Jumat, 11 November 2011

Sebuah Pinta Seorang Istri

Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku…..

Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19]. 
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan, “Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)
 
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. 
Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. 
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku…

Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, “Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.” [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.

Apakah Engkau Benar-Benar Mencintaiku?

Dulu, saat aku memutuskan memilihmu, ada ragu di dadaku. Apakah aku bisa mengimbangi kualitasmu. Tapi berkali-kali kau meyakinkanku, bahwa kita akan belajar untuk saling menyesuaikan diri. Akhirnya aku pun mengangguk, sebagai tanda betapa aku bersedia menjadi belahan jiwamu.
Hari-hari menjelang pertemuan denganmu di prosesi akad itu, membuat campur aduk hatiku yang lemah ini. Segala debar, takut, dan khawatir menyeruak indah. Tak ingin lepas, apalagi hilang. Tapi rasa ini membuatku merasa sudah memilikimu. Padahal belum ada ikatan antar aku dan kamu. Akhirnya kubiarkan rasa itu menggenggamku, apakah itu termasuk sebuah kesalahan?
Aku pun akhirnya mendengarmu melantunkan janji setia. Akad suci yang sudah disepakati. Pernyataan hati bahwa engkau akan menjadi suami sehidup semati. Tidak hanya itu, bahkan menjadi suami hingga akhirat nanti. Janji ini janji suci. Bukan main-main, bukan pula guyonan, bukan juga lelucon yang bisa diketawain.
Tapi ini adalah mitsaqan ghalidan, ikatan yang kuat dan tangguh. Saling menguatkan hati yang terkait, saling mengukuhkan cinta yang sudah dan akan terjalin. Kenapa aku berkata sudah, karena boleh jadi sudah ada benih cinta di hatiku sebelum menikah denganmu. Dan kenapa aku bilang akan, karena aku yakin Allah yang berkuasa atas hati kita. Cinta inilah yang akan Allah gerakkan, untuk mencintaimu sebagai suamiku, dan mencintai aku sebagai istrimu.

Berdua melangkah menuju hidup yang baru. Aku masih begitu asing denganmu. Cara kamu bersikap, cara kamu bicara, dan cara kamu mengungkapkan cinta. Karena memang selama ini kita tidak pernah bertemu sebagai sepasang kekasih. Cinta kita memang benar-benar berbeda. Aku menikah denganmu dengan niat menyelamatkan jiwaku. Agar cintaku pada-Nya tetap utuh, tanpa harus ternodai oleh cintaku padamu. Semoga niatku ini menjadikan ikatan kita semakin diberkahi. Lagi, lagi dan lagi...

Perhatian demi perhatian kau curahkan. Seolah aku adalah dewi di bumi yang sangat berarti bagi hidupmu. Kau menjadi suami yang sangat baik bagiku, juga bagi keluarga besarku. Namun waktu berjalan begitu cepat. Kau sibuk dengan urusanmu. Seabrek amanah dakwah, selusin urusan dunia, dan sejuta masalah mulai menghampirimu.

Dan ketakutanku pun terjadi. Di titik itu aku tak lagi mampu mengimbangimu. Kau sibuk dengan duniamu sendiri, seolah kau tidak lagi membutuhkan aku. Waktu demi waktu hanya terbagi buat semua urusanmu. Sementara waktu bagi aku dan anak-anakmu hanyalah waktu yang tersisa dari sekian waktu yang kamu punya. Aku hanya bisa berdoa, semoga Allah memberkahi setiap nafasmu. Tapi ijinkan aku meminta, berilah juga waktu untuk aku dan keluargamu. Karena shalihnya kamu tiada berarti kalau kau justru mengabaikan keluargamu dan aku sebagai istrimu...

Kaitkan tangan, mempersamai setiap niat perubahan diri. Karena hati wanita itu butuh kekuatan seorang pria yang selalu menopang saat ia jatuh. Saat aku lemah, aku butuh dukunganmu sebagai suamiku. Untuk menguatkan setiap tekad yang mungkin kehilangan energinya. Atau membimbing setiap keinginan yang mungkin sudah berubah haluannya. Karena cinta kita bukan cinta hanya pelampiasan nafsu, namun sebuah rasa yang ingin kita kecap bersama. Membesarkan anak kita, dan mewujudkan rumah muslim yang bahagia, tak hanya di dunia, tapi juga di hadapan Allah yang telah menciptakan cinta kita...

