Berbicara tentang wanita berarti berbicara tentang bagaimana  peradaban dunia ke depan. Wanita menjadi simbol baik atau tidaknya  sebuah peradaban. 
Ketika Islam datang, ayat yang mewajibkan setiap muslimah untuk  berhijablah yang pertama kali turun. Bukan sembarang ayat. Perintah ini  diterjemahkan sebagai bentuk penghormatan Islam terhadap kaum perempuan.
Perempuan dinilai berharga dan harus dilindungi agar menjadi cermin  yang memantulkan cahaya Islam yang murni. Inilah yang namanya  affirmative action yang tidak sekadar berlandaskan emosi menuju  kesetaraan, namun berasal dari kecintaan Nya pada perempuan.
Berkaca pada sahabiyah yang pada saat turun perintah wajib berjilbab  bersegera untuk melaksanakannya, sungguh hal yang kontra dengan keadaan  perempuan Indonesia saat ini. Perempuan dinilai hanya sekadar pemuas  nafsu belaka, barang yang hanya untuk dinikmati tanpa dihargai dan masih  banyak yang berpikir bahwa sosok perempuan tidak lebih dari sekedar  barang yang bisa dibeli.
Sungguh realita yang mencengangkan mengingat Indonesia memiliki  jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak dibandingkan dengan  laki-laki. Kedudukan perempuan masih belum sebagai subjek yang harus  dipenuhui hak-haknya, tetapi hanya sebgai objek dari peraturan yang  dijadikan kambing hitam bahwa Negara ini sudah menempatkan hak-hak yang  semestinya bagi seorang perempuan.
Jangan berharap pada sebuah Negara yang tidak konkret menyelesaikan  sebuah permasalahan. Hanya menjalankan kewajiban tanpa melihat esensi  dari dikeluarkannya sebuah peraturan. Maka, Islam tampil sebagai solusi.  Islam bukan Negara, bukan sebuah wilayah dan bukan  pula adat sitiadat  yang mengekang manusia untuk mentaatinya.
Islam adalah sebuah nilai yang syamil mukamil. Menyeluruh  dan hadir di setiap relung kehidupan sebagai penebar benih  kebermanfaaatan untuk seluruh alam. Maka, Islam menjadi solusi dari  permasalahan perempuan yang belum terakomodir kepentingannya. Lihatlah  bagaimana Islam menempatkan posisi perempuan setara dengan laki-laki  menuju jalan ketaqwaan:
Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah  dileibihmkan Allah kepada sebagian kamu aats sebagian yang lain. Karena  bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi  perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonkanlah  kepada Allah sebagian dari karuniaNya . sungguh, Allah Maha Mengetahui  sebagala sesuatu. (QS.An-Nisa’:32)
Dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa Islam memandang laki-laki  dan perempuan sama dalam mengusahakan kebaikan untuk dirinya. Setiap  pengorbanan laki-laki akan dihargai sesuai dengan apa yang dikorbankanya  itu, begitu pula perempuan. Pada akhirnya, perempuan juga memiliki  kesempatan yang sama untuk mendapatkan balasan yang lebih baik. 
Islam memberikan kesempatan yang sama untuk perempuan agar menuntut ilmu, sebagaimana Aisyah adalah seorang ahli hadist yang dijadikan rujukan bagi para sahabat. Keistimewaan lain adalah melahirkan merupakan jihad bagi seorang perempuan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan hal yang bisa mengantarkan seorang perempuan mendapat kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan yang tidak menjalankan perannya dengan setulus hati.
Islam memberikan kesempatan yang sama untuk perempuan agar menuntut ilmu, sebagaimana Aisyah adalah seorang ahli hadist yang dijadikan rujukan bagi para sahabat. Keistimewaan lain adalah melahirkan merupakan jihad bagi seorang perempuan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan hal yang bisa mengantarkan seorang perempuan mendapat kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan yang tidak menjalankan perannya dengan setulus hati.
Peran menjadi seorang istri dan ibu merupakan bentuk perlindungan  agar perempuan terjaga hak-hak kewanitaannya. Dianjurkannya perempuan  untuk lebih memilih sholat di rumah dibandingkan di mesjid adalah bentuk  perlindungan lain agar perempuan tidak terkontaminasi dengan  nilai-nilai yang merusak kehormatan mereka.
Nah, manakah sisi dari Islam yang tidak melindungi perempuan? Islam jauh lebih menerapkan affirmative action terhadap perempuan sebelum para feminis menggaungkannya.
Perempuan Indonesia harus memahami hakekat keberadaan mereka dan  bagaimana menjalankan Islam dengan sebaiknya karena Islamlah  satu-satunya yang mengerti perempuan.

0 komentar:
Posting Komentar