Kamis, 20 Oktober 2011

Di Balik Rok Mini (di mata lelaki)

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Sahabatku yang dirahmati Allah, tentu masih ingat jika beberapa waktu lalu ada berita heboh di televisi-televisi Indonsia, yang menyangkut tentang ROK MINI, nah, postingan kali ini akan membahas tentang hal tersebut.
Catatan ini di buat oleh sahabat/bapak/akhi Wahyu Aji (bingung mau nyebut gimana, heheehehe).
Meski agak telat mempostingnya, semoga tulisan ini bermanfaat untuk sahabat.
Ya menurut saya, Beginilah Cara Kasih Tau Wanita Tentang Rok Mini, 

^_^


Rok mini sedang "trending". 

Soal rok mini ini memang menggelitik. Saya sendiri di dalam dilema yang besar. Alasannya, pertama karena saya laki-laki. Kedua, karena saya belum pernah memakai rok mini. Sebagai orang berpendidikan, saya khawatir perspektif saya terhadap rok mini ini menjadi sangat subyektif, dipenuh asumsi, dan ngawur. 

Tapi sebenarnya saya selalu ingin mengajukan pertanyaan kepada setiap pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik demi mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar saya tidak salah sangka:

1. "Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh menikmati paha mbak?"
2. "Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya?"
3. "Atau tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh menikmati paha mbaknya biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama menikmati, agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat juga dilihati?" 

Pertanyaan ini sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk mengambil kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan sampai saat ini. Malu nanyanya. Dan saya memilih untuk menikmati rok mini tersebut dengan diam-diam, dengan "etika" yang saya karang sendiri agar tidak berdampak sosial yang buruk. 

Ada yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Saya kira setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan timbul pikiran bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha indah memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum. 

Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau ada yang bilang "Pikiran situ saja yang jorok", duh, ingin sekali saya jawab "Saya sudah susah payah membersihkan pikiran dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokkan paha .... memaksa untuk dilihat".

Soal hak, semua memang punya hak masing-masing. Selama masih berada di tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang lain.

Contohnya merokok. Saya yakin itu adalah hak. Tidak seorangpun kecuali keluarga dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok boleh melarang orang untuk merokok. Tetapi ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi tidak aman untuk orang lain. "Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak terhirup oleh saya".  Gimana kalau perokok menjawab, "Ya situ saja jangan hirup asap saya kalau memang tidak suka bau asap". Kira-kira Anda mau langsung mengajak adu hantam tidak?

Mamainkan musik adalah hak. Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjreng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan membuat tidur orang terganggu tidak? Gimana kalau ketika ditegur si penggitar menjawab "Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya kok ibu yang repot". Kira-kira si ibu akan melempar sandal atau tidak?  Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara, saya kira volume sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal tidak jadi masalah untuk orang lain. 

Sama jadinya dengan rok mini dan hot pant. Di rumah, rok mini akan menjadi sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar, tidak pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu banget :)  Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.

Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan ... duuuh biyung, please mbak, bu, kalau sekadar saya yang lihat dijamin akan aman. Karena nafsu dan pikiran saya akan saya manage sedemikian rupa sehingga akan hanya meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat?

Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit jiwanya. Dan kata orang tua, mencegah lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka tetap harus dilakukan karena bisa membahayakan orang lain, berapapun biaya material dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan mereka di penjara seumur hidup.

Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak mengguanakn rok mini di tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap menarik (tanpa menggoda) dan pantas. 

Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber penghasilan pengenanya. 

Mbak-mbak, ibu-ibu. Sebagai lelaki, saya selalu mengagumi perempuan. Dalam teori saya, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion. Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuh, sudah seperti keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka bicara, suka berdandan, suka "menunjukkan" keindahan dirinya. Itu memang kodratnya. 

Dan sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, suka berdandan, menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak. 

Sebagian yang lain, ekspresinya malah tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi. 

Maka, seperti Bang Napi bilang, kejahatan terjadi bisa bukan karena niat pelakunya, tetapi ketika ada kesempatan. 

Semoga kita semua aman dan selamat. Di manapun berada.


Cekidot, berikut tulisan aslinya bisa di lihat di link:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150307600472740

Jumat, 14 Oktober 2011

La Tahzan- Dr. Aidh Al-Qarni (Ya Allah!)

Ya Allah!
{Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.}
(QS. Ar-Rahman: 29) Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup
kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya Allah!"
Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru: "Ya Allah!"
Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"
Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"
Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru: "Ya Allah!"
Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus Anda pikul, menyerulah:"Ya Allah!"
Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam Kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah.
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan, julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arahNya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh. Karena,
{Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.} (QS. Asy-Syura: 19)


