghirup gratis. Tapi, bagaimana dengan orang yang tak mampu lagi bernafas sehingga oksigen itu harus dibeli? Bukankah tiada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur ketika Allah masih memberikan kesempatan untuk menghirup udara-Nya dengan bebas?

Permisalan lain, ketika kita tertidur dengan mudahnya, pulas. Pernahkah kita membayangkan ada orang yang bahkan ia harus tersiksa setengah mati untuk dapat tidur? Bersyukurlah, ketika bisa tidur dengan pulas. Bersyukurlah. Aku pernah berada di fase ini. Ketika aku membutuhkan energi banyak untuk hanya sekedar tertidur! Betapa tidak enaknya. Betapa tidak enaknya ketika tidur harus dengan obat penenang. Maka, masih adakah alasan untuk tidak bersyukur?

Ketika kita bisa buang air besar dengan lancar pun, semestinya kesyukuran itu ada! Semestinya. Betapa tidak enaknya ketika saluran feses malah dialihkan melalui perut. Lalu, adakah alasan untuk tidak bersyukur?

Sungguh, setiap satuan terkecil komponen tubuh kita, adalah penciptaan luar biasa dan telah teroganisir dengan benar-benar sangat sempurna! Amat sangat sempurna! Andai saja, semua kerja tubuh ini, semua proses yang berjalan di dalamnya dikendalikan oleh kesadaran manusia, MAKA TAK ADA MANUSIA YANG SANGGUP HIDUP! TAK ADA! Maka, apakah masih ada alasan untuk tidak bersyukur?

Oh, kita bisa bayangkan bagaimana sempurnanya penciptaan diri kita! Betapa amat sangat sempurnanya. Dalam kuliah, kadang aku sering berpikir-pikir sendiri. Dari disiplin ilmu yang kuplajari, bahwasannya penyakit itu terjadi, ketika ada sesuatu yang tidak seimbang. Ada sesuatu yang kurang. Ada sesuatu yang hilang. Ada sesuatu yang tidak bekerja sesuai sistemnya. Kemudian berakibat, kekacauan sistem, sehingga tubuh tak dapat beraktivitas normal. Maka kemudian seorang Farmasis mendesain sesuatu obat yang dapat mengembalikan keseimbangan, kerusakan dan kehilangan dari tubuh itu untuk dapat kembali normal.

Tahukah engkau, bahwasannya belum ada satu obat pun yang dapat menggantikan secara spesifik ketidakseimbangan itu! Tak ada! Sekali lagi kukatakan, TIDAK ADA! Manusia tak sanggup untuk membuatnya, sebab sangat luar biasa sempurnanya penciptaan itu. Yang bisa manusia lakukan hanyalah membuat ia mendekati normal —yang kemudian dilengkapi dengan efek samping karena ia tak bekerja spesifik hanya pada satu tempat— untuk kemudian tubuh itu sendiri memperbaikinya. Me-regenerasinya. Atas kehendak-Nya.

Jika dijabarkan satu per satu mengenai keajaiban itu, takkan cukup lautan ini jadi tinta dan hamparan bumi ini jadi kertas. Sungguh, begitu banyaknya hal yang menakjubkan! Maka, apakah masih ada alasan untuk tidak bersyukur? Masihkah?

“Maka, nikmat Tuhan mana lagikah yang kau dustai?” (QS. Ar-Rahman [55] : 55)

Semoga ini memberikan sedikit wacana serta mengingatkan diriku, dirimu, dan kita semua agar tidak lupa bersyukur.

(eramuslim.com)

Kamis, 19 Mei 2011

Puasa Dawud Untuk Kehidupan Modern

Islam sangat memperhatikan kesehatan manusia. Puasa, baik itu puasa wajib maupun puasa sunnah adalah di antara media untuk menjaga kesehatan jasmani dan ruhani manusia. Rasulullah SAW. bersabda, “Shumû tasihhû” (puasalah kalian niscaya kalian akan menjadi sehat). Dan, hal ini telah diakui sendiri oleh dunia kedokteran bahwa terapi terbaik di dalam pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit adalah puasa.

Puasa dawud adalah salah satu bentuk puasa sunnah yang tidak banyak dikerjakan dan dikenal manusia. Padahal puasa dawud adalah puasa yang paling dicintai Allah. Rasulullah SAW. bersabda, “Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa dawud. Beliau sehari puasa dan sehari tidak“. (HR. Ahmad).

Apabila dilihat dari fungsional dan waktu pelaksanaannya, maka puasa dawud itu sangat cocok dan baik buat kehidupan modern seperti saat ini. Dimana, segala sesuatu sulit diramalkan karena kondisi dapat berubah sewaktu-waktu. Makanan dan minuman serba instan. Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi membuat segala sesuatu menjadi sangat dekat, dan dunia terasa sempit.

Kehidupan modern seperti ini meuntut kecepatan, kecermatan, dan akurasi yang tinggi dalam pekerjaan dan keprofesionalannya. Karenanya, tidak jarang kondisi yang demikian ini melahirkan tekanan dan persaingan hidup yang ketat, serta kehidupan yang sangat rawan dengan konflik, baik konflik sosial maupun konflik personal. Sehingga, bagi manusia yang daya imunitas imannya lemah, kondisi yang demikian ini dapat  membuatnya stress dan depresi, bahkan melakukan kemaksiatan.

