Sabtu, 08 Oktober 2011

LOE, GUE = END...

Terinspirasi dengan gaya khas Sule yang kini menjadi trend di kalangan anak muda (termasuk aku), apa itu??? Yaitu “You and me, END” . Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa gaul, ungkapan itu berubah menjadi “Loe, Gue, END”. Disertai dengan gerakan mulut yang dibuat sejelek mungkin serta gerakan tangan yang khas dan asli gaya Sule, coba deh benar-benar menghipnotis gaya alay tersebut khan? Hadeh...

Tapi kali ini tak mau bahas soal Sule beserta teman-temannya di OVJ melainkan membahas judul di atas. Ya, tentang sebuah kisah...

Langit sore yang memayungi dan beranjak gelap, terlihat sepasang mata yang berkaca kaca, di genggaman tangannya sepucuk kertas berwarna hitam sedang dia baca berulang ulang. Seakan akan ia tak percaya, gadis itu melepaskan pandangan matanya menatap kosong lurus ke depan. Di dalam hatinya terasa ada sesuatu yang seketika lenyap, kosong dan hilang.

Ya, sepucuk kertas berwarna hitam itu bertuliskan undangan pernikahan sahabatnya, seorang lelaki yang selama ini sering sekali bersamanya, menemani hari harinya ketika pertama dia menuntut ilmu di kota besar ini, bahkan sampai sekian tahun mewarnai kehidupannya di sudut ibu kota.

Di letakkannya undangan itu di samping layar monitor komputernya. Dia buka laci mejanya, disitu ada foto foto mereka berdua, dengan berbagai macam kegembiraan yang terpancar dari raut wajahnya. Saat itu hampir setiap saat mereka berbagi tawa, canda, kesedihan. Ahh. andai semua itu tak pernah terjadi, andai aku tak pernah bersahabat dengannya, andai aku tak penah bertemu dengannya, tentu aku tak akan menyesal seperti ini’ bisiknya.

Gadis itu tak pernah menjalin hubungan seperti teman teman lainnya, pacaran atau apapun namanya. Ia hanya pernah merasa sangat dekat dengan lelaki itu, tapi bukan sebagai sepasang kekasih. Meski tanpa disadari, bahwa semua kenangan itu karena adanya perasaan takut kehilangan, perasaan saling memiliki.

Teman lelakinya tersebut sebenarnya sudah berulang kali memberikan sinyal untuk meneruskan hubungan itu ke arah yang lebih serius, tapi dia tak bisa menangkap hal itu.

Semua rasa sepertinya mengalir begitu saja. Sampai pada akhirnya mereka berpisah untuk sementara. Beberapa tahun kemudian, terdengarlah berita bahwa sahabatnya itu akan menempuh hidup baru. Terisak dia mengenang semua cerita di antara mereka berdua. Ah kenapa sahabatnya itu harus mengatakan bahwa sebenarnya dia menaruh harapan yang besar, agar hubungan itu lebih dari sahabat. Kenapa itu baru di katakan pada saat sahabatnya itu sudah menjelang dia telah memilih gadis lain.

Kini semua memang tinggal penyesalan, semua telah terlambat. Di usapnya air matanya ketika terdengar adzan maghrib memanggil.

Dan benarlah... "You and Me, END"

Ketika Rindu Menyergap Kalbu..

Masih lekat dalam ingatan, saat menghabiskan waktu bersama. Berbagi cerita, merenda impian dan angan bersama. Lagi-lagi selalu dengannya…

Banyak waktu yang tak pernah kulewatkan sedetik pun untuk sekadar menyapanya. Bahkan mengeluarkan unek-unekku yang tiada habisnya. Hingga malam menjelang tiba, sungguh tak terasa…

Momen-momen yang selalu dijalani bersama, tak ayal membuat banyak orang iri akan kekompakkan kami. Seperti sepasang kakak-adik yang selalu ceria menikmati segala aktivitas.

