Rabu, 08 Juni 2011

Kisah yang benar-benar mengharukan. ..


Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut.

Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu.

Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.

Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginanPada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh.

Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000$.

Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, airmata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini".

Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamakannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia.

Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini". Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter ada untuk mengobati Yu Yuan. gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya pengobatan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan yang sangat hebat. Pada permulaan terapi YuYuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan mengeluh.

Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak kabar Yu email Selama dua bulan Yu Yuan melakukanterapi dan telah berjuang menerobos sembilan maut Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. akhirnya darah dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol.

Semua orang-orang pun menunggu kabar baik kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu lemah Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah. Pada tanggal 20 agustus Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante saya juga mau orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante adalah surat wasiat saya. Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yuan telah pemakamannya sendiri. Ini anak yang berumur delapan tahun yang sedang sebuah wasiat dibagi menjadi bagian dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tante Fu Yuan Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih sembilan wartawan. Dibelakang ada enam sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal Tolong,..... ..dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai tante berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh" Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan.

Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ......... ...." demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut. Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan. Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh". Kesimpulan: Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan Dunia. Walaupun hidup serba kekuarangan, Dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih.

Mengingat Mati Akan Melembutkan Hati

Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia berikut isinya.
Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya.
Karena Ar-Rahman telah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)

Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena memang:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (Ar-Rahman: 26)

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” 
(HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258.)

Senin, 06 Juni 2011

Persahabatan

Bismillahirrahmannirahiim

TERUNTUK
Sahabat, Teman,
Kawan, Bisa juga
[Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Om,Tante, Kakak, Adik,
Guru, Dosen, Ustadz, Teman seperjalanan,
Teman duduk, Teman Ta’lim,Teman Belajar,
Teman Facebook, De el el]

Hmmm……
Bagaimana aku memulainya ya>>>>?
Hmm siapkah teman sejati engkau……?
Apakah ia selalu ada di sisi engkau…….?
Apa yang ia berikan kepada engkau…..?

Tak perlu dijawab saat ini, aku akan memberikan
Sedikit [BENER_BENER SEDIKIT] dari apa yang terlintas
Dari apa yang di berikan ustadz-ustadz [BERHARAP…]

“Sungguh Engkau (Muhammad), seorang yang berbudi pekerti luhur.” (Qs. Al Qolam: 4)

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

“Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara” (Ali Imron : 103)
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Al Hujrat : 10 )

Memilih Teman Yang Baik

Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan ber-perilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Cinta Karena Allah

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.
Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)
Dari Mu’adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).
Mencintainya seperti mencintai dirinya sendiri

Dari Anas ra, dari Nabi `Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda; tidak beriman seorang di antara kalian hingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya (HR al-Bukhari)

Lemah Lembut dan Bermuka Manis

Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya “Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.” (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya.”

Saling Memberi Nasihat
Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma’ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.

Seorang muslim adalah cermin saudara muslim lainnya. Jika salah seorang muslim melihat saudaranya berbuat baik, ia memberi semangat agar terus meningkatkan amal kebaikannya. Akan tetapi jika ia melihat saudaranya mengerjakan sesuatu yang kurang sempurna, ia akan menasihatinya dengan cara yang baik - secara diam-diam - dan menganjurkan agar ia bertaubat kepada Allah untuk kembali ke petunjuk Dinul Haq.

Rasulullah `Shallallahu ‘alaihi wa salam membaiat para sahabat dengan nasihat yang ikhlas semata-mata karena Allah agar mereka menjadi da’i yang ikhlas, penunjuk jalan yang baik, dan menjadi mujahid dakwah, di manapun mereka berada dan kemana pun mereka berjalan.

Sekuat-kuat ikatan iman adalah bersahabat karena Allah, cinta karena Allah, dan membenci karena Allah” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas Ra)
Terhadap orang yang jelas-jelas membangkang syariat Allah atau orang-orang muslim yang murtad maka bagi mereka putus semua hubungan.