Jika puasa dawud dikerjakan secara istiqamah lagi mudawamah, maka kemaksiatan akan tercegah dengan sendirinya. Kebiasaan buruk yang sebelumnya dikerjakan setiap hari akan teratasi dengan dikerjakannya puasa dawud, yang sehari puasa sehari tidak. Sehingga hasil dari puasa dawud ini, dapat merealisasikan apa yang yang disabdakan Rasulullah SAW., “Di antara tanda bagusnya keislaman seseorang dan kesempurnaan imannya adalah jika ia telah mampu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya“. (HR. Tirmidzi).

Ketika puasa dawud ini telah menjadi tradisi, maka akan memiliki kekuatan dalam  menomorsatukan Allah, kejujuran, dan keikhlasan. Sehingga darinya terbentuk pribadi yang jauh lebih tenang, emosionalnya stabil, nafsu perut dan birahinya terkendali, dan hatinya tercerahkan dengan kesadaran bahwa Allah selalu mengawasinya.

Untuk itu, sudah saatnya puasa sunnah dawud dipahami dan diamalkan dengan pola out bond ruhaniah. Sehingga hasilnya benar-benar optimal, yakni melahirkan manusia mulia yang tahan banting, tidak mengeluh, dan tidak putus asa untuk terus berusaha berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.
Wallahu a’lam bish-shawab 

(globalmuslimweb)

Al Quran Menjawab Hati Yang Bersedih

Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji?
Qur'an Menjawab : "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?" (Lihat QS.Al-Ankabuut : 2).

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Lihat juga QS.Al-Ankabuut : 3)

Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik?
Qur'an Menjawab : “...boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Lihat QS.Al-Baqarah : 216)

Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Qur'an Menjawab : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya……….” (Lihat QS.Al-Baqarah : 286)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?
Qur'an Menjawab : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Lihat QS.Ali Imraan : 139)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?
Qur'an Menjawab : “...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Lihat QS.Yusuf : 87)

Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?
Qur'an Menjawab : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Lihat QS.Ali Imraan : 200)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”. (Lihat QS.Al-Baqarah : 45)

Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?
Qur'an Menjawab : “….Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal…….” (Lihat QS.At-Taubah : 129)

Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?
Qur'an Menjawab : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan surga - Nya……….” (Lihat QS.At-Taubah : 111)

(globalmuslimweb)

Satu Satunya Air yang Bisa Memadamkan Api Neraka

Dalam sebuah kitab (Bidayatul-Hidayah), diceritakan bahwa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan Neraka Jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyala api yang sangat dahsyat gemuruhnya, hingga semua umat menjadi berlutut karena tak sanggup menahan ketakutannya.


Allah S.W.T berfirman, “Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu dibalasi menurut apa-apa yang telah kau kerjakan.” (Surah al-Jatsiyah ayat 28)

Ketika mereka menghampiri neraka, mereka mendengar gemuruh api neraka yang suaranya sudah dapat mulai didengar sejarak 500 tahun perjalanan. Pada waktu itu, akan berkata setiap orang, bahkan para nabi sekalipun akan berucap“Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah), kecuali hanya seorang nabi saja yang akan berkata“Umatku, umatku.”

Beliau ialah junjungan besar kita Nabi Muhammad S.A.W. Pada masa itu akan keluarlah api neraka jahim seperti gunung-gunung, umat Nabi Muhammad berusaha menghalanginya dengan berkata, “Wahai api! Demi hak orang-orang yang solat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya engkau kembali.”

Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak segera kembali, lalu malaikat Jibril berkata, “Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad S.A.W”

Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Rasulullah meraihnya. Berkata Jibril A.S. “Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya.” Lalu Baginda mengambil dan menyiramkannya pada api itu, maka padamlah api itu. Setelah itu Rasulullah S.A.W pun bertanya kepada Jibril A.S. “Wahai Jibril, Apakah air itu?”

Maka Jibril berkata, “Itulah air mata orang durhaka di kalangan umatmu yang menangis karena takut kepada Allah S.W.T. Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu.” Maka padamlah api itu dengan izin Allah S.W.T.

Rasulullah S.A.W pernah bersabda, “Bahwa tidak akan masuk neraka orang menangis karena takut kepada Allah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya.”

Dalam sebuah kitab Daqa’iqul Akhbar menerangkan bahwa akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat nanti, dan sangat beratlah timbangan kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka. Maka salah satu daripada rambut-rambut matanya berkata, “Wahai Tuhanku, Rasul Engkau Nabi Muhammad S.A.W telah bersabda, barang siapa yang menangis karena takut kepada Allah S.W.T, maka Allah mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis karena amat takut
kepada-Mu.”

Akhirnya Allah S.W.T mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka dengan berkat sehelai rambut yang pernah menangis karena takut kepada Allah S.W.T. Malaikat Jibril A.S mengumumkan, telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut.”

Sungguh telah bersabda Rasulullah S.A.W, ” Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis karena takut kepada-Mu, sebelum tidak ada lagi air mata.