Menemaninya adalah hobiku, seperti dia juga yang selalu menemaniku… Dari mengurusi keperluan hal sederhana hingga yang rumit, tak lepas aku darinya. Ahh, seperti saudara kembar yang sulit dipisahkan.

Sampai suatu saat, ada sebuah obrolan diantara kita… Ketika bercerita tentang masa depan, apa yang perlu dipersiapkan dan bagaimana menghadapinya. Banyak petuah bijak yang diberikannya. Aku ingat ketika banyak hal sepele yang kini rasanya sangat berarti ketika aku terapkan. Contohnya saja, aku belajar darinya untuk bisa mengarsipkan data-data dengan rapi. Ya, data-data yang berkaitan semua dengan anggota keluarga. Dimulai dari akte kelahiran, KTP, STNK, struk pembayaran rekening telepon, PAM, PLN dan berkas-berkas lainnya. Semuanya dia simpan dengan rapi dalam sebuah map. Dulu aku anggap sepele sebuah kebiasaan seperti itu, tapi ternyata kini baru terasa… Aku harus mempraktekannya pula.

Dan masih ingat juga… Ketika nasihatnya membuatku harus berlaku lemah-lembut terhadap siapapun, tidak mudah mengeraskan suara dan mengangkat dahi lalu harus banyak mengalah hanya agar aku bisa diterima keberadaannya oleh orang lain. Kemudian dia juga mengajariku untuk bisa menjadi seorang wanita yang mandiri, tak ketergantungan terhadap siapapun. Bahkan beliau berpesan untuk aku bisa mencari penghasilan sendiri, agar tak mudah meminta-minta pada orang lain sekalipun itu pada suami atau anggota keluarga sendiri.

Struggle.. Ya, aku melihatnya seperti itu. Usia yang hampir senja, dengan semangatnya yang berjiwa muda tak membuatnya lelah dan berdiam diri di rumah sebagai ibu rumah tangga biasa. Dia tetap aktif dalam mengikuti majelis ta’lim, dia juga masih terus jalan kesana-sini demi menawarkan barang dagangannya. Atau dia sampai terkantuk-kantuk demi menjaga toko kecil yang tak seberapa pendapatannya. Ya, dia lakukan demi anak-anaknya termasuk aku.

Dia yang selalu bisa menutupi pengeluaran di keluarga kami. Dengan penghasilan dari seorang bapak yang ternyata harus tetap dibantu oleh peran serta istri. Maka, dia lah yang mampu menstabilkan perekonomian keluarga, memposkan segala pemasukan untuk bisa diposkan kembali sebagai pengeluaran dengan baik.

Ahh.. habis kata untuk aku bisa mendefinisikannya. Dengan segala keterampilan yang dia punya, sebagai juru masak, juru dakwah, juru dagang atau juru-juru lainnya… yang pasti beliau bagiku adalah juru ibu yang paling hebat sedunia.

Sampai sekarang dimana aku sudah tak bisa lagi turut bersamanya… Tak mampu lagi untuk selalu menemaninya bahkan tak bisa lagi baktiku sempurna dipersembahkan. Aku akan selalu mengingat segala petuah dan ajaran-ajarannya yang bermakna. Sebisa mungkin aku akan mempraktekannya dengan baik… Menjadi seorang anak yang harus tetap berbakti pada orang tua, menjadi seorang istri yang harus full bakti pada suami dan tetap aku adalah aku. Dimanapun berada, kehadiranku harus bisa memberi manfaat. Setidaknya itupula yang menjadi pesan dari seorang wanita hebat di kehidupanku.


Untukmu ibuku… Aku sangat rindu. Meski mungkin kita tak lagi selalu bisa bersama, namamu masih selalu kuingat dalam sujud malamku, dalam lirih doaku. Berharap perjumpaan kembali di surgaNya nanti, berharap kita kan berkumpul bersama kembali. Dalam naungan cintaNya, cinta orang-orang yang saling mencintai satu sama lain.