Hal ini merupakan pelaksanaan pengarahan Al-Quran, meskipun yang murtad itu ayah, saudara, atau anak sendiri.

“Kamu tidak akan mendapat satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka….” Qs. Al-Mujadilah:22
“Hai orang-orang beriman, janganlah engkau jadikan bapak-bapak, dan saudara-saudaramu menjadi walimu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali maka mereka itulah orang-orang yang zalim” Qs. At-Taubah:23

Islam menempatkan ikatan ukhuwah islamiyah di atas semua ikatan, dan menempatkan persaudaraan aqidah Rabbaniyah berada di atas segala persaudaraan. Oleh karena itu, prinsip Islam yang tetap dan tidak berubah-ubah adlah “Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah bersaudara”

Berlapang Dada dan Berbaik Sangka

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.” (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:

“Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku.” (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata ’shahih’)

Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman, yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, ,,,
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah dugaan yang tanpa dasar.

Menjaga Rahasia
Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, ”

Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.” (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

Mendo’akannya, baik ketika masih hidup maupun ketika sudah meninggal.


Dari Ummu ad-Darda’, ia berkata, tuanku pernah menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Rasulullah `Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, barangsiapa berdo’a kepada saudaranya dengan tanpa diketahuinya, maka malaikat yang ditugasi untuk mengabulkan do’a akan berkata, Amin (semoga dikabulkan) dan bagimu yang sepertinya juga (HR Muslim)

Jumat, 27 Mei 2011

Karena Ada Allah di Hatiku

Celoteh anakku terus berlanjut.  Dan aku pun masih tertarik untuk terus mencatatnya.

Dia masih tertarik dengan tema Kiamat, Surga, Neraka dan Padang Mahsyar. Berkali-kali aku bersyukur mendapat kesempatan emas saat dia begitu penasaran dengan hal-hal tersebut. Maklumlah sebagai working mom, kesempatan seperti ini nggak setiap saat bisa didapat kan? So jadilah aku selalu menunggu-nunggu momen indah ini.

Momen di mana balita kami siap berubah menjadi spon (menyerap segala yang kami tumpahkan padanya). Kadang kala momen ini datang dengan sedikit stimulus dariku,  namun tak jarang pula tanpa stimulus sedikit pun kesempatan ini tiba-tiba hadir di depan mata.

Seperti hari Sabtu lalu. Saat itu aku sedang memandikan Mirza sekaligus adiknya, Jasmine. Tiba-tiba Mirza memulai pembicaraan SERSAN (serius tapi santai) kami.

Mirza : "Bunda, kalau anak yang pemaaf itu nanti kan masuk surga ya bun.."

Bunda : "Insya Allah mas.."

Mirza : "Bunda, aku ingat nih, Nabi Muhammad  itu kan orangnya pemaaf ya bun.."

Bunda : "Betul mas, inget nggak ceritanya gimana? "

Mirza : "Iya, Nabi Muhammad itu kan dulu sering diejek sama orang, bahkan malah diludahi kan bun, tapi waktu orang itu sakit Nabi Muhammad maafin dia, dan dia didoakan biar cepet sembuh trus orang itu jadi malu sama Nabi Muhammad kan bun..?"

Aku takjub dengan daya ingat anakku ini. Cerita tentang Nabi Muhammad ini kusampaikan padanya sudah lamaa sekali, mungkin lebih dari 6 bulan. Dan nggak pernah diulang karena aku lebih sering mengulang cerita tentang Nabi Daud dan Nabi Yunus yang menurut Mirza ceritanya seru banget.

Subhanalloh, betapa Allah telah memberi kelebihan kepada seorang balita dengan daya ingatnya yang melebihi kemampuan orang tua. Ohh, sungguh sayang bila aku tak memanfaatkannya untuk menanamkan nilai-nilai islam dalam dirinya.

Dialog berlanjut.

