Segalah puji hanyalah milik Allah yang telah mendorong hamba-hamba-Nya agar berderma dan berinfak. Yang telah menjamin bagi mereka segala kebutuhan mereka berupa harta dan rezeki.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada hamba yang kedermawanan dan kebaikannya terpancar ke segala penjuru alam, demikian pula atas keluarga, shahabat dan orang yang mengikuti beliau dengan baik sampai hari pertemuan kelak.
Saudaraku seislam, telah shahih dari Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda:
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتىَّ يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَ أَبْلاَهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ؟ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَ عَلِمَ
“Tidak akan bergeser tapak kaki seorang bani Adam pada hari kiamat nanti hingga ditanya tentang lima perkara: Tentang umurnya untuk apa ia habiskan. Tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan. Tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan. Dan tentang apa yang telah ia amalkan dari ilmunya.” (HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).
Sudahkah kita menghisab diri kita -wahai saudaraku seislam- tentang harta kita? Darimanakah kita memperolehnya? Kemanakah telah kita belanjakan? Apakah kita memperolehnya dengan cara yang halal dan kita belanjakan pada perkara yang halal pula? Ataukah kita memperolehnya dengan cara yang haram dan kita belanjakan kepada perkara yang haram?
Ketahuilah wahai saudaraku seislam, sesungguhnya harta bisa menjadi sebab yang mengantarkan kita ke surga dan bisa juga menjadi sebab yang mengantarkan diri kita ke neraka. Barangsiapa menggunakan hartanya untuk mentaati Allah dan membelanjakannya kepada jalan-jalan kebaikan maka harta itu menjadi sebab yang mengantarkan kita kepada ridha Allah dan kemenangan berupa surga. Dan barangsiapa menggunakan hartanya untuk mendurhakai Allah, membelanjakannya untuk mengejar syahwat yang diharamkan dan melalaikannya dari ketaatan kepada Allah, maka harta itu menjadi sebab turunnya kemarahan Allah atasnya dan ia berhak mendapat siksa yang pedih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,” (QS. At-Taubah: 34).
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan bahwa siapa saja yang menginfakkan hartanya untuk menghalangi manusia dari jalan Allah niscaya ia akan mendapat kehinaan dan penyesalan pada hari Kiamat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan.” (QS. Al-Anfal: 36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah menjelaskan tentang golongan pertama, yaitu orang-orang yang menggunakan hartanya untuk mentaati Allah dan membelanjakannya untuk perkara-perkara yang diridhai-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang sedang berlindung di bawah naungan Ka’bah. Beliau bersabda, ‘Merekalah orang-orang yang paling merugi, demi Rabb Pemilik Ka’bah’. Beliau mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar berkata, “Akupun menjadi sedih, aku menarik nafas lalu berkata, ‘Ini merupakan peristiwa yang buruk pada diriku. Aku bertanya, Siapakah mereka? Ayah dan ibuku menjadi tebusannya?’” Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab:
الأَكْثَرُوْنَ أَمْوَالاً، إِلاَّ مَنْ قَالَ فِي عِبَادِ اللهِ هَكَذَا وَهَكَذَا وَقَلِيْلٌ مَا هُمْ مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُوْتُ فَيَتْرُكُ غَنَمًا اَوْ إِبِلاً أَوْ بَقَرًا لاَ يُؤَدِّي زَكَاتَهَا إِلاَّ جَاءَتْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْظَمُ مَا تَكُوْنُ وَأَسْمَنُ حَتَّى تَطَأَهُ بِأَظْلاَفِهَا، وَتَنْطِحُهُ بِقُرُوْنِهَا، حَتَّى يَقْضِيَ اللهُ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ تَعُوْدُ أُوْلاَهَا عَلىَ أُخْرَاهَا
“Orang-orang yang banyak hartanya! Kecuali yang menyedekahkannya kepada hamba-hamba Allah begini dan begini. Namun sangat sedikit mereka itu. Tidaklah seorang lelaki mati lalu ia meninggalkan kambing atau unta atau sapi yang tidak ia keluarkan zakatnya melainkan hewan-hewan itu akan datang kepadanya pada hari kiamat dalam bentuk yang sangat besar dan sangat gemuk lalu menginjaknya dengan kukunya dan menanduknya dengan tanduknya. Hingga Allah memutuskan perkara di antara manusia. Kemudian hewan yang paling depan menginjaknya kembali begitu hewan yang paling belakang berlalu, begitulah seterusnya.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda:
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ القِيَامَةِ صُفِحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ، فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ، فَيُكْوَى بِهَا جَبْهَتُهُ وَجَنْبُهُ وَظَهْرُهُ، كُلَّمَا بَرُدَتْ أُعِيْدَتْ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَان مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ، فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الجَنَّةِ، وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan disetrikankan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.” (HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ، مُثِّلَ لَهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ، يَطُوْقُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، يَأْخُذُ بِلَهْزَمَتَيْهِ – يَعْنِي شَدْقَيْهِ – يَقُوْلُ: أَنَا مَالُكَ.. أَنَا كَنْزُكَ
“Siapa saja yang Allah beri harta kepadanya tapi ia tidak mengeluarkan zakatnya maka akan dijelmakan kepadanya ular berkepala botak yang memiliki dua taring, lalu ular itu melilitnya pada hari kiamat, lalu ular itu menggigitnya dengan kedua rahangnya lalu berkata: Akulah hartamu! Akulah harta simpananmu!” (HR. Al-Bukhari).
Kita sekarang dalam kehidupan yang enak dan kenikmatan yang besar yang tiada terhitung dan terhingga. Jika kita tidak menginfakkannya sekarang dan melapangkan hati untuk berinfak mumpung kita masih dalam keadaan yang baik ini -walhamdulillah- maka kapankah lagi kita akan berinfak?
Apakah baru mau berinfak sesudah kita jatuh fakir?! Atau sesudah kematian datang menjemput kita?! Marilah kita berinfak fi sabilillah wahai saudaraku yang mulia! Janganlah ragu dan jauhilah waswas setan!
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Berinfaklah, sekali-kali janganlah menyesal karena telah berinfak, dengan izin Allah bisa jadi satu Rupiah akan memanggil pada hari Kiamat, “Akulah sedekahmu hai Fulan!” Seorang mukmin berada di bawah naungan sedekahnya pada hari yang agung itu! Hari yang tiada naungan kecuali naungan ‘Arsy dan naungan sedekah.
Jika hawa nafsu berusaha menggoda supaya tidak berinfak maka coba lihat ketika kita membeli makanan dan minuman, pakaian dan mainan anak-anak, bahkan ketika membeli koran dan majalah? Berapa banyak uang yang telah kita keluarkan untuk nafsu kita? Bahkan berapa banyak uang yang telah kita belanjakan untuk membeli keperluan tertier? Dan berapa banyak sudah uang yang kita infakkan fi sabilillah untuk menolong agama dan untuk membantu saudara-saudara kita kaum muslimin yang membutuhkan bantuan??!!
0 komentar:
Posting Komentar