Ibuku... Ketika rindu menyergap kalbu. Hanya bisa kutitipkan salam cintaku, semoga DIA menjagamu selalu. Luv u...

Nikah Itu Penuh Resiko

Percaya gak... Siapa bilang nikah itu enak, nikah itu nikmat?
Coba tanya deh sama yang udah pada nikah, ternyata nikah itu gak seenak dan senikmat yang dibayangkan. Bagaimana tidak? Lha wong cuma dibayangin aja, coba kalau dipraktekkin, pasti kerasa enak dan nikmatnya. Hehe...



Tapi.. Dibalik enak dan nikmat itu... Nikah itu penuh dengan resiko... Resiko untuk bisa berbagi, untuk belajar menahan ego diri, agar tidak mau menang sendiri. Nikah itu juga resiko, kemana-mana harus inget udah punya pasangan hati, resiko untuk bisa menjaga pandangan dari hawa nafsu yang menghampiri. Lalu, apalagi?

Nikah itu memang penuh resiko... Resiko yang bisa dibilang enak dan nikmat sekali. Resiko bahwa kemana-mana ada yang menemani, resiko tidur sudah tak lagi sendiri. Wew, penuh resiko khan?

Tapi perlu diingat juga... Masih banyak resiko lain yang membuat kita harus menelan ludah jika mengetahui. Resiko untuk bisa mandiri,untuk rajin mencari rejeki, agar bisa mengurus keperluan sendiri, tak bergantung pada orang tua lagi. Resiko untuk dewasa secara hakiki, mengambil keputusan dengan bijak dan hati-hati.

Ya... Banyak resiko dan konsekuensi dari sebuah pernikahan. Bahkan resiko terbesar dalam sebuah pernikahan adalah resiko mencintai. Kita harus bisa mencintai pasangan kita setulus hati, tanpa paksaan ataupun tanpa intimidasi. Itulah resiko dari sebuah hubungan halal yang lagi diridhoi.

Jangan khawatir... nikah adalah ibadah, ia kan membawa berkah pabila dilakukan dengan niatan untuk sakinah mawaddah warrohmah. Sebesar apapun resiko menikah, suka duka yang akan dilalui, yakinlah... kita tak lagi sendiri, setidaknya kita sudah memiliki teman sejati yang akan siap bersama mengarungi. Dan tentu, selama niatan nikah karena Ilahi... Alloh pasti kan mudahkan jalannya nanti.

Siap untuk menikah? Uhuiii ^___^v

Kidung Cintaku ^^

Menjadi permata baginya…
Meski sulit rasanya.

Banyak lisan yang jadi perkara…
Tapi lebih banyak ia berlapang dada.

Pengertian tertanam di jiwa…
Umpama semua baik-baik saja.

Ahh, masih banyak kekurangan dimana-mana…
Meski kutahu tak ada yang sempurna.

Kembali kuingat dahulu kala…
Saat ikrar janji setia,
Mengarungi bahtera bersama.

Aku bukan istri terbaik untuknya…
Namun aku tulang rusuk yang dicipta.
Untuknya saja…..

Menjadi istri shalihah merupakan asa.
Terkadang membuat semangat menggelora,
Namun juga terkadang berputus asa…

Aku harus bisa…
Menjadi penyejuk hatinya,
Berbakti sepenuhnya…
Setulus hati, setulus jiwa.

Semoga amalanku tercukupkan kiranya.
Hingga ku dikembalikan padaNya,
Dan suami ridla ku menjadi istrinya..
Di dunia yang sementara…
Dan berharap perjumpaan kelak di surga.

Robb. kutahu indahnya pernikahan tak selamanya.
Banyak ujian yang bisa menyesakkan dada.
Tapi kutahu KAU selalu bersamanya.
Maka lapangkan dadanya…
Ketika kekeliruanku menghampirinya.

Berkahilah rumah tangga…
Yang kami bina,
Atas namaMu semata…

Aamiin…

Kamis, 29 September 2011

Kenapa di Indonesia Mesjid Banyak yang Sepi?