Bunda : "Subhanalloh, mas Mirza kok inget sih cerita itu? itu kan sudah lama banget bunda ceritanya? "

Mirza : "Bunda, mau tau nggak kenapa aku masih inget cerita Nabi Muhammad?"

Bunda : "Iya, kenapa mas? "

Mirza : "Itu karena di hatiku ada Allah.. , di hati bunda juga ada Allah, di hati Ayah juga ada Allah, di hati semua orang harusnya ada Allah , iya kan bun ?"

Subhanalloh, ya Allah.. Ya Rabbi...jawabannya begitu menggetarkan hati !
Ya Allah, berilah cahaya terang di hatinya, tetapkan namaMu agar terus melekat di hatinya hingga kelak anakku dewasa. Amin Ya Rabb.....

(EduMuslim.org)

Tantrum

Definisi literalnya kemarahan, kemurkaan. Secara istilah mungkin begini: bagaimana seseorang mengeluarkan amarah yang hebat (untuk mencapai maksudnya). Saya persempit lagi di sini dalam lingkup tantrum balita (dan juga tantrum orang tuanya dalam menghadapi tantrum balitanya). Secara saya sedang punya kesulitan yang cukup menguji kesabaran saya dalam mendampingi si sulung 4,5 tahun.

Entah kapan mulainya sulung kami ini mulai bertantrum ria. Terasa oleh saya sih mulai adeknya lahir. Dan semenjak sulung mulai masuk TK. Tangisannya yang lumayan menjengkelkan tanpa jeda, ck bener-bener awet. Istiqamah banget sulung menangis sampai tercapai keinginannya. Hmmh, ego yang luar biasa. Saya masih menganggap itu wajar karena masa perkembangan balita memang demikian adanya. Terutama mulai umur 2 tahun. Sampai umur berapa, itu masih bervariasi. Kemungkinan besar tergantung pada bagaimana orang-tua atau pendampingnya (care taker/custody) memberikan treatmen terhadap tantrum balita ini.

Terus terang, kalau saya lagi capek fisik atau pun lagi futur ruhiyah, tantrum balita ini bener-bener membuat ‘monster’ dalam diri saya bangun. Jadi, saat si monster ini kemudian mengambil alih kendali hati terhadap semua indera saya, dia mulai mengancam sulung. Bahwa kalau sulung ga berhenti dari rengekannya, dia akan mencubitnya, atau memukulnya (tentu saja dia ga bakalan membunuhnya, kurasa). Apakah itu menghasilkan keberhasilan? Apakah ancaman-ancaman itu membuat sulung menghentikan terornya? Saya yakin Anda sudah tahu jawabannya. Tentu saja tidak. Sebaliknya, sulung makin memperkeras volume jeritannya. Oh My God! Mercy me! Allah tolong kasihani saya. Batin saya.

Memang luar biasa proses yang terjadi dalam diri saya saat itu. Di saat si monster menggerung marah dan melontarkan kata-kata yang tak cukup bijak, kata-kata yang tak diedit, sisi lain hati saya berteriak memberi peringatan. Sabar Bunda! Dia cuma seorang anak kecil. Masih 4,5 tahun. Dia bahkan ga tau mana yang benar dan mana yang salah. Jangan harapkan dia bersikap kayak kita yang udah dewasa. Maha Suci Allah yang menciptakan nafsu lawwamah pada diri manusia untuk bisa mengingatkan diri sendiri saat berbuat kesalahan.

Saya benar-benar menyadari, bahkan saat si monster lebih memegang kendali, bahwa balita memang butuh selalu diingatkan, diarahkan tentang mana yang benar, mana yang salah. Jangankan yang balita, yang dewasa saja masih harus sering diingatkan.

