Semakin hari, jumlah anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan semakin meningkat saja. Meski terlihat lucu dan menggemaskan, anak yang terlalu gemuk berpotensi besar untuk mengalami kelebihan berat badan saat ia besar nanti.
Beberapa penelitian pun mengindikasikan bila anak mengalami kegemukan sebelum mencapai usia 8 tahun, ia memiliki kemungkinan besar mengalammi obesitas saat dewasa. Tak hanya itu, anak yang indeks massa tubuhnya tergolong besar juga berisiko terkena diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung.
Maka itu, untuk menghindarkan si buah hati dari berbagai bahaya tersebut, mengapa kita tak mencegahnya sedari awal.
1. Sejak kehamilanTelah banyak bukti adanya kaitan antara berat badan ibu saat hamil, berat badan bayi saat lahir, dan berat badan anak saat usia balita. Diduga kuat, hal itu terhubung melalui perubahan kimia ke otak dan metabolisme. Ibu yang mengalami penambahan berat badan yang berlebihan saat hamil bisa menyebabkan sang bayi turut mengalami kelebihan berat badan. Makanan yang dikonsumsi ketika hamil juga memengaruhi selera makanan bayi. Maka itu, jangan hanya memilih beberapa jenis makanan standar.
2. Usahakan menyusuiBanyak sekali bukti ilmiah yang menunjukkan betapa besar manfaat menyusui, baik bagi ibu maupun bayi. Salah satunya mampu menurunkan risiko kegemukan. Grafik pertumbuhan bayi yang menerima ASI pun berbeda dengan penambahan berat badan lebih cepat ketimbang bayi yang minum susu formula mulai sekitar 3 hingga 6 bulan. Maka itu, bila Anda memang memutuskan untuk memberikan susu formula, coba beri dalam takaran yang lebih sedikit dan diberikan secara bertahap bukan dalam satu botol besar sekaligus.
3. Mulai dengan sayuranBanyak ibu yang berpersepsi bahwa sereal adalah cara membiasakan bayi untuk makan makanan berkarbohidrat. Namun, ada baiknya Anda memulai makanan untuk bayi dengan sayuran kukus atau bubur beras merah. Bayi mendapatkan hampir semua nutrisi yang dibutuhkan melalui ASI atau susu formula di tahun pertama kehidupannya. Maka itu, tidak perlu membebankan kalori dan makanan padat pada bayi. Pertimbangkan untuk meningkatkan menu makan bayi setelah ia berusia 9 bulan
Beberapa penelitian pun mengindikasikan bila anak mengalami kegemukan sebelum mencapai usia 8 tahun, ia memiliki kemungkinan besar mengalammi obesitas saat dewasa. Tak hanya itu, anak yang indeks massa tubuhnya tergolong besar juga berisiko terkena diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung.
Maka itu, untuk menghindarkan si buah hati dari berbagai bahaya tersebut, mengapa kita tak mencegahnya sedari awal.
1. Sejak kehamilanTelah banyak bukti adanya kaitan antara berat badan ibu saat hamil, berat badan bayi saat lahir, dan berat badan anak saat usia balita. Diduga kuat, hal itu terhubung melalui perubahan kimia ke otak dan metabolisme. Ibu yang mengalami penambahan berat badan yang berlebihan saat hamil bisa menyebabkan sang bayi turut mengalami kelebihan berat badan. Makanan yang dikonsumsi ketika hamil juga memengaruhi selera makanan bayi. Maka itu, jangan hanya memilih beberapa jenis makanan standar.
2. Usahakan menyusuiBanyak sekali bukti ilmiah yang menunjukkan betapa besar manfaat menyusui, baik bagi ibu maupun bayi. Salah satunya mampu menurunkan risiko kegemukan. Grafik pertumbuhan bayi yang menerima ASI pun berbeda dengan penambahan berat badan lebih cepat ketimbang bayi yang minum susu formula mulai sekitar 3 hingga 6 bulan. Maka itu, bila Anda memang memutuskan untuk memberikan susu formula, coba beri dalam takaran yang lebih sedikit dan diberikan secara bertahap bukan dalam satu botol besar sekaligus.
3. Mulai dengan sayuranBanyak ibu yang berpersepsi bahwa sereal adalah cara membiasakan bayi untuk makan makanan berkarbohidrat. Namun, ada baiknya Anda memulai makanan untuk bayi dengan sayuran kukus atau bubur beras merah. Bayi mendapatkan hampir semua nutrisi yang dibutuhkan melalui ASI atau susu formula di tahun pertama kehidupannya. Maka itu, tidak perlu membebankan kalori dan makanan padat pada bayi. Pertimbangkan untuk meningkatkan menu makan bayi setelah ia berusia 9 bulan
0 komentar:
Posting Komentar