Jumat, 25 Maret 2011

Jalinan Ukhuwwah Tanpa Menggadaikan Akidah


Jalinan ukhuwwah (persaudaraan) antara sesama Muslim sangat berperan dalam membangun persatuan Islam. Sejak dini, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam telah memberikan perhatian terhadap masalah ini setibanya di kota Madinah. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam memaparkan sekian banyak hak yang harus ditunaikan seorang Muslim kepada saudaranya seiman. Saling menghormati, membantu yang papa, mengingatkan yang salah dengan bijaksana, memenuhi hak-hak persaudaraan, dan masih banyak konsekuensi ukhuwwah lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu secara rinci di sini. Dari sinilah kokohnya pertautan dan eratnya hubungan antara mereka terwujud.

Akan sangat indah bila di tengah kaum Muslimin terbentuk semangat îtsâr (lebih mengutamakan kepentingan orang lain) tanpa pamrih duniawi apapun saat meringankan beban orang yang kesulitan. Akan sangat indah jika setiap insan Muslim sangat akrab dengan sesama Muslim, kendatipun mereka tidak terkait sama sekali dengan hubungan darah, pekerjaan maupun perniagaan. Akan sangat indah sebuah masyarakat Muslim bila kesombongan, hasad dan kebencian sirna dari hati mereka dan tergantikan oleh saling mencintai dan menyayangi sesama serta menyukai apa yang disukai oleh orang lain.

Saat ini menjalin tali persaudaraan dengan sesama Muslim kerap didengungkan oleh banyak pihak, baik dari kalangan kepartaian, pergerakan atau organisasi sosial lain serta pihak-pihak yang sangat berkepentingan dengan merapatnya kaum Muslimin sebanyak-banyaknya di pihak mereka. Isu ukhuwwah Islamiyah pun digulirkan untuk berbagai kepentingan duniawi. Ujung-ujungnya (dalam konteks kepartaian misalnya) adalah agar jumlah simpatisan bertambah banyak dan perolehan suara pun kian menggelembung. Otomatis kursi di dewan perwakilan akan bertambah.

Manakala sasarannya duniawi, aturan-aturan syar’i pun kurang diperhatikan. Siapapun boleh bergabung dan berlabuh, demi peningkatan jumlah suara. Termasuk orang yang berakidah menyimpang dengan mengatakan Allâh Ta'âla dimana-mana, atau orang yang suka meminta-minta kepada orang yang telah mati, orang fasik dengan kemaksiatannya, selebritis, pelaku bid’ah yang secara implisit telah menganggap Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam belum menyampaikan tugas dengan sempurna. Kepada mereka semua dibukakan pintu lebar-lebar, bahkan juga kepada orang kafir yang jelas-jelas ingkar kepada Allâh Ta'âla dan syariat-Nya. Wallâhul Musta’ân.

Itulah gambaran pembentukan ukhuwwah Islamiyyah yang carut marut atas dasar hawa nafsu. Dapat diyakini, mereka tidak akan mengharapkan persaudaraan dari orang yang telah menuduh ibunya dengan perbuatan-perbuatan yang tak senonoh. Sementara orang yang tidak menghormati Allâh Ta'âla dan Rasul-Nya malah diterima.

Bergaul dengan siapa saja boleh, akan tetapi bagi yang masih lemah iman dan dangkal keyakinan tidak boleh akrab dengan orang-orang yang justru akan membahayakan keyakinannya. Menjalin ukhuwwah dengan siapa saja silahkan, namun tidak dengan menggadaikan aturan Islam. Apalagi bila motivasinya sekedar mencari kawan semata, bukan dalam rangka mendakwahinya atau menegakkan amar ma’rûf nahi munkar.

Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam telah menceritakan betapa ukhuwwah yang berlandaskan cinta dan benci karena Allâh Ta'âla, tanpa pamrih duniawi apapun akan menghasilkan kecintaan Allâh Ta'âla bagi seorang Muslim. Dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:

hadits
hadits
hadits
hadits
hadits
Ada seorang lelaki mengunjungi kawannya di kampung lain.
Kemudian Allâh Ta'âla mengutus malaikat untuk mengintai perjalanannya.
Malaikat itu mendatanginya lalu berkata: “Kemana engkau akan pergi”?
Ia menjawab: “Saya ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini.”
Sang malaikat bertanya:
“Apakah ada tanggungan yang mesti engkau bayarkan kepadanya?”
Ia menjawab:
“Tidak. Saya mengunjungi tiada lain karena aku mencintainya karena Allah Ta'âla”.
Sang malaikat kemudian mengatakan:
“Sesungguhnya aku ini utusan Allâh Ta'âla,
ingin mengabarkan bahwa Allâh Ta'âla telah mencintaimu
sebagaimana engkau mencintai orang itu karena-Nya.”
(HR. Muslim no. 4656)

Semoga Allâh Ta'âla memudahkan jalan bagi kaum Muslimin menuju persatuan dan persaudaraan di dalam cinta-Nya.

Jangan Salahkan Anak, Apabila Tidak Salih...

Wahai orang yang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari api neraka. (QS.At Thamrin:6)

Anak adalah investasi orang tua dunia akhirat. Kenali kesalahan-kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang berakibat fatal terhadap perkembangan anak.

Pertama, Menumbuhkan Rasa Takut dan Minder.

Agar anak berhenti menangis atau tidak rewel, kita sering menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara-suara yang menakutkan dan lain-lain. Dampaknya anak akan tumbuh menjadi anak yang penakut, tidak percaya diri dan tidak mandiri.
Akhirnya kemana-mana maunya bersama orang tua. Ke kamar mandi, ke sekolah, mau tidur, dan lain-lain minta ditemenin orang tua, aktivtas yang semestinya bisa mereka kerjakan sendiri.

Kedua, Membiasakan Anak Bergaya Hidup Mewah.

Kebiasaan ini membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang hedonis dan asosial. Di sekeliling kita sekarang banyak anak-anak yang kemana-mana dengan BlackBerry-nya. Anak dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang akhirnya mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak punya daya juang, mereka hanya berharap terhadap fasilitas yang diberikan orang tuanya. Mereka tidak diajari bagaimana mencapai sesuatu yang diinginkannya dengan sebuah perjuangan.

Ketiga, Selalu Berkata 'Ya' Untuk Permintaan Anak.

Dengan alasan untuk mengatasi kerewelan anak, merasa kasihan atau karena merasa selalu sanggup memenuhi permintaannya. Sikap ini salah satu kesalahan fatal orang tua dalam pola pengasuhan anak.
Anak yang selalu ditenangkan dengan pemenuhan kemauannya akhirnya akan menjadikan tangisan dan amukan sebagai senjata ampuh untuk menaklukan orang tua. Dan kalau orang tua terus memenuhinya, bersiap-siaplah anak anda akan menjadi anak yang lemah, cengeng, dan tidak punya jati diri.

Keempat, Lebih Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya.

Banyak orang tua mengira, mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dengan memenuhi hajat hidup dunianya. Mereka lupa bahwa anak-anak juga perlu nutrisi untuk bathinnya.
Mereka baru sadar ketka si anak punya orang tua tandingan, yakni : televisi, babysitter, anak-anak jalanan, dan lain-lain. Mereka baru sadar ketika si anak lebih nurut dan patuh kepada babysitternya daripada kepada orang tuanya sendiri. Disela-sela kesibukan, luangkanlah waktu untuk mereka. Inputkan data-data positif buat mereka.

Kelima, Sekolah.

Berdalih fasilitas dan kualitas pengajaran yang bagus. Meskipun mahal, banyak orang tua muslim yang menyerahkan anak-anaknya kepada sekolah-sekolah asing bahkan sekolah-sekolah misionaris. Tidak dapat dipungkiri mereka akan tumbuh  dan berkembang atas dasar kesesatan. Apa yang diharapkan lagi kalau sudah demikian ?

Pilihan ada di tangan abi dan ummi, ayo berikan yang terbaik buat anak-anak kita. Karena suatu saat kelak, kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah atas apa yang telah diamanatkan Allah kepada kta sebagai orang tua.
Wallahu'alam bissawab.

Tetap Bugar di Segala Usia

Tubuh bugar bukan hadiah undian. Kebugaran harus dilatih agar dapat menikmati usia matang dengan bahagia. Usia 20 tahunan adalah usia ideal untuk memulai hidup sehat dan bugar.

Sayangnya, karena metabolisme tubuh sedang dalam masa puncak, orang sering abai. Dan ketika usia memasuki kepala tiga, pada saat itu waktu dan konsentrasi tercurah untuk karier dan keluarga. Muncul lagi alasan untuk tidak menjaga kebugaran tubuh. Baru ketika meniup lilin ke-40, metabolisme tubuh yang lebih lambat dan kondisi tubuh yang mulai tidak fit, orang sadar bahwa tubuh perlu dirawat dengan benar.

Olahraga menjadi aktivitas baru yang ternyata menyenangkan. Sayangnya kadang-kadang kondisi tubuh tidak sejalan dengan niat baik itu. Selesai berolahraga tubuh rasanya lemas, napas pun ngos-ngosan, bukannya bugar tubuh malah menagih waktu istirahat lebih lama. Jangan-jangan konsumsi makanannya keliru.

Kerri-Ann, pakar diet, mengatakan bahwa makanan dikonsumsi mempunyai manfaat ekstra selain mengisi simpanan energi dan cairan yang hilang selama berolahraga. Beberapa jenis makanan juga bisa membantu mendongkrak tenaga, menambah daya tahan, dan memulihkan diri dengan baik. Diantaranya apel, susu rendah lemak, yogurt, dan madu.

Apel sumber antioksidan yang disebut quercetin yang meningkatkan ketersediaan oksigen di dalam paru-paru. Bila dikonsumsi dalam bentuk suplemen, quercetin membantu orang untuk bersepeda lebih lama. Susu mengandung karbohidrat dan protein, untuk mengembalikan energi yang terkuras. Yogurt dapat menjadi pilihan mereka yang tidak suka susu karena bakteri hidup yang ada dalam yogurt meningkatkan bakteri baik di dalam pencernaan. Pilihan asupan sehat lainnya adalah madu yang kaya fruktosa, glukosa, antioksidan, dan vitamin.

Untuk menjaga stamina dari jam ke jam, diperlukan energi ekstra. Segenggam kecil kacang-kacangan rebus (ingat, bukan yang digoreng) sangat baik untuk dikonsumsi tiap jam untuk menjaga stamina. Ketika keringat bercucuran saat berolahraga, pastikan tubuh mendapat pengganti segera. Teguk air putih untuk menjaga tubuh dari dehidrasi yang membuat lemas.

Meski energi terkuras, sebaiknya menahan diri untuk 'balas dendam' menghabiskan sepiring nasi padang. Dianjurkan untuk makan siang dengan roti gandum, sayuran, dan jus. Lidah tidak terbiasa? Sesekali boleh kok memberi hadiah untuk disiplin dan hidup sehat itu dengan es krim ukuran kecil.

Kamis, 24 Maret 2011

Poligami, Wahyu Ilahi Yang Ditolak


Para pembaca yang semoga dirahmati Allah. Suatu hal yang patut disayangkan pada saat ini. Wahyu yang sudah semestinya hamba tunduk untuk mengikutinya, malah ditolak begitu saja. Padahal wahyu adalah ruh, cahaya, dan penopang kehidupan alam semesta. Apa yang terjadi jika wahyu ilahi ini ditolak?!

Wahyu Adalah Ruh

Allah Ta’ala menyebut wahyu-Nya dengan ruh. Apabila ruh tersebut hilang, maka kehidupan juga akan hilang. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu nur (cahaya), yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy Syuro: 52).
Dalam ayat ini disebutkan kata ‘ruh dan nur’. Di mana ruh adalah kehidupan dan nur adalah cahaya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah)

Kebahagiaan Hanya Akan Diraih Dengan Mengikuti Wahyu

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan: “Kebutuhan hamba terhadap risalah (wahyu) lebih besar daripada kebutuhan pasien kepada dokter. Apabila suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan kecuali dengan dokter tersebut ditangguhkan, tentu seorang pasien bisa kehilangan jiwanya. Adapun jika seorang hamba tidak memperoleh cahaya dan pelita wahyu, maka hatinya pasti akan mati dan kehidupannya tidak akan kembali selamanya. Atau dia akan mendapatkan penderitaan yang penuh dengan kesengsaraan dan tidak merasakan kebahagiaan selamanya. Maka tidak ada keberuntungan kecuali dengan mengikuti Rasul (wahyu yang beliau bawa dari Al Qur’an dan As Sunnah, pent). Allah menegaskan hanya orang yang mengikuti Rasul -yaitu orang mu’min dan orang yang menolongnya- yang akan mendapatkan keberuntungan, sebagaimana firman-Nya yang artinya:

”Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al A’raaf: 157) (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah)

Poligami, Wahyu Ilahi yang Ditolak

Saat ini, poligami telah menjadi perdebatan yang sangat sengit di tengah kaum muslimin dan sampai terjadi penolakan terhadap hukum poligami itu sendiri. Dan yang menolaknya bukanlah tokoh yang tidak mengerti agama, bahkan mereka adalah tokoh-tokoh yang dikatakan sebagai cendekiawan muslim. Lalu bagaimana sebenarnya hukum poligami itu sendiri [?!] Marilah kita kembalikan perselisihan ini kepada Al Qur’an dan As Sunnah.

Allah Ta’ala telah menyebutkan hukum poligami ini melalui wahyu-Nya yang suci, yang patut setiap orang yang mengaku muslim tunduk pada wahyu tersebut. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An Nisa’: 3).

Poligami juga tersirat dari perkataan Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, beliau berkata: ”Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggilir istri-istrinya dalam satu malam, dan ketika itu beliau memiliki sembilan isteri.” (HR. Bukhari). Ibnu Katsir -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, “Nikahilah wanita yang kalian suka selain wanita yang yatim tersebut. Jika kalian ingin, maka nikahilah dua, atau tiga atau jika kalian ingin lagi boleh menikahi empat wanita.” (Shohih Tafsir Ibnu Katsir). Syaikh Nashir As Sa’di -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, “Poligami ini dibolehkan karena terkadang seorang pria kebutuhan biologisnya belum terpenuhi bila dengan hanya satu istri (karena seringnya istri berhalangan melayani suaminya seperti tatkala haidh, pent). Maka Allah membolehkan untuk memiliki lebih dari satu istri dan dibatasi dengan empat istri. Dibatasi demikian karena biasanya setiap orang sudah merasa cukup dengan empat istri, dan jarang sekali yang belum merasa puas dengan yang demikian. Dan poligami ini diperbolehkan baginya jika dia yakin tidak berbuat aniaya dan kezaliman (dalam hal pembagian giliran dan nafkah, pen) serta yakin dapat menunaikan hak-hak istri. (Taisirul Karimir Rohman fi Tafsir Kalamil Mannan)

Imam Syafi’i mengatakan bahwa tidak boleh memperistri lebih dari empat wanita sekaligus merupakan ijma’ (konsensus) para ulama, dan yang menyelisihinya adalah sekelompok orang Syi’ah. Memiliki istri lebih dari empat hanya merupakan kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Shohih Tafsir Ibnu Katsir). Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i ketika ditanya mengenai hukum berpoligami, apakah dianjurkan atau tidak? Beliau menjawab: “Tidak disunnahkan, tetapi hanya dibolehkan.” (Lihat ‘Inilah Hakmu Wahai Muslimah’, hal 123, Media Hidayah). Maka dari penjelasan ini, jelaslah bahwa poligami memiliki ketetapan hukum dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang seharusnya setiap orang tunduk pada wahyu tersebut.

Tidak Mau Poligami, Janganlah Menolak Wahyu Ilahi

Jadi sebenarnya poligami sifatnya tidaklah memaksa. Kalau pun seorang wanita tidak mau di madu atau seorang lelaki tidak mau berpoligami tidak ada masalah. Dan hal ini tidak perlu diikuti dengan menolak hukum poligami (menggugat hukum poligami). Seakan-akan ingin menjadi pahlawan bagi wanita, kemudian mati-matian untuk menolak konsep poligami. Di antara mereka mengatakan bahwa poligami adalah sumber kesengsaraan dan kehinaan wanita. Poligami juga dianggap sebagai biang keladi rumah tangga yang berantakan. Dan berbagai alasan lainnya yang muncul di tengah masyarakat saat ini sehingga dianggap cukup jadi alasan agar poligami di negeri ini dilarang.

Hikmah Wahyu Ilahi

Setiap wahyu yang diturunkan oleh pembuat syariat pasti memiliki hikmah dan manfaat yang besar. Begitu juga dibolehkannya poligami oleh Allah, pasti memiliki hikmah dan manfaat yang besar baik bagi individu, masyarakat dan umat Islam. Di antaranya:
(1) Dengan banyak istri akan memperbanyak jumlah kaum muslimin.
(2) Bagi laki-laki, manfaat yang ada pada dirinya bisa dioptimalkan untuk memperbanyak umat ini, dan tidak mungkin optimalisasi ini terlaksana jika hanya memiliki satu istri saja.
(3) Untuk kebaikan wanita, karena sebagian wanita terhalang untuk menikah dan jumlah laki-laki itu lebih sedikit dibanding wanita, sehingga akan banyak wanita yang tidak mendapatkan suami.
(4) Dapat mengangkat kemuliaan wanita yang suaminya meninggal atau menceraikannya, dengan menikah lagi ada yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan dia dan anak-anaknya. (Lihat penjelasan ini di Majalah As Sunnah, edisi 12/X/1428)

Menepis Kekeliruan Pandangan Terhadap Poligami

Saat ini terdapat berbagai macam penolakan terhadap hukum Allah yang satu ini, dikomandoi oleh tokoh-tokoh Islam itu sendiri. Di antara pernyataan penolak wahyu tersebut adalah \: “Tidak mungkin para suami mampu berbuat adil di antara para isteri tatkala berpoligami, dengan dalih firman Allah yang artinya:

”Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” (An Nisaa’: 3).
Dan firman Allah yang artinya:
”Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian.” (QS. An Nisaa’: 129).”

Sanggahan: Yang dimaksud dengan “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil” dalam ayat di atas adalah kamu sekali-kali tidak dapat berlaku adil dalam rasa cinta, kecondongan hati dan berhubungan intim. Karena kaum muslimin telah sepakat, bahwa menyamakan yang demikian kepada para istri sangatlah tidak mungkin dan ini di luar kemampuan manusia, kecuali jika Allah menghendakinya. Dan telah diketahui bersama bahwa Ibunda kita, Aisyah radhiyallahu ‘anha lebih dicintai Rasulullah daripada istri beliau yang lain. Adapun hal-hal yang bersifat lahiriah seperti tempat tinggal, uang belanja dan waktu bermalam, maka wajib bagi seorang suami yang mempunyai istri lebih dari satu untuk berbuat adil. Hal ini sebagaimana pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, dan Ibnu Hajar.