Tapi terkadang saya bener-bener ga bisa menahan diri lagi. Benarlah sabda Rasulullah saw. setelah perang Badar pada para sahabat, bahwa jihad yang terbesar adalah jihad melawan diri sendiri. Acap kali saya kalah melawan diri saya sendiri. Terutama dalam menundukkan kemarahan, si monster dalam diri saya. Ha ha. Saya jadi ingat suatu masa lalu, sahabat dekat saya mengatakan bahwa muka saya kalau lagi marah bener-bener kayak hantu. Mungkin lebih tepatnya kayak setan ya. Ya, saya pernah sangat marah padanya sampai gemetar badan dan suara saya saat kemarahan itu mencapai ambang batasnya. Tak heran, seseorang bisa sampai bener-bener kerasukan/kesurupan. Kondisi dimana dia tidak punya kendali apapun terhadap dirinya sendiri. Tak ingat lagi siapa dirinya. Na’udzu billahi min dzaalik. Semoga kita terlindung dari yang demikian.

Energi kemarahan kadang membuat saya takjub. Besar sekali. Sering saya coba mengalihkan energi itu pada hal lain, misal mencuci piring dan alat dapur kotor yang menggunung. Subhanallah. Bisa selesai dalam waktu yang sangat singkat. Atau untuk membuka tutup galon air minum. Dalam kondisi normal saya akan memerlukan alat bantu, misalnya pisau, untuk mengoyak tutup plastik yang cukup tebal itu. Subhanallah, jika sedang marah saya sanggup menyentakkan tutup itu tanpa pisau. Dan hanya sekali sentak, langsung lepas. Bukan berarti saya menyukai kondisi hati saya saat marah sih.

Sekedar untuk mengilustrasikan besarnya energi marah itu saja. Jadi, jangan heran jika seseorang bahkan bisa melukai bahkan membunuh jiwa lain saat dia marah. Bila sudah gelap mata, tak bisa lagi akal sehatnya mengukur kekuatannya. Seseorang bahkan bisa membanting barang berat hingga hancur lebur. Atau dia bisa meninju pintu sampai pintu itu jebol. Apakah kondisi itu sangat familier? Jangan-jangan saya sedang membicarakan kemarahan Anda ya? Ha ha. Tak perlu malu lah. Ini sangat manusiawi. Tapi tentu saja, sebagai manusia kita diberikan panduan/tuntunan bagaimana untuk mengendalikan monster dalam diri kita ini. Beruntung kita punya Pencipta Yang Maha Pemurah, juga Penyayang. Dia mengutuskan seseorang untuk bisa memandu manusia mencapai kondisi terbaik dalam dirinya. Self control.

Tentang tantrum balita, saya tahu sekali bahwa sebenarnya saya jauh lebih beruntung dari mereka yang tantrum balitanya lebih dashyat. Pernah saya melihat balita nangis dan menggelosorkan badannya di Mall. Berteriak-teriak dan menendang-nendang ngga karuan membuat muka ibunya merah padam.

Sulung saya pun lebih over tantrumnya saat ada orang lain. Apakah itu ayahnya, atau kakek-neneknya atau orang lain di luar lingkar keluarga besar. Hanya saja, tantrumnya, alhamdulillah, tidak sampai secara fisik banget seperti balita di Mall tadi. Hanya tangis dan rengekannya jauh lebih keras dan lebih awet.

Lalu, bagaimana solusinya? Membentak dan mencubit atau memukul tentu bukan pilihan jika kita memilih ikut panduan/tuntunan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Saya yakin, haqqul yakin, Rasulullah saw tak sekalipun membentak balita. Kita pasti pernah merasakan diri kita mencapai versi terlembut saat hati kita tersentuh oleh suatu hal. Tapi lebih sulit mempertahankan si lembut itu saat si monster muncul, rasanya.

Solusi yang ditawarkan dalam panduan/tuntunan kita antara lain: berlindung pada Yang Maha Kuat dari kemarahan yang ditiupkan setan pada kita, berlindung dari provokasi setan yang merindu-dendam agar bisa membawa kita ke kerak jahannam.

