Rabu, 28 September 2011

Jatuh Bangun Jilbabku




Pernah sekali waktu aku bertanya di dalam hati, “Kenapa ya teman-temanku pakai jilbab kok dilepas lagi?” Aku mengelus dada dan mencoba menjawab pertanyaan diriku.

Pernah sekali waktu aku bertanya di dalam hati, “Kenapa ya teman-temanku pakai jilbab kok dilepas lagi?” Aku mengelus dada dan mencoba menjawab pertanyaan diriku.

Bermacam-macam perkiraan yang terlintas di pikiran. Pakai jilbab nggak update, risih, panas, ribet. Mungkin seperti itulah alasan teman-temanku yang tak terlihat lagi pakai jilbab.

Di sekolah jilbab masih melekat di tubuh mereka. Aurat mereka tak terlihat. Terlihat anggun memang. Tapi entah kenapa setelah mereka keluar dari kewajiban sekolah untuk memakai jilbab, jilbab yang sungguh mulia ini dilepas begitu saja. Mereka dengan santai keluar rumah tanpa jilbab yang menutupi aurat mereka.

Aku melihat dari jendela teman bermainku dulu yang baru mengenakan jilbab, tiba-tiba keluar tanpa jilbab. Di jalan aku bertemu dengan teman sekolahku, dia pun sama dengan teman bermainku. Ada apa dengan mereka? Tidak hanya teman baikku saja yang seperti itu, tapi kebanyakan wanita di sekelilingku. Kenapa mereka begitu menyepelekan jilbab? Padahal terpampang jelas di Al-Quran maupun hadis. Apakah mereka tahu itu?

Aku pernah berbincang-bincang dengan teman-teman di kelas dan mereka kebanyakan tahu. "Kata orangtuaku kalau pakai jilbab jangan berlebihan, masa renang aja pakai kerudung,” kata teman baikku ketika dia duduk bersama denganku. Aku hanya diam saja. Aku masih belum berani untuk meluruskan perkataan temanku itu. Aku takut dikatakan sok pintar oleh temanku. Nyaliku kecil aku hanya bisa berdoa di dalam hati. Ya Allah cukupkan hamba-hambamu ini ilmu.

Melihat keadaan teman-temanku itu, aku mulai berkaca dan sedikit-sedikit mengingat pengalamanku saat memulai mengenakan jilbab. Dulu sewaktu masuk jenjang SMP, ayahku menyuruhku memakai jilbab. Tapi apa yang keluar dari mulutku, kata “tidak” kulontarkan di saat ayahku sangat berharap aku memakai jilbab. Mengingat hal itu rasanya ingin sekali aku menangis. Kenapa dulu aku menolak permintaan ayahku. Waktu itu aku kan sudah baligh dan wajib memakai jilbab. Penolakanku didukung oleh ibuku. Kata ibuku aku masih kecil belum siap pakai jilbab.

“Sudahlah Pak jangan terlalu memaksa. Anak ini belum siap,” kata ibu karena ayah tidak bisa menjelaskan secara detil kenapa beliau menyuruhku memakai jilbab dan aku menunduk takut karena ayah memperlihatkan kekecewaannya seraya berlalu meninggalkan aku dan ibu. Maafkan aku ayah. Aku telah membuat ayah kecewa.

Sejak dulu memakai jilbab belum pernah terpikirkan sampai ayah memintaku untuk memakainya pun hal itu tidak terpikirkan. Aku masih menganggap jilbab itu ribet, panas, dan segala macam kesan negatif tentang jilbab. Memang sewaktu aku mengaji di kampung kalau pakai jilbab aku selalu ribut sendiri. Menceng sini lah, ketusuk jarumlah. Sehingga membuat ibuku berpikiran bahwa aku belum siap memakai jilbab dan menolak permintaan ayah.

Menginjak kelas dua SMP, ayahku sering membelikanku majalah religi. Tak lama berselang ayahku membelikanku majalah pemuda Islam dan kebetulan rubriknya khusu membahas tentang jilbab. Bahasan yang ringan dan mudah dimengerti, aku pun semakin tertarik dan semakin yakin bahwa aku harus memakai jilbab. Semakin sering ayahku membelikanku majalah tersebut, semakin terdorong semangatku untuk menggali ilmu agama.

Saat duduk kelas tiga SMP aku belum memakai jilbab. Tadinya aku sudah berniat untuk mulai memakai jilbab tapi karena aku sudah kelas 3 SMP dan sebentar lagi lulus, maka ibu menyarankan agar aku memakai jilbab pada waktu masuk SMA. Ya sudah aku mengikuti saran ibuku lagi. Tapi niatanku untuk memakai jilbab tetap harus kurealisasikan.

