“Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling beraqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
(QS al-Hujurat [49]:13).
(QS al-Hujurat [49]:13).
Sungguh kasihan orang-orang yang terjebak dalam pemikiran yang salah, sehingga membuahkan penyakit yang merugikan dirinya sendiri. Membuat dunia semakin sempit dan menyesakkan dan tidak pernah merasakan nikmat dan lezatnya memiliki hati yang tenang, tentram, sejuk, dan nyaman.
Lantas penyakit apakah itu? Dia adalah penyakit rendah diri di hadapan orang lain. Sesungguhnya perasan ini baik bila dikhususkan hanya kepada Allah swt semata, sebaliknya sayang apabila rasa rendah diri ini hanya di hadapan sesama manusia, yang sama hinanya atau bahkan lebih hina di hadapan Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia.
Ciri-cirinya penyakit ini tampak berupa kerepotan bila bertemu atau berkumpul dengan orang-orang yang dianggap lebih. Malu gelisah, tidak tenang, merasa kecil dan tidak berharga, akibatnya dari dalam dirinya selalu muncul dorongan yang kuat berupa keinginan untuk menghindar manakala berkumpul dengan banyak orang, kalaupun dipaksakan, serta merta sikapnya menjadi gugup dan serba salah.
Akibat lain adalah senang menyendiri, sehingga semakin lama semakin terkucil dari pergaulan. Wawasannya menjadi semakin sempit bahkan cenderung dikuasai cara berpikirnya sendiri yang terus menerus memperumit dan memperbesar masalah, sehingga merasa diri semakin terpojok, sengsara dan nelangsa batin. Iri dan dengki semakin memilin-milin hatinya, ujungnya perasaan yang semakin gelisah, tekanan batin yang sangat dahsyat, serta menyesalli dan memaki-maki dirinya sendiri dan berujung pada keputus-asaan terhadap hidup ini. Na’udzubillah.
Demi Allah perbuatan ini sangatlah sia-sia dan hina sama sekali tidak boleh disediakan tempatnya dalam pribadi muslim. Karenanya, marilah kita telusuri apa saja kira-kira penyebab semua in terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.
Keadaan Tubuh
Tubuh terlalu pendek, terlalu kurus, terlalu jangkung, tidak cantik atau terdapat cacat, pendek kata, memiliki beberapa kekurangan secara fisik. Semua ini seringkali menjadi penyebab seseorang menjadi minder, padahal, justru orang-orang yang tidak diberi kelebihan fisik oleh Allah itulah, yang seharusnya merasa beruntung. Bukankah justru faktor kelebihan diri membuat tergelincirnya hati ke dalam jurang kemaksiatan.
Ketahuilah, bahwa segala keindahan, kecantikan, kegagahan, dan aneka kelebihannya lainnya yang melekat pada tubuh, semua amanat singkat yang diberikan Allah kepada kita. Lihatlah, betapa banyak manusia menjadi ahli neraka jahanam, justru karena kelebihan-kelebihan yang dimiliknya. Ini dikarenakan, seakan sudah cenderung menjadi kodrat manusia selalu cenderung berkeinginan untuk memamerkan apa-apa yang dianggap lebih pada dirinya. Padahal Allah sebagai Pencipta tubuh ini telah berfirman, “Sesungguhnya Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk”(QS at-Tin [95]:4).
Jadi manusia dengan segala bentuknya adalah sebaik-baik bentuk penciptaan menurut Allah Yang Maha Luas Ilmunya serta Maha Adil dan Maha Bijaksana dalam menentukan segala sesuatu. Subhanallah! Mau bentuk seperti apalagi yang kita inginkan kalau sebaik-baiknya bentuk menurut ilmu Allah kita anggap salah dan kurang ?
Penilaian kita selalu cenderung inderawi dan duniawi belaka, yang tentu saja amat diselimuti hawa nafsu. Sedangkan penilaian yang didasarakan pada hawa nafsu kita semakin buta terhadap hikmah yang telah ditetapkan-Nya.
Sesunguhnya Allah menginginkan kita kembali ke syurga, tempat asal-asul kita semua. Tidak heran kalau Allah membuat berbagai cara, baik tuntutan maupun perlindungan, agar kita benar-benar terpelihara tatkala di alam dunia ini, sehingga semua bisa kembali ke tempat kenikmatan abadi.
