Ini kisah nyata dan barangkali terdapat banyak kisah yang dialami oleh kalian yang membacanya.
Kisah sebuah cinta dengan kejujurannya... Yang dibangun oleh pasangan muda-mudi yang memutuskan untuk menikah dini. Diawali dari sebuah perjanjian yang dinamakan 'kejujuran' antar kedua pasangan tersebut. Prinsip untuk saling terbuka dan mempercayai sangat dianut kuat oleh pasangan ini.
Rawannya godaan yang dapat menerjang rumah tangga mereka memang patut diwaspadai sedemikian rupa. Sang istri yang sebelum menikah memang terlampau berwajah cantik dan berhati mulia, membuat para lelaki menaruh hati padanya dan berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta dari si wanita tersebut, namun hasilnya nihil karena cinta itu sudah ditambatkannya pada lelaki lain yang kini jadi suaminya. Dan sang suami yang sebelum menikahnya juga menjadi idola dari kaum hawa, karena ketampanannya, kebijakannya dalam bertindak dan ilmu agamanya yang cukup bagus membuat para wanita masih mengejar-ngejar dirinya sekalipun kini sudah menikah.
Ada sebuah kebiasaan yang sering dilakukan baik si istri atau si suami saat belum menikah antara lain adalah senang menanggapi komentar-komentar dari status situs jejaring sosial atau saling berkirim email terhadap teman-teman lamanya. Semuanya ditanggapi dengan tanpa basa-basi, karena bagi mereka mungkin saat itu masih 'single' jadi tak apa juga kalau masih dalam masa pencarian.
Kebiasaan itulah yang akhirnya masih dilakukan sampai sekarang; Sulit untuk tidak membalas komentar-komentar yang masuk dalam status di jejaring sosial atau ketika diajaknya chat melalui messenger ataupun berkirim email dengan teman lamanya.
Berubah, ya seharusnya mereka bisa sama-sama berubah, sebab kini sudah menikah dan tak ada lagi ruang buat lawan jenis yang lainnya mengisi dengan ungkapan-ungkapan lebay, alay yang akhirnya bikin malay ataupun komentar-komentar yang gak penting lainnya, sebab bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan seperti perselingkuhan?
Memang butuh waktu lama untuk bisa vakum dari situs jejaring sosial yang telah menghadiahkannya banyak teman pada masing-masing dari pasangan suami istri tersebut. Tapi ya seperti itulah pada akhirnya, perselisihan pun dimulai. Ada banyak keributan-keributan yang terjadi setiap malam...
"Bun, Ayah gak suka Bunda bales-bales komentar dari si *****, Bunda kan udah nikah sama Ayah, gak seharusnya menanggapi komentar dia di status Bunda itu!!""Komentar yang mana, Yah? Emang ada yang salah ya?"
"Ya ampun Bunda, ini lho..." Sambil menunjukkan bukti komentar sang istri di situs jejaring sosial yang bertuliskan, "Iya, makasih banyak ya atas kirimannya... Jadi terharu nih dikirimin itu :)"
Sang istri menjawab, "Ya ampun Ayah, itu kan teman lama Bunda. Jauh sebelum Bunda kenal Ayah, kan sudah mengenalnya duluan. Itu lho... Bunda cuma ngucapin terima kasih kok atas kirimannya kemarin, apa salah? Gak ada yang aneh khan?"
"Ihh Bunda, tetep Ayah gak suka! Boleh kalau jawab yang sewajarnya tapi gak usah pake emoticon senyum-senyum gitu deh ntar disangkanya Bunda ngasih harapan ke dia."
"Aduuhh Ayah, Bunda kan udah nikah sama Ayah... Masa' masih pindah ke lain hati juga? Ya gak mungkin lah!!!"
"Bunda! Mendingan gak usah dibuktikan dengan ucapan deh, tapi Bunda buktikan dengan perbuatan aja kalau Bunda gak akan macem-macem dengan laki-laki lain!"
"Iya, baiklah... Bunda janji akan mengurangi komentar-komentar gak jelas yang bisa bikin kita salah paham terus, Yah. Maafin Bunda ya belum bisa menjadi istri yang baik buat Ayah"
Malam itu ditutup dengan sebuah permintaan maaf dari sang istri terhadap suaminya... Sedangkan di lain waktu, terjadi lagi sebuah perselisihan antara keduanya.