Aku mencoba keluar rumah dengan memakai jilbab. Pada awal mulanya aku agak canggung memakai jilbab. Tapi, aku coba membujuk diriku sendiri untuk tetap terus mengenakan pakaian mulia ini. Lama kelamaan aku mulai terbiasa keluar rumah memakai jilbab. Aku merasa aman dengan memakai jilbab ini. Aku jadi tidak sabar menunggu datangnya waktu aku masuk bangku SMA. Karena di waktu itulah aku mulai menyempurnakan kewajibanku sebagai seorang muslimah yang sudah baligh.

Walaupun aku sudah memakai jilbab jika keluar rumah. Belum lengkap rasanya kalau sekolah tidak memakai jilbab. Perasaan tidak aman masih menyeruak di hatiku setelah aku tahu memakai jilbab adalah suatu kewajiban.

Tiga tahun sudah aku menjalani hari-hariku di SMP negeri tanpa jilbab. Sebelum aku tahu seluk beluk jilbab aku cuek sekali dengan penampilan. Aku masih pakai baju ketat yang menampakkan lekuk tubuh. Hal itu terkadang mengundang pikiran negatif orang lain. Setiap berjalan selalu digoda oleh anak laki-laki di jalan. Mungkin ini sering dialami oleh banyak wanita yang belum memakai jilbab. Sekarang setelah aku tahu tentang jilbab, aku langsung membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang jilbab. Bismillaahir rahmaanir raahim aku berniat pakai jilbab.

Memasuki jenjang SMA niatanku untuk memakai jilbab secara sempurna terealisasikan. Ternyata yang memakai jilbab di sekolahku banyak juga. Aku senang sekali melihat teman-teman satu sekolah yang memakai jilbab. Waktu pertama kali aku masuk SMA aku tidak begitu peduli dengan teman-teman yang terkadang mempermainkan jilbab karena dulu aku juga masih belia sehingga untuk mengingatkan temanku masih terganjal dengan kurangnya ilmu. Oleh karena itu, aku terus berusaha menambah ilmu agamaku.

Ketika mengikuti salat jamaah di mushola sekolah, aku melirik kakak kelas yang sedang berwudhu. “Kerudungnya kok besar sekali.” Aku memandangi kakak itu sampai ia selesai berwudhu. Rasa penasaranku terusik kembali. Aku buka kembali majalah Elfata dan majalah milik ayah kubaca berulang-ulang sampai mudeng. Ternyata jilbabku belum syar’i. Aku melihat diriku di kaca. Aku harus bagaimana. Apa aku harus merubah penampilanku? Ya, aku harus memakai jilbab yang syar’i yaitu jilbab yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Al-Quran dan as-sunnah. Aku menata kembali jilbabku dan sedikit demi sedikit tapi pasti kuperbaiki jilbabku sejalan dengan bertambahnya usia dewasaku.

Tiga tahun sudah aku memakai jilbab. Dan dalam waktu tiga tahun itu, tidak semua perubahan positif pada diriku diterima oleh orang-orang di sekelilingku. Sering sekali ibuku memojokkanku untuk berpakaian seperti layaknya teman-teman sekolah maupun teman-teman bermainku. “Nduk, kalau pakai kerudung jangan besar-besar dong. Kalau pakai kerudung biasa-biasa saja seperti teman-temanmu yang lain.” Berulang kali ibuku berkata seperti itu dan berulang kali aku menjelaskan kepada ibuku. Terkadang aku dibantu ayahku untuk menjelaskan hal itu kepada ibuku. Tapi tetap saja ibuku berkata seperti itu jika aku keluar rumah memakai jilbab yang lumayan lebar.

Tidak hanya ibuku saja yang memandang diriku aneh dan kaku. Teman bermainku pun juga memandang diriku aneh. Memang aku mengalami perubahan baik sikap maupun penampilanku tiga tahun semenjak duduk di bangku SMA ini.

Sampai aku menulis kisah ini aku merasa masih belum percaya diri memakai jilbab yang syar’i, dengan adanya berita-berita tentang teroris yang membuat ibuku bertambah sering memojokkanku. “Itu lihat nduk di TV wanita-wanita kerudungnya besar-besar kayak kamu. Makanya kalau pakai kerudung jangan besar-besar nanti dianggap negatif sama orang lain lho.” Aku hanya bisa diam mendengar hal itu. Ingin sekali rasanya aku memberontak kepada ibu. Tapi kutahan, aku tidak mau membuat ibuku sedih. Aku biarkan saja ibuku berkata seperti itu karena aku merasa sudah tidak bisa meluluhkan hati ibu. Aku hanya bisa berdoa, berdoa, dan berdoa semoga Allah membuka hati ibu untuk menerima perubahan aku ini.