Allah: nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat berharga.
{Apakah kamu tahu ada seseorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?}
(QS. Maryam: 65) Allah: milik-Nya semua kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan, kemuliaan, kemampuan, dan hikmah. {Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.} (QS. Ghafir: 16)
Allah: dari-Nya semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan.
{Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lab. (datangnya).} (QS. An-Nahl: 53)
Allah: pemilik segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan keperkasaan.
Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf, Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah Engkau tetap Yang Maha Agung, sedang semua makna, akan lebur, mencair, di tengah keagungan-Mu, wahai Rabbku.
Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan itu awal kebahagian, dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram. Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan.
Wahai Rabb, anugerahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini rasa kantuk dari-Mu yang menentramkan. Tuangkan dalam jiwa yang bergolak ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata. Wahai Rabb, tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu. Bimbinglah sesatnya perjalanan ini ke arah jalan-Mu yang lurus. Dan tuntunlah orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayahMu.
Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah sinar kebenaran. Hempaskan semua tipu daya setan dengan bantuan bala tentara-Mu.
Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah kegundahan dari jiwa kami semua.
Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera. Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakal. Hanya kepada-Mu kami memohon, dan hanya dari-Mu lah semua pertolongan. Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami, karena Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan Penolong.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Adikku....:)

Adikku...
Bahagianya memilikimu.

Kini kau telah mandiri,
kini kau rajin berbakti..
bahkan kau tak lupa mengaji..

Bangganya padamu...
mengikuti jejak kakak-kakakmu..

Kau torehkan kebaikan disekitarmu,
kau tanamkan rasa ikhlas dalam membantu..
orang tua yang kita cintai selalu..

Kau telah tumbuh dewasa...
kelak kau kan gantikan posisiku disana..
di rumah yang kita tumbuh bersama..
dimana kita sering bercanda tawa.

Ahh, semoga itu masih bisa terasa..
suatu saat nanti saatku tak ada..

Teruslah ukir baktimu pada orang tua,
menjadi anak kebanggaannya...
yang tak putus dalam berdoa.

Semoga suatu saat tiba..
Kita kan bisa kumpul lagi bersama.
Jika tak lagi di dunia...
Semoga di jannahNya..

Adikku... aku mencintaimu.
Dengan kesederhanaan cintaku :)

Aurat is My Crown

























Jangan Dibaca! Tapi, Semoga Diperoleh Hikmah...

Ini kisah nyata dan barangkali terdapat banyak kisah yang dialami oleh kalian yang membacanya.


Kisah sebuah cinta dengan kejujurannya... Yang dibangun oleh pasangan muda-mudi yang memutuskan untuk menikah dini. Diawali dari sebuah perjanjian yang dinamakan 'kejujuran' antar kedua pasangan tersebut. Prinsip untuk saling terbuka dan mempercayai sangat dianut kuat oleh pasangan ini.
Rawannya godaan yang dapat menerjang rumah tangga mereka memang patut diwaspadai sedemikian rupa. Sang istri yang sebelum menikah memang terlampau berwajah cantik dan berhati mulia, membuat para lelaki menaruh hati padanya dan berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta dari si wanita tersebut, namun hasilnya nihil karena cinta itu sudah ditambatkannya pada lelaki lain yang kini jadi suaminya. Dan sang suami yang sebelum menikahnya juga menjadi idola dari kaum hawa, karena ketampanannya, kebijakannya dalam bertindak dan ilmu agamanya yang cukup bagus membuat para wanita masih mengejar-ngejar dirinya sekalipun kini sudah menikah.


Ada sebuah kebiasaan yang sering dilakukan baik si istri atau si suami saat belum menikah antara lain adalah senang menanggapi komentar-komentar dari status situs jejaring sosial atau saling berkirim email terhadap teman-teman lamanya. Semuanya ditanggapi dengan tanpa basa-basi, karena bagi mereka mungkin saat itu masih 'single' jadi tak apa juga kalau masih dalam masa pencarian.


Kebiasaan itulah yang akhirnya masih dilakukan sampai sekarang; Sulit untuk tidak membalas komentar-komentar yang masuk dalam status di jejaring sosial atau ketika diajaknya chat melalui messenger ataupun berkirim email dengan teman lamanya. 
Berubah, ya seharusnya mereka bisa sama-sama berubah, sebab kini sudah menikah dan tak ada lagi ruang buat lawan jenis yang lainnya mengisi dengan ungkapan-ungkapan lebay, alay yang akhirnya bikin malay ataupun komentar-komentar yang gak penting lainnya, sebab bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan seperti perselingkuhan?
Memang butuh waktu lama untuk bisa vakum dari situs jejaring sosial yang telah menghadiahkannya banyak teman pada masing-masing dari pasangan suami istri tersebut. Tapi ya seperti itulah pada akhirnya, perselisihan pun dimulai. Ada banyak keributan-keributan yang terjadi setiap malam...

"Bun, Ayah gak suka Bunda bales-bales komentar dari si *****, Bunda kan udah nikah sama Ayah, gak seharusnya menanggapi komentar dia di status Bunda itu!!"
"Komentar yang mana, Yah? Emang ada yang salah ya?"


"Ya ampun Bunda, ini lho..." Sambil menunjukkan bukti komentar sang istri di situs jejaring sosial yang bertuliskan, "Iya, makasih banyak ya atas kirimannya... Jadi terharu nih dikirimin itu :)"


Sang istri menjawab, "Ya ampun Ayah, itu kan teman lama Bunda. Jauh sebelum Bunda kenal Ayah, kan sudah mengenalnya duluan. Itu lho... Bunda cuma ngucapin terima kasih kok atas kirimannya kemarin, apa salah? Gak ada yang aneh khan?"