Ada juga di antara tokoh tersebut yang menyatakan bahwa poligami akan mengancam mahligai rumah tangga (sering timbul percekcokan). Sanggahan: Perselisihan yang muncul di antara para istri merupakan sesuatu yang wajar, karena rasa cemburu adalah tabiat mereka. Untuk mengatasi hal ini, tergantung dari para suami untuk mengatur urusan rumah tangganya, keadilan terhadap istri-istrinya, dan rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga, juga tawakkal kepada Allah. Dan kenyataannya dalam kehidupan rumah tangga dengan satu istri (monogami) juga sering terjadi pertengkaran/percekcokan dan bahkan lebih. Jadi, ini bukanlah alasan untuk menolak poligami. (Silakan lihat Majalah As Sunnah edisi 12/X/1428)

Apa yang Terjadi Jika Wahyu Ilahi Ditolak ?

Kaum muslimin –yang semoga dirahmati Allah-. Renungkanlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berikut ini, apa yang terjadi jika wahyu ilahi yang suci itu ditentang.

Allah telah banyak mengisahkan di dalam al-Qur’an kepada kita tentang umat-umat yang mendustakan para rasul. Mereka ditimpa berbagai macam bencana dan masih nampak bekas-bekas dari negeri-negeri mereka sebagai pelajaran bagi umat-umat sesudahnya. Mereka di rubah bentuknya menjadi kera dan babi disebabkan menyelisihi rasul mereka. Ada juga yang terbenam dalam tanah, dihujani batu dari langit, ditenggelamkan di laut, ditimpa petir dan disiksa dengan berbagai siksaan lainnya. Semua ini disebabkan karena mereka menyelisihi para rasul, menentang wahyu yang mereka bawa, dan mengambil penolong-penolong selain Allah.

Allah menyebutkan seperti ini dalam surat Asy Syu’ara mulai dari kisah Musa, Ibrahim, Nuh, kaum ‘Aad, Tsamud, Luth, dan Syu’aib. Allah menyebut pada setiap Nabi tentang kebinasaan orang yang menyelisihi mereka dan keselamatan bagi para rasul dan pengikut mereka. Kemudian Allah menutup kisah tersebut dengan firman-Nya yang artinya:

”Maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata, dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy Syu’ara: 158-159).
Allah mengakhiri kisah tersebut dengan dua asma’ (nama) -Nya yang agung dan dari kedua nama itu akan menunjukkan sifat-Nya. Kedua nama tersebut adalah Al ‘Aziz dan Ar Rohim (Maha Perkasa dan Maha Penyayang). Yaitu Allah akan membinasakan musuh-Nya dengan ‘izzah/keperkasaan-Nya. Dan Allah akan menyelamatkan rasul dan pengikutnya dengan rahmat/kasih sayang-Nya. (Diringkas dari Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah)

Bebaskan Rumah Muslim Dari Asap Rokok (2)


TERAPI MELEPASKAN DIRI DARI ROKOK
Dalam kitab Min Adhrari-Muskirati wal Mukhaddirat, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, memberikan kiat bagi para pecandu rokok, agar terlepas dari kebiasaan buruk ini. [14]

Syaikh memberikan terapi.

[1]. Ketahuilah berdasarkan konsesus para dokter, merokok merupakan salah satu cara penganiayaan anda kepada tubuh anda yang indah.

[2]. Kenalilah bahaya-bahaya merokok ditinjau dari kesehatan, sosial dan ekonomi, dan sadarilah, Mulailah memikirkan untuk meninggalkannya, dan bulatkan tekad disertai tawakal kepada Allah.

[3]. Buatlah satu daftar harian tentang keburukan-keburukan rokok terhadap diri anda dan kawan-kawan anda.

[4]. Jauhilah sebisa mungkin bergaul dengan para perokok dan dari bau rokok. Usahakan hidup dalam suasana udara yang segar dan sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.

[5]. Gunakan siwak atau benda untuk menggosok gigi, atau dengan lainnya, jika anda merasakan keinginan kepada rokok.