 

Pengurus Masjid juga tidak kondusif dalam memakmurkan masjid. Jarak antara adzan dan qamat cuma 5 menit. Jauh beda dgn di Mekkah yg 15-30 menit jadi saat dengar Adzan, masih sempat jama’ah. Kalau di Indonesia sdh ketinggalan.

Coba bayangkan, jika waktu perjalanan dari rumah ke masjid berikut cari shaf tempat shalatnya 7 menit, lama antri wudlu hingga selesai 4 menit, dan shalat tahiyatul masjid/qobliyah 5 menit, paling tidak kan perlu 16 menit. Jadi kalau 5 menit itu jarak antara Adzan dan Iqomah terlalu pendek.

Saat shalat Subuh dan Jum’at bahkan Nabi memakai 2 Adzan agar orang-orang tidak terlambat ke masjid.

Mau tunggu waktu sambil tiduran juga ditulis dilarang tidur. Jadi terpaksa keluar masjid. Kalau di Masjidl Haram dan di Masjid Nabawi dibolehkan selama tidak mengganggu orang shalat. Dan waktu shalat, harus shalat. Zaman Nabi bahkan ada sahabat yang bukan cuma tidur di masjid seperti Ali ra, tapi juga Ahli Suffah yang tinggal di Suffah (Bagian dari Masjid) seperti Abu Hurairah, Abu Dzar, dsb. Para Ahli Suffah ini karena tinggal di masjid justru mendengar semua ceramah Nabi dan tempat bertanya tentang agama Islam.


Anak2 kecil pun kadang dilarang masuk masjid, jadi sejak kecil ummat Islam sudah dijauhkan dari masjid oleh beberapa pengurus masjid yang (maaf) jahil. Padahal di Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha dibolehkan. Zaman Nabi, bahkan Nabi saat shalat sempat diganduli oleh cucu-cucunya. Nabi juga kerap mempersingkat shalat jama’ah agar ibu-ibu bisa mengasuh anak-anaknya yang rewel dan menangis.

Dari Abu Qatadah yaitu al-Harits bin Rib’i r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya saya berdiri untuk bershalat dan saya bermaksud hendak memperpanjangkannya, kemudian saya mendengar tangisnya seorang anak kecil, lalu saya peringankan shalatku itu karena saya tidak suka membuat kesukaran kepada ibunya.” (Riwayat Bukhari)

Harusnya tiru manajemen masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Di Masjidil Haram, jema’ah shalat Tarawih, Tahajjud, dan Witir bisa membludak keluar masjid sampai 2 kilometer!

Di bawah status Pak Dwiyono seorang pembimbing Haji dan Umrah asal Indonesia yang tinggal di Mekkah:

 
SUBHANALLAH… JAMAAH TARAWEH, TAHAJJUD DAN WITIR DI MASJID AL-HARAM MEMBLUDAK SAMPAI 1 km. Apalagi nanti malam, malam 27 Ramadhan Mubaraq. Pastinya kalau ingin dapat tempat didalam Masjid, Habis Maghrib jangan beranjak dari tempat sholat, kalau tidak maka dapat tempat 2km dari Masjid Al-Haram.

 
PERKIRAAN MALAM 27 TARAWEH NANTI MALAM,
SHAF SHALAT

1. ARAH SELATAN 2KM. JEMBATAN MISFALAH.
2. ARAH UTARA 2KM. SAMPAI BIR-TUWA JARWAL.
3. ARAH BARAT 2KM. MASJID BIN-LADIN HAFAER.
4. ARAH TIMUR 2KM. PEKUBURAN MA’LAH SULAIMANIYAH.

Maka para jamaah i’tikaf dan para mukimin… hendanya bawa sajadah dan 1 jam sebelumnya sudah dalam masjid. Semoga semua mendapatkan malam Lailatul-Qadar, amien…

(media-islam.or.id)