Ya, bisa jadi diantaranya dengan membuat kekurangan pada tubuh kita ini, sehingga tertutuplah peluang bagi kita untuk berlaku ria, ujub dan takabur.Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda, “Sekali-kali tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada perasaan takabur walau sebesar dzarrah”. Hati yang takabur seringkali mewujud berupa sikap yang cenderung gemar meremehkan orang lain karena merasa diri “lebih”. Bahkan lebih jauh lagi bisa berupa sikap gemar mendustakan kebenaran. Na’udzubillahi min dzaalik!
Nah, dengan kenyataan yang ada, insya Allah justru membuat kita terlindung dari sifat ujub, riya, takabur. Tidakkah ini merupakan keuntungan? Karenanya, sudahlah, lebih baik kita ridha saja. Terimalah dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta baik sangka terhadap apapun ketentuan Allah Azza wa Jalla.
Terbukti ternyata banyak riwayat yang menggambarkan orang-orang yang ditakdirkan serba kekurangan pada tubuhnya namun kemuliaan diangkat jauh lebih tinggi daripada orang-orang yang sempurna atau bahkan orang yang diberi kelebihan secara fisik. Kita dapat mengambil hikmah dari Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as, misalnya. Ia adalah seorang bekas budak berkulit hitam legam, namun toh ternyata Allah menakdirkannyamemiliki kemuliaan, sehingga dianggap sebagai perlambang kesempurnaan tawakkal.
Bayangkan, seorang wanita dengan bayi yang masih merah, ditinggalkan di tempat yang sepi, tandus, kering dan gersang. Akan tetapi, dia tidak gentar ataupun mengeluh berkat keyakinannya yang sempurna bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Maka, lihatlah buah dari segala amalnya itu. Selama beribu-ribu tahun hingga saat ini disaksikan perjuangannya menjadi ladang amal dan ladang ibadah bagi ummat Muhammad saw. Sesungguhnya kemuliaan itu hanya ditentukan oleh seberapa besar ketaatan kita kepada Allah. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa” (QS Al Hujurat [49]:13).
Jadi apalah artinya kekurangan yang melekat di tubuh ini. Yang penting adalah sikap dan keyakinan kita bahwa Allah pasti tidak akan pernah zalim terhadap hamba-hamba-Nya. Satu titik kekurangan yang melekat pada tubuh kita pastilah disertai dengan hikmah di balil kejadiannya. Dan bila kita mampu menyadari dan menguak tabir hikmah itu, niscaya Allah Yang Maha Perkasa akan memberikan kita kemuliaan dan kelebihan pada diri kita.
Dalam Al-Qur’an Surat Al Mumi’nun ayat 1: Qod aflahal mu’minuun. Al ladziina hum fii sholatihim khoosyi’uun. Amat sangat berbahagia, sukses orang yang beriman yang khusyu dalam sholatnya. Dengan kata lain siapapun yang merindukan kebahagiaan yang hakiki.
Kesuksesan sejati, kemenangan dalam hidup ini selayaknya kita memperhatikan kualitas sholat. Dapat dipastikan bahwa perintah sholat bukan untuk kepentingan Allah yang Maha Agung. Yang sudah memiliki segala-galanya dengan sempurna. Perintah sholat seluruh keuntungannya akan kembali kepada pelakunya.
Kalau kita simak sholat khusyu bukanlah sesuatu yang mustahil. Karena Allah tidak mungkin memerintahkan kepada kita sesuatu yang mustahil kita lakukan. Setidaknya, sholat khusyu itu bisa kita lihat pada waktu sholat dan sesudah sholat.
Pertama, pada waktu sholat dia akan bisa berkomunikasi dengan Allah sangat baik sehingga berbuah ketentraman jiwa, kebahagiaan berkomunikasi dengan Allah. Dan dirikan sholat untuk mengingat Allah.
Kedua, sholat yang khusyu’ akan tampak pada perilaku kesehariannya. Berbekas dalam kepribadian, etos kerja maupun prestasi kesehariannya. Jadi tidak mungkin kekhusyuan sholat hanya dinikmati pada waktu sholat saja. Karena sholat yang wajib hanya lima kali sehari jika dilakukan sepuluh menit hanya 50 menit dibanding 24 jam.
Pastilah hikmah sholat yang paling besar justru bisa dilihat ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas hubungan sesama manusia, aktivitas mensejahterakan diri maupun orang lain, harus menjadi bukti kekhusyuan sholat ini.
Dalam sholat khusyu, justru yang paling penting adalah saat-saat sesudah sholatnya karena inilah kemenangan yang hakiki. Ketenangan tidak mungkin dirasakan hanya waktu sholat, kita juga harus tenang diwaktu-waktu lainnya.
Karena itu kita harus menyadari bahwa ketenangan, tidak hanya menyebut nama Allah saja. Tapi pelengkap syariat dunia, rejeki yang cukup, rumah yang lapang, jaminan keamanan, keluarga yang sakinah, perlindungan dari kawan-kawan, inipun merupakan bagian karunia Allah yang harus kita buru sebagai upaya merealisasikan ketenangan jiwa secara syariat.
Ada 7 hikmah dari sholat yang khusyu’:
1. Manajemen waktu (Disiplin waktu)
Allah mengingatkan kita 5 kali sehari. Tidak ada satu agama pun yang begitu intensif mengingatkan waktu selain Islam. Bahkan Allah bersumpah berkali-kali atas nama waktu. Wal’ashr, wal lail, wan nahar dan sebagainya. Karena manusia memang dibatasi waktu. Dan nilai manusia tergantung dari pada bagaimana dia menyikapi waktu. Kita pasti mati dan kita tidak tahu kapan mati.
Rasulullah menilai orang yang cerdas bukan orang yang bergelar atau yang banyak ilmu tapi orang yang banyak ingat mati. Dan sangat mempersiapkan diri untuk mati. Sehingga penuh perhitungan terhadap setiap gerak-geriknya.
Seorang ahli sholat yang khusyu’, bisa dilihat dari cara menyikapi waktu. Dia begitu menilai berharganya waktu sehingga tidak mau melakukan kesia-siaan. Sikap dan perilakunya yang menggunakan waktu hanya mau melakukan yang bermakna.
Siapapun yang sholatnya seperti bagus tetapi begitu banyak membuang waktu percuma, kufur nikmat terhadap waktu, perlu ditanyakan lagi tentang kekhusyuan yang sebenarnya. Dengan kata lain orang yang khusyu dalam sholatnya terlihat dari pribadinya yang sangat menjaga diri dari kesia-siaan apalagi kemaksiatan.
2. Manajemen niat
Ternyata rahasia sholat dari niat. Qobla subuh, tahiyatul masjid dan sholat shubuh sama-sama 2 rakaat. Yang membedakan adalah niatnya. Rasulullah bersabda, Innamal ‘amalu binniat, Setiap amal tergantung dari niat.
Siapapun yang ingin sukses harus selalu bertanya niat apapun dibalik yang dia lakukan dan yang diucapkan. Dia tidak mau bergerak, sebelum lurus niat karena Allah, tidak menerima amal apapun kecuali niat yang bersih karena Allah SWT. Semakin bersih niat kita semakin bahagia, semakin ringan yang kita lakukan, semakin tentram batin ini, semakin indah apapun yang kita lakukan. Orang-orang yang niatnya ikhlas jauh berbeda dengan orang yang berniat buruk berniat jahat atau niat yang tidak benar.
3. Manajemen sense of clean
Ternyata tidak ada satu pun yang berani melakukan sholat tanpa diawali wudhu atau tayamum. Proses bersih dari awal merupakan kunci sukses sholat yang khusyu. Berarti orang yang sangat mencintai bersih lahir batin itu adalah rahasia penting kesuksesan dunia akhirat.
Niat lurus dalam aktivitas sehari-hari harus dijaga kebersihan pikiran, dari licik, jahat, kotor dan mesum. Kita harus jaga kebersihan mata kita dari memandang yang diharamkan. Kita harus jaga pendengaran kita dari senang mendengar aib, dll.
Juga semua berasal dari hati yang bersih yang kita jaga tidak diselimuti kebencian, kedengkian melainkan yang bersih. Juga tubuh bersih dari makanan yang haram, arta kita bersih dari hak-hak orang lain.
Orang yang sangat mencintai bersih lahir batin insya Allah tidak akan didatangi kehinaan. Karena kehinaan biasanya dilekatkan dengan segala sesuatu yang kotor. Maka kalau kita ingin sukses kita harus benar-benar hidup mencintai bersih lahir batin.
4. Manajemen Tertib (Rukun Sholat Tertib)
Rupanya Allah SWT menjadikan hidup tertib teratur dengan proporsional adalah kunci sukses. Sholat itu dilakukan dengan tertib. Barang siapa yang hidupnya tidak teratur, tidak teratur makan sakit maag, tidak teratur tidur kesehatan terganggu, tidak teratur makan obat akan teracuni. Perkataan yang tidak teratur akan menimbulkan masalah, manajemen keuangan yang tidak teratur akan jadi bangkrut.
Melakukan sesuatu tanpa aturan, jalan yang tidak teratur akan semrawut, macet. Maka pertanyaan pada diri kita, apakah kita termasuk orang yang memiliki senang hidup dalam sebuah tatanan yang teratur dengan baik proporsional?
Jikalau menjadi orang yang seenaknya sendiri tidak mau hidup dalam aturan yang benar dan disiplin menjalankan aturan yang benar dan disiplin menjalankan aturan maka tipis harapan kita akan berprestasi. Kita harus menikmati hidup yang teratur, rapi, tertib dengan baik. Yang dilakukan dengan proporsional ikhlas karena Allah semata. Bersih dari cacat cela perbuatan nista, insya Allah.
5. Tumaninah
Tumaninah ini artinya tenang. Ini yang sangat dahsyat dalam sebuah prestasi. Kita sering melakukan sesuatu tapi pada saat tubuh kita melakukan sesuatu pikiran kita tidak disana, hati kita tidak disana akibatnya prestasi apa yang bisa dicapai tanpa kehadiran konsentrasi.
Sholat yang baik itu gerakannya disempurnakan disana hatinya hadir pikiran tertuju konsentrasi. Sebuah kombinasi amal yang sangat indah. Jika kita sedang bekerja, 8 jam efektif dengan perasaan bahagia, tenang, konsentrasi yang baik.
Inilah sebenarnya orang yang akan berprestasi maksimal, seimbang dalam melakukan apapun adil dalam waktu-waktunya hadir lahir batinnya. Begitu pun juga fokus dalam sikapnya, tentram dalam tindak tanduknya. Subhanallah.
6. Siap dalam segala situasi
Berdiri, ruku, sujud. Ketika berdiri akal lebih tinggi dari hati. Bagaimana saatnya mengolah akal kita. Suatu saat sedang ruku keseimbangan antara qolbu dengan akal, begitupun ketika sujud, akal harus tunduk kepada qolbu kita. Tidak takabur si akal dengan kecerdasannya. Tawadlu dengan qolbu subhanallah.
Keseimbangan antara hati, ada saatnya akal benar-benar kita peras sedemikian rupa sebagian kerja kita dan fisik kita ikut. Cobalah kita lihat bagaimana hidup ini ada saatnya diatas, di tengah, dibawah, berulang. Kita nikmati sebagai bagian episode hidup kita.
Tidak usah heran sekarang mudah, besok sulit. Adakalanya akal kita begitu sulit memecahkan, hati kita yang dominan. Keseimbangan inilah yang dibutuhkan, tindakan yang selalu proporsional dalam gerak gerik kita. Tawadlu adalah kunci sukses, jauh dari ketakaburan walaupun telapak kaki kita sama dengan kening kita.
7. Salam
Sholat ditutup dengan salam. Dengan salam kita memberikan jaminan pada orang-orang disekitar kita. Bahwa kita berharap keselamatan. Dan saya bukan biang kezaliman bagi siapapun dan saya tidak akan merugikan siapapun.
Artinya seorang yang sholatnya khusyu dia akan menjaga tindak tanduknya. Agar orang lain merasa aman tidak teraniaya, oleh apapun yang dia miliki, dia lakukan. Seorang yang benar-benar ahli sholat yang khusyu, akhlaknya akan bebas dari kezaliman terhadap siapa pun. Sholat yang khusyu adalah sholat yang sangatproduktif dengan kebaikan.
Orang yang khusyu dalam sholatnya, ibadah komunikasinya nikmat tentram ketika dalam sholat dan tentram pula dalam aktivitas sehari-hari. Karena ia sangat berprestasi, disiplin waktunya, manajemen waktu yang optimal, dengan niat yang selalu lurus dan bersih sehingga tidak goyah oleh imbalan pujian makhluk-makhluk pribadi yang selalu menjaga kebersihan lahir batin, hartanya juga.
Pribadi yang selalu tertib bersikap apapun teratur sehingga efektif dan efisien tindakannya.
Pribadi yang benar-benar tumaninah menjalankan setiap tugasnya hadir dengan kemantapan pribadi ketentraman jiwa, kesungguhan, keseriusan.
Pribadi yang benar-benar siap menyikapi setiap episode dengan baik dan penuh ketawadluan. Dan pribadi yang merupakan jaminan tidak akan memberikan kerugian, kezaliman bagi siapapun juga.
Mudah-mudahan dengan hikmah sholat seperti ini maka Allah menghimpun kesuksesan duniawi, harta, kedudukan, persahabatan yang merupakan bagian dari rasa aman yang Allah berikan kepada makhluknya.
Wallahu’alam
0 komentar:
Posting Komentar