Apa lagi? Saya membayangkan setan pun bisa terluka, bisa berdarah, tapi tentu dengan cara-cara yang syathoni lah. Dan bacaan Al-Qur’an bisa benar-benar melukai dan membuat setan berdarah-darah, dan meninggalkan kita, lari terbirit-birit dari sumber bacaan Al-Qur’an. Ayat kursiy, Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas memang terkenal sebagai ajian pelindung dari setan, tentu saja dengan cara membacanya dengan penghayatan, bukan dengan tulisan atau fotokopian yang disimpang di dompet, atau ikat pinggang, atau dipajang di atas pintu rumah. Kalau dipajang gitu, apakah maksudnya setan disuruh untuk baca sendiri? Geli saya jadinya. Sudah pasti setan ga mau berhenti sebentar untuk baca Al-Qur’an kan.

Nah, apa lagi tuntunan untuk meredakan atau melibas sama sekali si monster dalam diri kita? Tahukah Anda, bahwa kemarahan adalah juga sebuah dosa? Bukan dosa besar memang. Tapi kalau dosa kecil ini bertumpuk-tumpuk? Bukankah akan jadi dosa yang lumayan berat? Jadi, baik sekali seandainya kita berusaha beristighfar, memohon ampun pada Yang Maha Pengampun, agar dosa-dosa kecil ini dihapus dari kita, sekaligus mengingatkan diri sendiri agar bisa menekan atau membunuh sama sekali si monster ini, seandainya mungkin.

Tuntunan lainnya lagi antara lain: Mengubah posisi badan. Jika tadinya berdiri, berusahalah untuk duduk. Jika masih terasa marah, berusaha rebah. Jika masih marah lagi, sebaiknya berwudhu’ dan shalat.

Yang sering terjadi, saat si monster muncul, kita sering terlanjur marah dan lupa untuk sekedar berlindung dari setan yang meniup-niupi dada kita. Lawan! Berusaha untuk ingat pada Allah, minta perlindungannya dari setan, dari diri kita sendiri.

Itu kira-kira solusi untuk tantrum orang tua yang menghadapi tantrum balitanya. Lalu, bagaimana mengarahkan tantrum balitanya sendiri? Hmmm, karena saya sendiri juga sedang learning by doing it, saya hanya bisa memberika alternatif yang memungkinkan, bagi saya terutama

Pernah nonton Nanny 911 di Metro TV? Sabtu, jam setengah lima sore kalau tak salah. Sering dicontohkan bagaimana sang Nanny menjinakkan tantrum balita-balita dalam keluarga-keluarga yang kesulitan dalam menangani balita mereka. Saya pun kadang habis akal memikirkan caranya sampai saya melihat cara-cara sang Nanny.

Pada dasarnya, dia akan membiarkan si balita meluapkan tantrumnya dulu. Berusaha mengajaknya bicara, kalau memungkinkan. Jika terlalu berontak dan balita mengganggu atau menyakiti orang tua atau saudaranya yang lain, maka Nanny akan menghukumnya. Menyuruhnya duduk di kursi hukuman. Hanya duduk saja di sana sampai dia diam dan bisa diajak bicara. Sering kali balita (atau anak seusia SD) berontak melarikan diri, tapi hanya untuk didudukkan lagi di kursi itu. Dan hal ini bisa butuh waktu banyak. Bisa belasan kali sampai si balita/anak menyerah, duduk diam di kursi itu. Wah, hanya menceritakannya saja, saya harus menarik napas dalam-dalam Baru setelah itu si balita/anak diajak bicara baik-baik, tanpa menyalahkan. Kita juga harus mendengarkan apa yang membuat dia kesal/marah/sedih. Kadang anak belum tahu emosi apa yang dia rasakan itu. Makanya kita perlu mengenalkan pada anak jenis-jenis emosi.

Memang bukan latihan yang gampang untuk bisa membantu anak melewati masa-masa penuh tantrum ini. Tapi bukankah memang itu tujuan Allah memberikan amanah ini pada kita? Selamat menikmati proses segala macam tantrum, dari balita, anak, remaja, hingga dewasa. Good luck