Keutamaan Basmallah


Bismillah, alhamdulillah wa shalaatu wassalaam ‘ala rasuulillah wa ‘ala aalihi wa man tabi’ahu bi ihsan ila yaumiddin.
Seuntai kalimat yang sangat mulia, begitu mudah dilafalkan serta mendatangkan keberkahan. Dengan basmalah Allah Ta’ala membuka kitabnya yang mulia, dengan basmalah pula pembuka surat Nabi Sulaiman kepada Bilqis, dan dengan basmalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membuka surat-suratnya kepada para raja untuk mengajak mereka melakukan penghambaan diri hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan membaca basmallah semoga Allah melimpahkan kepada kita keberkahnnya serta melindungi kita dari keburukan setan.
Keutamaan Basmalah
  1. Membacanya dapat membuat setan menjadi kecil
  2. Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari seseorang yang dibonceng oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata,
    “Tunggangan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tergelincir, maka aku katakan: ‘Celaka setan.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Janganlah engkau mengucapkan ‘celakalah setan.’ Karena jika engkau mengucapkannya, maka ia akan membesar dan berkata: ‘dengan kekuatanku, aku jatuhkan dia.’ Jika engkau mengucapkan bismillah, maka ia akan menjadi kecil hingga seperti seekor lalat.’”(HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
    Ini merupakan berkah dari ucapan “Bismillah “
  3. Disunnahkan membaca basmalah sebelum memulai pekerjaan.
  4. Oleh karena itu disunnahkan membaca basmalah pada awal setiap ucapan maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khuthbah. Dan disunnahkan juga membaca basmalah sebelum masuk kamar mandi.
  5. Tidak sempurna wudhu sebelum membaca basmalah
  6. Berdasarkan hadist dalam musnad Imam Ahmad dan juga dalam kitab Sunan dari riwayat Abu Huraira, Sai’id bin Zaid dan Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhum. Secara marfu’, Rasulullahshalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    “Tidak sah wudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala (mengucap basmalah)” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan al-Albani)
  7. Membaca Basmalah sebelum jima’ kelak anaknya akan dijauhkan dari gangguan setan.
  8. Berdasarkan hadist dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibn ‘Abbasradhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    “Seandainya salah seorang dari kalian hendak mencampuri istrinya ia membaca : ‘Bismillah allahumma janibnasy syaithaana wa janibisy syaithaana maa razaqtanaa (dengan menyebut nama Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau anugrahkan kepada kami),’ maka jika Allah menaqdirkan lahirnya anak maka anak itu tidak akan diganggu oleh setan selamanya.”
  9. Menjauhkan rumah dari setan.
  10. Dari Jabir radhyallahu ‘anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
    “Jika seseorang masuk kedalam rumahnya lalu ia menyebut asma Allah Ta’ala saat ia masuk dan saat ia makan, maka setan berkata kepada teman-temannya, ‘ tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.’ Dan jika ia masuk, tanpa menyebut asma Allah Ta’ala saat hendak masuk rumahnya berkatalah syaithan: ‘kalian mendapatkan tempat bermalam, dan apa bila dia tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan,maka setan berkata : ‘ kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam.’” (Muttafaqun ‘alaih)

Belajar Ilmu Lidah

Lidah, benda sederhana yang merupakan bagian tubuh kita sebagai karunia Allah ini, ternyata menyimpan banyak kegunaan dan resiko. Dia bisa membawa kebaikan dan atau malah sebaliknya menjerumuskan seseorang, bahkan sejauh jauhnya. Susunan alfabet yang sederhana dari sebuah kata yang dihasilkan lidah kita, memiliki daya pengaruh yang bisa berdampak negatif jika tidak dirangkai secara bijaksana.

Seni mendidik lidah, benar benar memberikan efek luar biasa, salah satunya dalam kehidupan berumah tangga. Keharmonisan dan kesejukan suasana didalamnya ada kaitannya erat dengan hal yang bernama lidah. Kemampuan pasangan menghadirkan kata kata yang menyejukkan dan meneduhkan akan tentu saja membawa kedamaian didalam rumah. Dan sebaliknya, kealpaan kita menjaga dan menahan lisan dari mengeluarkan kata kata yang menyakitkan akan membawa dampak yang sangat tidak ringan. Mungkin diawalnya tidaklah terlalu terasa, namun seiring dengan waktu, jika kebiasaan buruk ini tetap di "jaga" maka bom waktu itu akan setiap saat meledak dan menghancurkan rumah tangga.

Siapa suami yang tidak ingin disuguhi kata kata yang halus dan penuh pengertian dari para istri istri mereka. Walaupun tidak ada makanan yang terhidang, walaupun kehidupan tidak selalulah berjalan sesuai dengan impian dan keinginan, namun kemampuan istri mendidik lidah mereka dengan baik, akan membawa semangat bagi para suami untuk lebih memberikan yang terbaik yang mereka mampu demi keluarga.