Keyakinanku akan jilbab tertimpa masalah lagi. Semakin ciut rasa percaya diriku sesaat setelah melihat teman-temanku berpakaian ala zaman sekarang dan melihat teman seorganisasiku memakai jilbab yang semakin lama semakin kecil. Aku coba dongkrak rasa percaya diriku. Aku yakin jilbab ini juga tidak kalah keren dengan mode zaman sekarang. Rasa percaya diriku sedikit bertambah melihat temanku yang berani mengambil keputusan untuk memakai jilbab lebar. Malahan dia lebih lebar dari jilbabku. Temanku ini juga sering menyemangatiku “keep istiqomah”. Ini mengartikan bahwa aku harus tetap di jalan ini. Menjadi muslimah yang selalu istiqomah. Semoga Allah membalas kebaikan temanku ini.

Banyak sekali godaan dan rayuan setan yang mendesakku untuk menanggalkan pakaian mulia ini. Godaan yang pernah membuatku berpikiran untuk menanggalkan jilbab. Semua perubahan positif tidak selalu diterima dengan lapang. Banyak tantangan yang harus dihadapi. ke-istiqomah-an yang selalu naik turun. Terkadang pakai jilbab kecil, jlbab berwarna-warni maupun baju ketat. Ya Allah aku menyesal mengingat hal ini. Tapi Allah itu tidak pernah jauh dari umatnya yang mempunyai niat baik. Aku tahu itu dan aku yakin itu karena aku mengalaminya.

Subhanallah jilbab ini adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jilbab itu ‘iffah (kemuliaan). Jilbab itu kesucian. Jilbab itu pelindung. Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa malu). Jilbab itu ghirah (perasaan cemburu). Tak kan ada rasa sesal maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab ini. Kesetiaan pada jilbablah yang harus kulekatkan di hati.

Aku bersyukur mempunyai orangtua yang masih memberikan kebebasan bagiku untuk mengambil keputusan dalam memilih jalan hidup ini. Meskipun ayahku tidak menjelaskan secara langsung.

Alhamdulillah melalui media majalah maupun artikel aku mendapatkan suatu pelajaran penting yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Walau terganjal dengan sikap ibuku yang masih belum menerima sepenuhnya perubahan aku ini.

Tetapi aku tetap setia. Sampai sekarang aku berpikir takkan pernah usai, takkan bosan dan takkan pernah lelah untuk membahas masalah jilbab syar’i menurut Al Quran dan hadis lewat media apa pun, karena hal ini meski ringan dan selalu sama pembahasannya, merealisasikan tetap masih sulit. Semua media dakwah sering mengangkat masalah jilbab, tapi tak banyak orang hanya setengah-setengah dalam memahami makna jilbab secara benar.

Ingat, pahami, dan ikatkan pada hati cinta Allah terhadap makhluk bernama wanita lewat ayat QS. Al-Ahzab: 59 dan QS. An-Nuur ayat 31. ayat ini akan selalu mengitari kehidupan wanita sampai kapan pun;

1. “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

2. “Katakanlah kepada wanita yang beriman.Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka (mertua) atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara mereka (kakak dan adiknya) atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka (keponakan) atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita...” (QS. An-Nuur ayat 31).

Teman-temanku yang masih menyepelekan jilbab, semoga Allah memberikan jalan untuk kalian. Jalan menuju kebenaran agar mereka tidak lagi menyepelekan jilbab. “Keep Istiqomah”.

Senin, 19 September 2011

AMIN,AMIIN,AAMIN,AMIEN, YANG BETUL AAMIIN...

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Bismillahirrahmanirrahim……
Dgn menyebut nama Allah Yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

maaf sering kita membahas masalah ini digroup ataupun dimajelis tapi ga salahnya kita bahas lagi digroup ini
Sudah Benarkah Ucapan “Aamiin...” Kita ???

...1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM
2. “AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI
Bismillah. . . Mungkin artikel ini tidaklah seberapa penting buat sebagian orang, tapi buat saya pribadi teramat sangatlah penting sekali (lengkap amat kalimatnya ). Banyak saya temui diantara teman-teman FB ini yang menurut saya salah dalam penulisan Aamiin. Ada yang menulis “amin“, “amiin”, “aamin” bahkan tidak jarang juga ada yg menulis “Amien” Seperti kita ketahui Lafaz Aamiin diucapkan didalam dan diluar salat, diluar salat, aamiin diucapkan oleh orang yang mendengar doa orang lain. Aamiin termasuk isim fiil Amr, yaitu isim yang mengandung pekerjaan. Maka para ulama jumhur mengartikannya dengan Allahummas istajib (ya Allah ijabahlah). Makna inilah yang paling kuat dibanding makna-makna lainnya seperti bahwa aamiin adalah salah satu nama dari asma Allah Subhanahu wata’alaa.
Membaca aamiin adalah dengan memanjangkan a (alif) dan memanjangkan min, apabila tidak demikian akan menimbulkan arti lain. Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu : 1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM 2. “AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN 3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA 4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI
Terus Bagaimana dengan pengucapan/Penulisan “Amien“ ??? Sebisa mungkin untuk yang satu ini (Amien) dihindari, karena Ucapan “Amien” yang lazim dilafadzkan oleh penyembah berhala (Paganisme) setelah do'a ini sesungguhnya berasal dari nama seorang Dewa Matahari Mesir Kuno: Amin-Ra (atau orang Barat menyebutnya Amun-Ra) Marilah kita biasakan menggunakan kaidah bahasa yang benar dan jangan pernah menyepelekan hal yang sebenarnya besar dianggap kecil. Sekilas penjelasan yang singkat ini mudah-mudahan bermanfaat

Riwayat Hadits dari Anas bin Malik,bahwa Nabi Muhammad saw bersabda : " Perhatikanlah ketika

Nabi Musa a.s munajat kepada ALLAH swt. Lalu ALLAH swt berfirman : " Hai Musa,kelak Aku akan berikan kapada Umat Muhammad saw 4 Huruf :

1. Huruf Pertama dari Kitab Taurat,
2. Huruf Kedua dari Kitab Zabur,
3. Huruf Ketiga dari Kitab Injil,
4. Huruf Keempat dari Kitab Al-Qur'an.

Lalu Nabi Musa bertanya : " Ya Tuhanku,Huruf apakah yang 4 macam itu ?" dan ALLAH swt menjawab:

Ke empat macam Huruf itu adalah Alif,Mim,Ya dan Nun. Yang di singkat menjadi " AaMiiN". Maka barang siapa mengucapkan AaMiiN seperti membaca 4 buah kitab - kitab yang di sebutkan di atas,yaitu Taurat,Zabur,Injil dan Al-Qur'an.

1. Maka dikatakannya bahwa Huruf Alif tertulis di Tiang Arsy ALLAH
2. Huruf tertulis di Tiang Kursi,yaitu Huruf Mim.
3. Huruf Ya tertulis di Lauhil Mahfuzh.
4. Huruf Nun tertulis di Batang Qalam.

Maka barangsiapa mengucapkan AaMiiN, maka dengan Izin ALLAH dan dengan Kekuasaan-Nya keempat macam Makhluk itu bergerak dan secara otomatis dapat berkata-kata meminta Ampun ke Hadirat ALLAH Yang Maha Kuasa untuk orang yang mengucapkan AaMiiN itu.

Kemudian ALLAH swt berfirman : " Saksikanlah oleh kamu sekalian pada saat ini benar - benar Aku telah mengampuni Dosa hambaku,karena memang sifatku Yang Maha Pengampun.

Teman - teman semuanya ini sebagai bahan Renungan juga bukan maksud saya untuk mengajari tapi tidak ada salahnya saya membagi Ilmu yang saya dapatkan dari belajar agama & Membaca Buku. Kita harus hati- hati dalam mengucapkan dan menulis AaMiiN karena kalau salah mengucapkan dan menulisnya secara Otomatis akan berubah Maknanya atau Artinya.

Adapun cara yang paling baik untuk mengucapkannya ialah suara "A" harus dibaca panjang dan suara "Min" pun harus di baca Panjang,misalnya " AaMiiN".

1. Jika di baca AaMiN artinya : Berimanlah ( A-nya di panjangkan dan Min-nya di pendekan ).
2. Jika di baca AMIIN artinya : Orang yang di percaya ( A-nya di pendekkan,MIN-nya di panjangkan ).
3. Jika di baca AAMIIN artinya : Terimalah Permohonanku (A-nya Panjang,MIN-nya Panjang).

Maka jika Anda mengucapkan dan Menulis AMIIN seperti point ke dua,maka artinya bukan mohon do'a supaya di terima, tapi melainkan Anda malahan Bilang," Percaya,Percaya." Apalagi kalau dalam tulisan yang menulis AAAAMMMMMIIIIIIIIINNNN itu Anda artikan sendiri apa artinya karena saya juga tidak mengetahui artinya.

Dalam bahasa Arab, Kalimah Aamiin termasuk Isim fill Amr yaitu isim yang mengandung pekerjaan. Para Ulama Jumhur mengartikannya dengan ‘Allahummas istajib’ (Ya Allah ijabahlah) Makna inilah yang paling kuat dibanding makna yang lainnya. Seperti ucapan ‘Aamiin adalah salah satu nama dari Asma Allah.

Makna aamiin adalah dengan memanjangkan ‘A’ (alif) dan memanjangkan ‘mim’. Apabila tidak demikian maka akan menimbulkan arti lain.!!

itulah gunanya bisa berbahasa arab yg benar karena kitab suci AL'QURAN berbahasa arab moga bermamfaat buat saudara saudari semua klo ada salah kata ana banyak-2 minta maaf salam ukhuwah fillah...

Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . .

Jumat, 09 September 2011

Tafsir Surat Al-Jin Ayat 1-4

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآناً عَجَباً يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَداً وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَداً وَأَنَّهُ كَانَ 
يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطاً






Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadamu bahwasa: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Qur’an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorang pun dengan Tuhan kami, Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak. Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.

Mufradat (Kosa Kata)

أوحي

wahyu adalah sesuatu yang diturunkan kepada para Nabi/Rasul dari sisi Allah. Wahyu juga mengandung arti alkhafa (samar) dan as-sur’ah (cepat). Sedangkan kata “al-ihaa” adalah menyampaikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan yang diinginkan dengan jalan isyarat, surat, kitabah dan ilham

نفر

Nafarun berarti bilangan kecil dari 3 sampai 10 orang

استمع

Istama’a berarti mendengar dengan baik dan sungguh-sungguh

شططا

Syathatha adalah ucapan yang melampaui batas kebenaran dan keadilan.

Gambaran Singkat Tentang Kisah Jin Dan Al-Quran

Dalam riwayat shahih dijelaskan bahwa golongan jin telah mendengarkan Nabi SAW di saat beliau sedang shalat dengan para sahabatnya dan membaca Al-Quran dengan lantunan suara yang mendorong jin bergerak menuju ke haribaan-Nya. Setelah mereka mendengarkannya dengan sungguh-sungguh dan memahami hakekat Kalamullah maka, mereka bertolak dan bergerak menuju masyarakatnya untuk memberi kabar gembira dan mengajarkan apa-apa yang telah mereka pahami.

Allah SWT mewahyukan hal ini kepada Nabi SAW agar hatinya merasa tentram dan jiwanya tetap menggelora dalam dakwahnya meskipun orang-orang musyrik berpaling darinya.

Ayat jin ini diturunkan dalam surat Al-Ahqaf secara global pada dua ayat 29 dan 30 dan secara terperinci seperti yang digambarkan dalam surat jin ini untuk memberikan teguran pada Kuffar Quraisy dan Arab yang terlambat merespon keimanan sementara jin yang bukan dari golongan manusia lebih cepat merespon dakwah dari pada mereka. Mereka Kuffar Quraisy tidak beriman dan bahkan mendustakannya dikarenakan sifat hasud yang menyelimuti diri mereka dan benci apabila Allah menurunkan anugerahnya kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Makna Ijmali

Katakanlah kepada mereka Ya Muhammad; “sungguh Allah telah mewahyukan kepadaku bahwasanya sekelompok dari golongan jin telah mendengarkan Al-Quran dengan khusyuk. Lalu mereka berkata kepada kaumnya di saat kembali kepada mereka; “sesungguhnya kami telah mendengar Al-Quran yang agung nan indah yang sangat mengherankan karena beda dengan “kalamul basyar” (perkataan manusia), bahkan dengan kitab-kitab dahulu dalam susunan, metode, tujuan dan artinya. Al-Quran adalah kitab yang mengandung petunjuk, kebenaran, nilai-nilai kebaikan dan jalan yang lurus. Dari sini kami (golongan jin) beriman kepadanya dan Dzat yang menurunkannya. Tidak hanya berhenti di sini saja, akan tetapi kami juga tidak akan menyekutukan Allah SWT dengan satu pun makhluknya. Sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian sufaha (jin-jin bodoh) dari golongan kami. Dan sesungguhnya Allah SWT tidak memerlukan teman dan anak sebagaimana yang dituduhkan oleh musyrikun dan sebagian golongan jin. Maka ketika mendengar ayat Al-Quran tentang hal ini, mereka mengingatkan kesalahan keyakinan jin-jin kafir yang menyatakan bahwa Allah memerlukan seorang teman, pendamping dan anak. Bagaimana hal ini terjadi, sedangkan Allah Maha Kaya dari segala sesuatu?