"Bunda... Kok email ayah rasanya ada yang dihapus ya? Apa Bunda yang menghapus email-email Ayah?"
"Email yang mana, Yah? Coba dicek dulu... Salah lihat kali, Yah."
"Ahh, bener kok. Ini dah dicek berkali-kali gak ada juga, di recycle bin pun gak ada... Sedangkan yang tau password email ini khan cuma Ayah dan Bunda aja."
"Emang email yang tentang apa sih? Atau yang dari siapa?"
'Itu lho... inbox dari teman lamaku, ***** namanya."
"Ohh yang itu... Emang udah Bunda hapus, sengaja biar gak ada lagi kenangan serta riwayat temenan sama dia. Habisnya inget deh kata-katanya, meski cuma melalui tulisan tapi tetep aja Ayah bisa ngasih sebuah harapan juga ke dia. Apalagi dia belum nikah, model pula. Wah, Ayah beruntung banget kali ya kalau nikahnya sama dia. Huhh...!"
"Ya ampun Bunda... Ayah kan udah punya Bunda. Ngapain lagi nyari-nyari perempuan lain. Cukup satu istri di hati Ayah yaitu Bunda."
"Udahlah Yah.. Pokoknya Bunda gak suka ayah masih kirim email-emailan sama dia, nanyain kabar lah, gimana kerjaannya lah..... Meski Ayah ngakunya itu teman lama Ayah. Bunda tetep gak sukaaaaaa!! Awas aja kalau masih ada email dari dia, Bunda hapus bahkan Bunda bisa marah-marahin dia, ganggu suami orang!"
"Oke oke, Ayah minta maaf. Iya, Ayah ngaku salah... Maafin Ayah ya Bunda... Ayah gak akan mengulanginya lagi."
Berakhirlah pula malam itu dengan sebuah permintaan maaf lagi, kali ini dari sang suami pada istrinya... Begitulah riwayat pernikahan mereka. Hampir tiap malam meributkan kecemburuannya masing-masing mengenai hal sepele (menurut mereka) padahal berdampak besar bila tak dapat dikomunikasikan dengan baik.
***
Pesan moralnya dari si penulis: untuk sedari sekarang menjaga komentar-komentar atau tanggapan kita di situs jejaring sosial terutama dengan lawan jenis yang dapat membuahkan kebiasaan tidak baik yang terbawa terus terlebih ketika sudah menikah nanti. Ingatlah, komitmen yang sudah dibangun antara suami istri kelak. Jangan sampai hanya karena 'rasa tidak enak' tidak membalas komentar teman-teman kita membuat bahtera rumah tangga runtuh seketika akibat perbuatan ringan dan sepele namun berakibat sangat fatal. Pun juga bagi yang belum nikah untuk tidak mengumbar kata-kata ringan kekerabatan yang bisa mengandung kesalahpahaman dan seolah memberi harapan satu sama lain meski yang dimaksud sebenarnya tidak seperti itu.
Mengingat kembali surah An-Nur: 26,
'Hebat'kan dirimu agar siap menerima pasangan yg 'Hebat' pula. (Mario Teguh).
Ingatlah... cintanya laki-laki mungkin pada awalnya menderu-deru seperti mesin kendaraan yang masih baru, namun bisa luntur seketika dengan sebuah hal yang sepele. Sedangkan cinta seorang wanita itu mungkin seperti rambut, ia akan tumbuh sehelai demi sehelai bertahap dan konsisten tapi pun bisa luntur tatkala terus menerus disakiti.
Jadi... Tetap jagalah cinta kalian (bagi yang sudah bersuami istri) jangan hanya karena masalah sepele, rumah tangga kalian berada di ujung tanduk. Sedangkan bagi yang belum menikah, perbaikilah terus diri kalian dengan mengurangi kebiasaan buruk atau hal gak penting lainnya khususnya komentar-komentar di situs jejaring ini yang dapat menimbulkan kebiasaan tidak baik hingga kalian kelak akan mendapat pasangan yang terbaik pula.
0 komentar:
Posting Komentar