[6]. Konsumsilah segelas juice lemon, anggur dan jeruk. Karena bisa mengeliminasi hasrat merokok.

[7]. Merokok juga merupakan kebiasaan yang bisa berubah. Artinya, meninggalkan rokok bukan perkara mustahil.

[8]. Bila anda ingin membeli atau mengkonsumsinya, pikirkanlah, apakah ia halal ataukah haram? Apakah bermanfaat ataukah mengandung bahaya? Apakah termasuk barang yang baik ataukah keji? Maka anda akan menjumpai jawaban, bahwa rokok itu haram, berbahaya dan barang yang keji.

[9]. Kalau anda ragu-ragu untuk meninggalkan rokok, sungguh telah banyak orang yang telah berhasil memutuskan untuk tidak merokok. Artinya, putus hubungan dengan rokok bukan kejadian mustahil.

[10]. Anda harus menyadari bahwa rokok sulit untuk dikatakan bukan barang haram, karena melihat dampak buruknya bagi perokok aktif maupun pasif.

[11]. Memohon pertolongan kepada Allah agar memudahkan bebas dari jeratan rokok

ENGKAU TELAH MENYAKITI KAMI DENGAN ASAP ROKOK
Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman mengatakan, bahwa kebiasaan merokok termasuk dapat merusak kehormatan, dikarenakan hukumnya haram. Binatang-binatang pun tidak menyukainya. Bau busuknya telah mengganggu banyak manusia, dan malaikat terganggu dengan sesuatu yang mengganggu manusia. Terlebih lagi jika memperhatikan bahaya-bahaya yang tidak terhitung jumlahnya. Rokok tidak dikonsumsi, kecuali memperlihatkan gambaran yang buruk menurut pandangan para ulama (rabbani). Akan tetapi, orang-orang kebanyakan begitu terjerat olehnya. Sampai ada yang berbuka puasa dengan menghisap rokok terlebih dahulu, atau untuk memulai makan atau minum. La haula wala quwwata illa billah. [15]

Sehingga, bila masih saja ada seseorang yang membela diri dengan tetap berbuat buruk, misalnya merokok, itu menandakan pada orang tersebut ada sesuatu yang rusak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “ Seseorang yang sudah rusak jiwanya, atau keseimbangan dirinya, ia akan menyukai dan menikmati perkara-perkara yang membahayakan dirinya. Bahkan ia begitu merindukannya sampai merusak akal, agama, akhlak, jasmani dan hartanya”[16]

Kesimpulan yang bisa didapatkan berdasarkan kaidah-kaidah universal yang menjadi spirit agama Islam, disertai beberapa keterangan ulama rabbani, maka kita mengetahui, rokok bukan termasuk barang-barang yang pantas dinikmati oleh seorang muslim. Ini mengingat, besarnya bahaya yang timbul dari rokok. Apalagi bila disulut oleh sekian banyak orang secara rutin, maka semakin meyakinkan bahwa tidak ada pilihan lain. Jika rokok harus ditinggalkan. Gangguan kesehatan pada perokok aktif dan pasif, gangguan sosial dan ekonomi sudah tidak terelakkan, dan semakin menguatkan pandangan, bila rokok hanya akan membuat hidup lebih redup. Sehingga bila masih diperdebatkan boleh atau tidak untuk mengkonsumsinya, akan memporak-porandakan kaidah umum yang melekat pada syari’at Islam, yang menjungjung tinggi dalam melindungi jiwa, harta, keturunan dan kemaslahatan umum.

Rumah yang baik adalah rumah yang tidak terdapat korek penyulut rokok ataupun asbak. Baik barang itu berasal dari yang promosi gratisan atau lainnya. Sepertinya perlu menempelkan peringatan tentang larangan merokok di rumah masing-masing, sebagai sarana untuk mengingatkan orang-orang yang hendak merokok dengan cara yang baik, sehingga mengurungkannya.