Pun demikian dengan para istri. siapapun dan dimanapun istri, tidak akan pernah berharap seorang suami yang kasar yang selalu menyakiti dan meremehkan mereka melalui kata katanya.

Kata kata yang baik yang terucap dari mulut kita dan kita ucapkan berulang-ulang, akan menyatu dengan diri kita. Apabila kata sudah menyatu dengan pikiran dan hati, maka hal itu akan memunculkan keajaiban-keajaiban. Tapi semua ini hanya berlaku bagi yang mengucapkan dengan sepenuh hati demi membahagiakan dan mendamaikan pasangan kita.

Poros dari semua kejadian ini tentu fatwa dari hati manusia tersebut, Karena ibarat teko, dia hanya akan menguarkan isi asli didalamnya. Oleh karena itu, menjaga hati, tidaklah kalah penting dari semua itu. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan memelihara diri. Jika hati kita akan terbiasa untuk memelihara diri dari godaan-godaan untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat, maka sebenarnya kata-kata yang kita ungkapkan
memiliki makna yang akan masuk ke dalam pikiran kita.

 Pikiran akan memberikan gambaran atas kata yang kita ucapkan. Ketika kita mengucapkan kalimat yang baik dan penuh kasih,maka lambat laun kita pun akan tertuntun untuk menjadi pribadi yang mengasihi. Dan jika hal itu selalu kita jaga untuk terus menerus kita lakukan, niscaya kebahagiaan dan kedamaian akan selalu menghiasi rumah tangga kita.

Nikmatnya Bersahabat Dengan Kesendirian

Hingar bingar dunia seringkali melenakan manusia. Keindahannya dibalut dalam keramaian yang penuh dengan kepentingan. Bagi yang tiada terbiasa, begitu kesendirian itu tiba, sejenak mereka akan merasa terpojok pada keadaan yang sangat menjemukan. Tapi justru sebenarnya disanalah nikmat itu berada. Kasih sayang Allah menanti kita untuk mendekat. Semua tergantung kepada keputusan diri kita untuk menyambutnya atau tidak.

Bahkan batinpun butuh istirahat, butuh nutrisi lebih untuk menahkodai langkah kita selalu menuju jalan yang benar. Mereka butuh sejenak, untuk mereview laporan kebaikan dan kebandelan kita sebagai "anak buahnya", kepada Allah SWT. Ternyata kesendirian membawa nikmat bagi hati hati yang merasa tiada pernah sendiri.

Ternyata kesedirian tak selamanya mematikan. Tanyalah kepada para pecinta malam yang terhanyut dalam sholat dan keintiman dengan Robb mereka. Betapa nikmatnya karunia sebuah air mata itu. Air mata penyesalan dan permohonan keampunan atas dosa dan kekhilafan.

Ternyata kesendirian tak selamanya menyakitkan. Tanyakan saja kepada para "penyalur" rezeki. Mereka memilih untuk hanya memberi tahu diri mereka sendiri, atas apa yang mereka berikan kepada orang lain. Tak perlu beramai ramai apalagi dengan pengumuman. mereka melakukan sesuatu untuk hanya diketahui oleh yang maha mengetahui.

Ternyata kesendirian adalah menyelamatkan. Tanyakan saja pada para manusia penyimpan aib sodara mereka. tiada waktu lebih untuk mencela kesalahan manusia lain. yang ada adalah belajar dari kesalahan mereka dan terus memperbaiki diri sendiri.

Ternyata Kasih sayang Allah SWT itu unik untuk disampaikan.

Dalam kesendirian Allah SWT memberi jeda waktu untuk penyegaran nurani dan "benafas" kembali diri kita dalam pertemuan hangat dengannya, sebelum kita memulai langkah baru menghadapi tantangan dunia.

Ternyata Kasih sayang Allah SWT itu unik untuk direnungkan.

Dalam kesendirian kita diajarkan menjadi sahabat bagi diri sendiri. Dan hal itu adalah memang yang paling masuk akal. Bukan tak boleh meminta bantuan kepada sesama, tapi akan lebih baik jika kita mengharuskan berdiri dengan kaki sendiri. dan dikala terjatuhpun, kita harus mampu membangkitkan diri.

Mencoba ramah pada kesendirian, mungkin akan lebih baik dan berarti. Ya, akan lebih berarti disaat keadaan dan dunia tak bersahabat dengan kita. Berusaha menjadi sahabat terbaik bagi diri sendiri entah dalam keramaian ataupun kesendirian adalah sebuah anugrah. Karena kita sendirilah pemeran utamanya, pemimpin dari diri sendiri dan yang paling mengerti isi hati.

Ternyata kesendirian membawa nikmat bagi hati hati yang merasa tiada pernah sendiri. Karena mereka percaya bahwa Allah selalu menemani.