Dan jin-jin itu beriman dan membenarkan apa yang dikatakan Al-Quran. Mereka tidak mau taqlid buta apalagi berkaitan dengan kesalahan yang sudah jelas salahnya dan kebatilan yang nyata, meskipun yang melakukan tokoh-tokohnya. Mereka berkata, ”Kami beriman kepada Allah dan mengakui kesalahan kami dalam menisbatkan Allah kepada yang tidak laik bagi-Nya. Karena kami semua yakin bahwa mustahil ada satu dari manusia dan jin yang berkata dusta atas nama Allah.”

Durus wa ’Ibar
  1. Wahyu datangnya hanya dari Allah dan hanya diberikan kepada para Rasul.
  2. Risalah Islam tidak terbatas hanya pada golongan manusia, akan tetapi untuk semua makhluk termasuk golongan jin.
  3. Sekelompok Jin telah mendengar langsung Al-Quran dari Rasulullah SAW baik saat shalat maupun langsung berhadapan dengannya.
  4. Jin meyakini bahwa Al-Qur’an adalah Kitab yang mengandung petunjuk.
  5. Ayat mengisyaratkan kepada kita bahwa jin setelah mendengar Al-Quran langsung menyampaikan kepada kaumnya.
  6. Jin terbagi dua, ada yang bertauhid dan ada yang musyrik.

Tafsir Surat Al-Alaq

iqra Dinamakan surat Iqra’ atau surat Al-Qalam, Makkiyah dan terdiri dari 19 ayat. Di surat ini Nabi diperintahkan untuk membaca disertai adanya penjelasan tentang kekuasaan Allah terhadap manusia dan penjelasan sifat-sifatnya. Juga disebutkan keterangan tentang pembangkangan sebagian menusia dan balasan yang sesuai dengan perbuatan.

1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6.  Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7.  Karena dia melihat dirinya serba cukup.
8.  Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
9.  Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10.  Seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
11.  Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12.  Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13.  Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14.  Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15.  Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya,
16.  (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17.  Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18.  Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,
19.  Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).

Makna Mufradat

Arti
Mufradat
  1. Jamak dari ‘Alaqah artinya segumpal darah.
  2. Lebih mulia dan yang mulia.
  3. As-Saf’u artinya menarik dengan kasar, sedangkan An-Nashiyah artinya rambut di ubun-ubun. Maksudnya sebagai bentuk penghinaan.
  4. Yang memanggil.
  5. Malaikat yang ditugaskan untuk mengurusi orang-orang kafir di neraka. Di dalamnya mereka dimasukkan secara paksa.
  6. Mendekatlah kepada Tuhanmu melalui ibadah.
  1. علق
  2. الأكرم
  3. لنسفعن بالناصية
  4. ناديه
  5. الزبانية
  6. واقترب

Syarah:

Dalam Shahih-nya Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra. yang artinya demikian, “Wahyu pertama yang sampai kepada Rasul adalah mimpi yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi kecuali hal itu datang seperti cahaya Shubuh. Setelah itu beliau senang berkhalwat. Beliau datang ke gua Hira dan menyendiri di sana, beribadah selama beberapa malam. Yang untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian kembali ke Khadijah dan membawa bekal serupa. Sampai akhirnya dikejutkan oleh datangnya wahyu, saat beliau berada di gua Hira. Malaikat datang kepadanya dan berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” lalu Rasulullah saw. berkata, “Lalu di merangkulku sampai terasa sesak dan melepaskanku. Ia berkata, ‘Bacalah!’ Aku katakan, ‘ Aku tidak bisa membaca.’ Lalu di merangkulku sampai terasa sesak dan melepaskanku. Ia berkata,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Hadits).

Dengan demikian maka awal surat ini menjadi ayat pertama yang turun dalam Al-Qur’an sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Wahyu pertama yang sampai kepada Nabi saw. adalah perintah membaca dan pembicaraan tentang pena dan ilmu. Tidakkah kaum Muslimin menjadikan ini sebagai pelajaran lalu menyebarkan ilmu dan mengibarkan panjinya. Sedangkan Nabi yang ummi ini saja perintah pertama yang harus dikerjakan adalah membaca dan menyebarkan ilmu. Sementara ayat berikutnya turun setelah itu. Surat pertama yang turun secara lengkap adalah Al-Fatihah.

Pengertian ringkas ayat-ayat ini adalah: Agar kamu menjadi orang yang bisa membaca, ya Muhammad. Setelah tadinya kamu tidak seperti itu. Kemudian bacalah apa yang diwahyukan kepadamu. Jangan mengira bahwa hal itu tidak mungkin hanya dikarenakan kamu orang ummi, tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis. Allah-lah yang menciptakan alam ini, yang menyempurnakan, menentukan kadarnya, dan memberi petunjuk. Yang menciptakan manusia sebagai makhluk paling mulia dan menguasainya serta membedakannya dari yang lain dengan akal, taklif, dan pandangan jauhnya. Allah swt. menciptakannya dari darah beku yang tidak ada rasa dan gerak. Setelah itu ia mnejadi manusia sempurna dengan bentuk yang paling indah. Allah-lah yang menjadikanmu mampu membaca dan memberi ilmu kepadamu ilmu tentang apa yang tadinya tidak kamu ketahui. Kamu dan kaummu tadinya tidak mengetahui apa-apa. Allah juga yang mampu menurunkan Al-Qur’an kepadamu untuk dibacakan kepada manusia dengan pelahan. Yang tadinya kamu tidak tahu, apa kitab itu dan apa keimanan itu?

Bacalah dengan nama Tuhanmu, maksudnya dengan kekuasaan-Nya. Nama adalah untuk mengenali jenis dan Allah dikenali melalui sifat-sifat-Nya. Yang menciptakan semua makhluk dan menyempurnakan sesuai dengan bentuk yang dikehendaki-Nya. Dan Allah swt. telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, ya Muhammad. Dan Tuhanmu lebih mulia dari setiap yang mulia. Karena Allah swt. yang memberikan kemuliaan dan kedermawanan. Maha Kuasa daripada semua yang ada. Perintah membaca disampaikan berulang-ulang karena orang biasa perlu pengulangan termasuk juga Al-Mushtafa Rasulullah saw.  Karena Allah sebagai Dzat yang paling mulia dari semua yang mulia, apa susahnya memberikan kenikmatan membaca dan menghapal Al-Qur’an kepadamu tanpa sebab-sebab normal. Silakan baca firman Allah,

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (Al-Qiyamah: 17).

“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa.” (Al-A’la: 6).

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulia dan mengajarkan manusia untuk saling memahami dengan pena, meski jarak dan masa mereka sangat jauh. Ini merupakan penjelasan tentang salah satu indikasi kekusaan dan ilmu (manusia).

“Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Allah memberikan insting dan kemampuan berpikir kepada manusia yang menjadikannya mampu mengkaji dan mencerna serta mencoba sampai ia mampu menyibak rahasia alam. Dengan demikian ia dapat menguasai alam dan menundukkannya sesuai dengan yang diinginkannya.

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu(Al-Baqarah: 29).

“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya” (Al-Baqarah: 31).

Nampaknya Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk membaca secara umum dan khususnya membaca Al-Qur’an. Setelah itu Allah menjelaskan bahwa hal itu sangat mungkin bagi Allah yang menciptakan semua makhluk dan menciptakan manusia dari segumpal darah. Dia-lah yang Maha Mulia dan tidak pelit terutama terhadap Rasul-Nya. Dialah yang mengajarkan manusia dengan pena tentang apa yang belum pernah diketahuinya.

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).”

Sungguh benar, bahwa manusia itu melampaui batas, sombong, dan keterlaluan melakukan dosa. Karena ia menganggap dirinya tidak butuh kepada orang lain akibatnya melimpahnya harta, anak-anak, dan lain-lain. Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ia akan kembali kepada Allah swt. dan akan diminta pertanggung-jawaban atas semua yang dilakukan.

Mungkin anda bertanya tentang konsiderasi ayat-ayat ini. Saya katakan bahwa ketika Allah swt. menyebutkan indikasi kekuasaan dan ilmu serta kesempurnaan nikmat yang dianugerahkan kepada manusia. Tujuannya adalah agar manusia tidak ingkar nikmat. Namun apa lacur, ternyata manusia benar-benar mengingkari dan melampaui batas. Oleh karena itu Allah swt. ingin menjelaskan sebabnya, bahwa cinta dunia, tertipu olehnya, dan berambisi terhadapnya dapat menyibukkannya dari melihat ayat-ayat Allah yang agung.

Setelah memerintahkan Nabi-Nya untuk membaca wahyu yang ada di dalam kitab-Nya dan menjelaskan penyebab kekafiran manusia, Allah membuat perumpamaan gembong kekafiran, yakni Abu Jahal. Kendatipun pengertian ayat tersebut umum.

Ceritakan kepada-Ku, ya Muhammad, tentang seseorang yang melarang hamba untuk tunduk kepada Allah dan melakukan shalat. Apa urusanya? Orang itu sungguh mengherankan, ia kafir dan bermaksiat kepada Tuhannya. Ia melarang orang lain melakukan kebaikan terutama shalat. Ceritakan kepada-Ku tentang kondisi orang tersebut, kalau memang ia termasuk golongan kanan dan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk setelah itu ia mengajak orang lain kepada ketakwaan dan kebaikan. Kalau orang itu seperti ini keadaannya tentu ia berhak mendapatkan pahala yang besar dan surga sebagai tempat tinggalnya.

