|        Sepuluh tahun lalu si cantik, sebut saja begitu, selalu meludah di  depan muka setiap anak-anak aktivis Rohis (kerohanian Islam) di sekolahku.  Baginya, sosok berkerudung lebar seperti teman-teman kita tersebut adalah 'kaum  sok suci' yang selalu membatasi kebebasan berekspresi, padahal masih remaja,  'masih bebas donk', begitu pikirnya. Juga pernah dari lidahnya keluar cacian  bahwa seorang teman terkena sakit cacar karena penyakit kulit yang tertular  dari teman yang menutup aurat itu. Astaghfirrulloh.   Tak kalah meresahkan dengan ulah si cantik, sesosok wanita berusia  sangat senior yang sangat kuhormati, sebut saja kanjeng Ratu, pernah membaluri  hidupnya dalam lumpur pengkhianatan pada Sang Tuhan. Bukan hanya berbuat syirik  dengan pergi ke dukun, beliau juga sering bersumpah serapah yang sangat  menyakitkan hati. Salah satu kalimat mengerikan pernah meluncur dari mulutnya,  "Saya tak akan pernah memakai jilbab, dengar itu! dan kalau anakku ikutan  memakai jilbab, maka Saya akan telanjang bulat dan berlari keliling lapangan!"Astaghfirrulloh... Beliau ini benci sekali padaku, semua oleh-olehku dibuangnya, semua  kenyataan yang baik-baik diubahnya menjadi cerita jelak dan jahat, memandangku  bagaikan melihat musuh terbesar dengan sorot mata tajamnya seolah ingin mencincang  tubuhku. Satu lagi orang dekatku, Pak Sholeh sebutlah namanya begitu, beliau  adalah guruku, yang telah dianggap seperti anak sendiri oleh orang tuaku.  Beliau ini doyan belajar, memang otaknya encer, daya ingatnya mantap, cerdas  sekali. Namun, setidaknya lima belas tahun lalu (waktu itu saya masih SMP),  beliau masih sangat membenci sosok-sosok para da’i dan da’iyah. Baginya,  sosok-sosok itu tak lebih hanya menutupi kemunafikan, terutama banyaknya  peristiwa di depan matanya, yang dilaluinya sehari-hari berhubungan dengan  keburukan akhlaq para jilbaber dan para aktivis dakwah kampus. Pak Sholeh  pernah berujar, "Saya paling benci dengan cewek berhijab dan cowok yang  sok alim, lho dek...", kira-kira redaksinya begitu, menggambarkan  kebiasaan busana para aktivis dakwah kampus. Satu persatu hari berganti, minggu bergulir bulan, tahun bergantian  berulang kali... aduhai Tuhanku, keimanan seorang hamba mengalami perubahan,  naik-turun bahkan saat perubahan detik ke detik berikutnya. Bahkan Oase Iman  dalam catatan cinta ini dibaca oleh jutaan hamba-Nya yang saat memahami hal ini  memiliki kadar keimanan yang berbeda. Kami hanya mampu memelas, Yaa muqollibal  quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika, ... "wahai Zat yang  membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu  dan dalam menaati-Mu.” Setelah beberapa tahun berlalu, si cantik, kanjeng Ratu dan Pak Sholeh  berjumpa kembali denganku dalam waktu yang berbeda. Kali ini, si cantik memang  benar-benar cantik, tak ada lagi perangai cemberut dan cemoohan terhadap busana  muslimah, malah ia telah menutup auratnya dengan baik. Tak ada yang menduga  bahwa si cantik dapat berubah drastis seperti ini. Duhai teman, inilah hidayah  Allah. Dia kirimkan kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Begitu pun kanjeng Ratu, yang dulu amat membenciku, yang dulu 'hobi'  membuat air mataku membanjir, yang dulu tiap saat bersumpah-serapah dengan  sentuhan hidayahNYA, berubahlah ia! Tak ada yang menyangka bahwa dulunya ia  sejahat itu, sebab sekarang ia sangat menyayangiku, kata-katanya telah lembut,  waktu sholatnya telah teratur, sorot matanya malah penuh rasa rindu.  