"Ihh Bunda, tetep Ayah gak suka! Boleh kalau jawab yang sewajarnya tapi gak usah pake emoticon senyum-senyum gitu deh ntar disangkanya Bunda ngasih harapan ke dia."


"Aduuhh Ayah, Bunda kan udah nikah sama Ayah... Masa' masih pindah ke lain hati juga? Ya gak mungkin lah!!!"


"Bunda! Mendingan gak usah dibuktikan dengan ucapan deh, tapi Bunda buktikan dengan perbuatan aja kalau Bunda gak akan macem-macem dengan laki-laki lain!"

"Iya, baiklah... Bunda janji akan mengurangi komentar-komentar gak jelas yang bisa bikin kita salah paham terus, Yah. Maafin Bunda ya belum bisa menjadi istri yang baik buat Ayah"


Malam itu ditutup dengan sebuah permintaan maaf dari sang istri terhadap suaminya... Sedangkan di lain waktu, terjadi lagi sebuah perselisihan antara keduanya.

"Bunda... Kok email ayah rasanya ada yang dihapus ya? Apa Bunda yang menghapus email-email Ayah?"


"Email yang mana, Yah? Coba dicek dulu... Salah lihat kali, Yah."


"Ahh, bener kok. Ini dah dicek berkali-kali gak ada juga, di recycle bin pun gak ada... Sedangkan yang tau password email ini khan cuma Ayah dan Bunda aja."


"Emang email yang tentang apa sih? Atau yang dari siapa?"
'Itu lho... inbox dari teman lamaku, ***** namanya." 


"Ohh yang itu... Emang udah Bunda hapus, sengaja biar gak ada lagi kenangan serta riwayat temenan sama dia. Habisnya inget deh kata-katanya, meski cuma melalui tulisan tapi tetep aja Ayah bisa ngasih sebuah harapan juga ke dia. Apalagi dia belum nikah, model pula. Wah, Ayah beruntung banget kali ya kalau nikahnya sama dia. Huhh...!"


"Ya ampun Bunda... Ayah kan udah punya Bunda. Ngapain lagi nyari-nyari perempuan lain. Cukup satu istri di hati Ayah yaitu Bunda."

"Udahlah Yah.. Pokoknya Bunda gak suka ayah masih kirim email-emailan sama dia, nanyain kabar lah, gimana kerjaannya lah..... Meski Ayah ngakunya itu teman lama Ayah. Bunda tetep gak sukaaaaaa!! Awas aja kalau masih ada email dari dia, Bunda hapus bahkan Bunda bisa marah-marahin dia, ganggu suami orang!"


"Oke oke, Ayah minta maaf. Iya, Ayah ngaku salah... Maafin Ayah ya Bunda... Ayah gak akan mengulanginya lagi."


Berakhirlah pula malam itu dengan sebuah permintaan maaf lagi, kali ini dari sang suami pada istrinya... Begitulah riwayat pernikahan mereka. Hampir tiap malam meributkan kecemburuannya masing-masing mengenai hal sepele (menurut mereka) padahal berdampak besar bila tak dapat dikomunikasikan dengan baik.

***
Pesan moralnya dari si penulis: untuk sedari sekarang menjaga komentar-komentar atau tanggapan kita di situs jejaring sosial terutama dengan lawan jenis yang dapat membuahkan kebiasaan tidak baik yang terbawa terus terlebih ketika sudah menikah nanti. Ingatlah, komitmen yang sudah dibangun antara suami istri kelak. Jangan sampai hanya karena 'rasa tidak enak' tidak membalas komentar teman-teman kita membuat bahtera rumah tangga runtuh seketika akibat perbuatan ringan dan sepele namun berakibat sangat fatal. Pun juga bagi yang belum nikah untuk tidak mengumbar kata-kata ringan kekerabatan yang bisa mengandung kesalahpahaman dan seolah memberi harapan satu sama lain meski yang dimaksud sebenarnya tidak seperti itu.


Mengingat kembali surah An-Nur: 26, "Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula)."

'Hebat'kan dirimu agar siap menerima pasangan yg 'Hebat' pula. (Mario Teguh). 

Ingatlah... cintanya laki-laki mungkin pada awalnya menderu-deru seperti mesin kendaraan yang masih baru, namun bisa luntur seketika dengan sebuah hal yang sepele. Sedangkan cinta seorang wanita itu mungkin seperti rambut, ia akan tumbuh sehelai demi sehelai bertahap dan konsisten tapi pun bisa luntur tatkala terus menerus disakiti.
Jadi... Tetap jagalah cinta kalian (bagi yang sudah bersuami istri) jangan hanya karena masalah sepele, rumah tangga kalian berada di ujung tanduk. Sedangkan bagi yang belum menikah, perbaikilah terus diri kalian dengan mengurangi kebiasaan buruk atau hal gak penting lainnya khususnya komentar-komentar di situs jejaring ini yang  dapat menimbulkan kebiasaan tidak baik hingga kalian kelak akan mendapat pasangan yang terbaik pula.