Ceritakan kepada-Ku tentang orang yang berdusta serta berpaling dari kebenaran lalu mengerahkan segenap potensinya untuk mengejar apa yang diinginkan. Tidakkah mereka tahu bahwa Allah swt. melihat? Sebenarnya mereka mengakui bahwa Allah swt. mengetahui yang gaib dan yang nyata lalu akan membalas masing-masing orang sesuai dengan amal perbuatannya. Kalau amalnya baik balasannya baik dan kalau amalnya buruk dibalas dengan keburukan. Maka bergegaslah kalian, wahai manusia, menuju Allah, bertaubatlah dan beramallah untuk mendapatkan ridha-Nya.

Kalla, kata penolakan bagi orang yang bermaksiat kepada Allah. Aku bersumpah, jika orang-orang kafir dan pelaku kemaksiatan itu tidak menyudahi perbuatan mereka, Kami akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih. Kami akan hinakan mereka serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat kesombongan mereka di dunia. Dan bagi Allah hal itu tidaklah sulit. Akan Kami tarik ubun-ubun mereka dengan kasar. Ubun-ubun yang sering menyombongkan dirinya karena kekuatan dan keyakinanya bahwa dirinya akan selamat dari murka Allah. Padahal tidak ada yang bisa mengalahkan Allah, baik yang ada di bumi maupun di langit. Tentu saja dugaan tersebut salah karena mereka melampaui batas dan berlaku jahat, khususnya terhadap orang-orang baik dan jujur. Kami akan hinakan orang seperti ini, maka biarkan saja malaikat yang memanggil mendorong mereka semua. Bahkan Kami, Allah swt. akan memanggil Zabaniyah. Yakni Allah swt. akan memanggil Zabaniyah, penjaga Jahannam untuk mendorong mereka.

“Pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat- kuatnya.”

Pada saat itu mereka tidak memiliki penolong maupun pembantu.
Kalla, tinggalkan orang kafir itu dengan perbuatannya dan jangan sampai mengganggunya, ya Rasulullah. Bersujudlah selalu untuk Allah serta mendekatlah kepada-Nya melalui ibadah, karena ibadah merupakan benteng yang kokoh dan jalan keselamatan. Allahu a’lam.

Tafsir Surat An-Naas

Surat An-Nas ini Makkiyah menurut pendapat paling benar, terdiri dari 6 ayat. Ini merupakan ayat perlindungan yang kedua.

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦

1.  Katakanlah, “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2.  Raja manusia.
3.  Sembahan manusia.
4.  Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5.  Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6.  Dari (golongan) jin dan manusia.”
 
Makna Mufradat:
ArtiMufradat
1. Yang membisikkkan kata-kata jahat di dada manusia.1.     الوسواس
2. Bentuk hiperbola dari kata Al-Khunus yang berarti kembali atau terlambat. Karena kalau ia diusir ia mundur dan kembali.2.     الخناس
3. Makhluk tersembunyi, tidak ada yang mengetahuinya selain Penciptanya.3.     من الجِنَّة
Syarah:
 
Katakan kepada mereka, “Aku berlindung kepada Allah agar menjagaku dari kejahatan makhluk yang berbisik kepadaku. Aku berlindung kepada Tuhan manusia yang mendidik dan mengambil sumpah kepada mereka di kala mereka kecil atau lemah. Allah telah menguasai urusan mereka dan Dialah Pemilik Manusia. Dia Allah mereka dan mereka budak-Nya. Dia yang layak disembah, ditunduki, dan dituju. Sebab Dialah Allah Taala yang menciptakan manusia, menumbuh kembangkan mereka, serta menguasai urusan mereka. Karena Dialah tempat berlindung dan meminta pertolongan. Bernaung kepada-Nya dari kejahatan bisikan di dalam hati yang biasa menghiasi kejahatan dan menampakkan keburukan dengan bentuk kebaikan. Itulah bisikan yang kebanyakan mengajak kepada larangan, baik dari bangsa jin, makhluk yang tersembunyi, yang mereka itu anak-anak dan tentara iblis atau dari bangsa manusia seperti halnya teman-teman buruk.

Mudah-mudahan kita dipelihara Allah dari kejahatan setan jin dan setan manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Dia juga Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah sendiri telah mengajarkan kita bagaimana berlindung diri dari kejahatan lahir maupun batin.” 

Wallahu A’lam.