Alhamdulillah… Duhai Allah, Engkaulah Sang Maha pembolak-balik hati. Maka  jadikanlah hati kami semua selalu berkumpul dalam cinta, dalam kasih sayang dan  keridhoanMU selalu, amiin. Temanku, jangan balas kebencian dengan dendam, sentuhlah hati dengan  hati yang tulus pula, serta ingatlah satu-satunya tempat bergantung kita  hanyalah Allah SWT. Maka optimislah, bahwa orang-orang yang keras hatinya, yang  membenci dirimu, mencaci atau mencela disertai penyakit hati lainnya, cukup  'maklumi saja', ilmuNYA belum sampai pada mereka ini. Dan lihatlah contoh sang  kanjeng Ratu yang sebegitu hebat sepak terjangnya—banyak merugikan moril dan  materi bagiku dan keluarga, namun ternyata, dia bisa berubah, insya Allah,  inilah petunjukNya. Kita hanya berusaha mengajak untuk selalu mengingat Sang Khaliq, Allah  berfirman, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi  tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah- hati  menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13] : 28). Kalau tak mengalami sendiri, sungguh diriku pun masih belum percaya  sepenuhnya. Saat kubaca catatan artikel milik Pak Sholeh melalui dunia  internet, semuanya berisi pujian pada Allah SWT. Kalimat-kalimatnya indah,  menggambarkan kecerdasannya sebagai ilmuwan yang religious. Contohnya saat ia  berujar bahwa "sesungguhnya penemuan para ilmuwan hanyalah menemukan  sesuatu yang sudah diciptakan oleh Allah SWT, maka dimanakah hak untuk  menyombongkan diri?" atau kalimatnya “Jangan tutupi penuaan yang terjadi  padamu…karena itu mendudukanmu pada tempat dan waktu yang tepat,”subhanalloh…  “Tempat kebijakan adalah diam yang mendengarkan, lisan yang menentramkan, marah  yang disenyumkan, kegembiraan yang dibagikan dan sedekah yang diikhlaskan,  semua hanya karena Allah semata!”nuraniku ikut tentram membaca kalimat  hikmahnya. Dan bukan itu saja, dia yang dulunya mencemooh para aktivis dakwah,  malah sekarang merupakan bagian dari mereka. Ya Allah… kejutan yang luar biasa  di era modern ini, bahkan dengan tegasnya ia mengatakan, “wanita Islam itu bisa  dilihat dengan identitas pakaiannya : auratnya hanya dibuka di depan  suaminya!”, bayangkan… dulunya kalimat yang berkebalikan-lah yang meluncur dari  bibirnya. Sehingga tergelitik saya bertanya padanya, (maklumlah, sepuluh tahun  kami tak berjumpa, beliau lama menuntut ilmu di negara lain, maka hal perubahan  Pak Sholeh ini amatlah 'luar biasa' bagiku), “bagaimana pengalaman spiritual,  kenapa mas bisa berubah begitu....?”tulisku mengirim pesan untuknya. Ternyata  beliau menjawab, “Karena Allah, mas pernah mati tapi masih diberikan kesempatan  hidup.. mungkin itu yang membuat mas kapok, dek...” Secarik kata, mati. Masyaalloh... mengingat mati akan melembutkan hati  dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam memberikan wasiat untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda  dalam hadits yang disampaikan lewat sahabatnya yang mulia Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu : “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni  kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no.  4258). Benar, kematian memang pelajaran berharga, dengan mengingat bahwa  “Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,” dan entah di hari ini, esok  ataupun lusa 'due-datenya', maka jiwa kita akan luluh, sesegera mungkin meraih  taubatan nasuha, tak ingin menemui ajal yang buruk, tak ingin berada di jalan  kotor yang berselubung dosa saat mengakhiri detik nafas kehidupan. Wahai saudara-saudari yang merindukan cinta-Nya, jangan paksa orang  lain untuk menyukai atau mencintaimu, ujungnya pasti jelek dan menyakitkan.  Pakailah strategi ketulusan hati baginda Rasulullah SAW, dengan cara berserah  diri pada Allah SWT—mengajak mereka mencintaiNya, lebih banyak mengintrospeksi  dan memperbaiki diri sendiri, dan pasti kalian dapat melihat bukti kekuasaan  Allah SWT, Sang Maha Pembolak-balik Hati. Wahai para pemilik hati yang optimis karena Allah SWT, yang selalu  mengejar hidayahNYA, yang senantiasa merindukan belaian dan didikanNYA, semoga  kelak kita berkumpul bersama dalam pimpinan baginda Rasulullah SAW, dalam  barisan kaum yang beriman, yang selalu bertaubat, yang dirahmatiNYA, bukan  dalam golongan orang yang dimurkaiNYA. Amiin… amiin Ya Robb. Wallohu ‘alam  bisshowab. (www.ujecentre.com)   | 
Senin, 07 Maret 2011
Sang Maha Pembolak - Balik Hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar