Seorang lelaki baru pulang dari menguburkan jenazah tetangganya. Dia nampak letih dan berkeringat lalu memilih duduk di bangku panjang di depan rumahnya. Seorang anak kecil berumur sekitar 10 tahun datang menghampiri lalu memijat kedua bahu ayahnya. Terjadilah percakapan santai antara dua bapak dan anak ini.
Anak: Pak Babon sudah dikuburkan, Yah?
Ayah: Sudah. Ayah ikut menguburkan.
Anak: Kenapa harus dikuburkan?
Ayah: Karena manusia berasal dari tanah maka kembalinya ke tanah.
Anak: Setelah itu kemana dia?
Ayah: Jasadnya dimakan ulat dan belatung lalu jadi tanah, rohnya dimintai pertanggungan jawab.
Anak: Darimana ayah tahu?
Ayah: Belum ada yang ngasih tahu karena tidak ada yang mati lalu hidup lagi ke dunia, Ayah cuma baca dari kitab.
Anak: Kenapa harus diminta pertanggungan jawab?
Ayah: Karena sudah diberi hidup.
Anak: Kalau ada yang tidak percaya tentang pertanggungjawaban setelah mati, bagaimana ayah?
Ayah: Anakku, kalau ada yang tidak percaya, sah-sah saja. Biarkan dia menjadi apa yang ia pikirkan. Asal bukan kamu.
Anak: Kenapa?
Ayah: Karena kamu tanggung jawab ayah.
Anak: Kalau saya tidak percaya bagaimana?
Ayah: Ayah cuma mau ngasih gambaran. Pikirkanlah, anakku.
Anak: Apa itu, ayah?
Ayah: Kalau kamu tidak percaya tentang pertanggung jawaban setelah mati, kamu boleh berbuat sesukamu. Jika jadi pejabat, korupsilah. Makan harta rakyat sebanyak engkau mau. Jadilah pencuri, pemerkosa, perampok, pembunuh, perusak, penghancur atau apa saja sesuka hatimu. Namun, ketika datang waktu mati ternyata ada pertanggung jawaban, celakalah kamu. Kamu akan merasakan pedihnya siksaan akibat perbuatanmu di dunia.
Anak: Jika ternyata tidak ada?
Ayah: Beruntunglah kamu. Hanya saja namamu akan rusak di dunia. Tidak enak makan tidak enak tidur. Dikucilkan. Mencari perlindungan dari hujatan, bahkan kamu mungkin akan terus sembunyi, takut wajah kotor kamu terlihat oleh orang lain. Enak apa tidak?
Anak: Tidak enak, ayah.
Ayah: Nah, selagi masih di dunia mari berbuat kebajikan. Menebar kasih sayang. Kalau bisa hiduplah untuk memberi manfaat bagi orang lain. Biar hidup tentram dan tenang. Juga persiapan kalau nanti setelah mati diminta pertanggungjawaban. Eh, kamu percaya kalau kamu juga akan mati?
Anak: Percaya, Ayah.
Ayah: Darimana?
Anak: Kakek sudah mati, Pak De juga mati, ayam punya Ayah kemarin juga mati. Nah, saya pasti juga mati.
Ayah: Pinter nih anak Ayah
Anak: Hehehehe
Anak: Pak Babon sudah dikuburkan, Yah?
Ayah: Sudah. Ayah ikut menguburkan.
Anak: Kenapa harus dikuburkan?
Ayah: Karena manusia berasal dari tanah maka kembalinya ke tanah.
Anak: Setelah itu kemana dia?
Ayah: Jasadnya dimakan ulat dan belatung lalu jadi tanah, rohnya dimintai pertanggungan jawab.
Anak: Darimana ayah tahu?
Ayah: Belum ada yang ngasih tahu karena tidak ada yang mati lalu hidup lagi ke dunia, Ayah cuma baca dari kitab.
Anak: Kenapa harus diminta pertanggungan jawab?
Ayah: Karena sudah diberi hidup.
Anak: Kalau ada yang tidak percaya tentang pertanggungjawaban setelah mati, bagaimana ayah?
Ayah: Anakku, kalau ada yang tidak percaya, sah-sah saja. Biarkan dia menjadi apa yang ia pikirkan. Asal bukan kamu.
Anak: Kenapa?
Ayah: Karena kamu tanggung jawab ayah.
Anak: Kalau saya tidak percaya bagaimana?
Ayah: Ayah cuma mau ngasih gambaran. Pikirkanlah, anakku.
Anak: Apa itu, ayah?
Ayah: Kalau kamu tidak percaya tentang pertanggung jawaban setelah mati, kamu boleh berbuat sesukamu. Jika jadi pejabat, korupsilah. Makan harta rakyat sebanyak engkau mau. Jadilah pencuri, pemerkosa, perampok, pembunuh, perusak, penghancur atau apa saja sesuka hatimu. Namun, ketika datang waktu mati ternyata ada pertanggung jawaban, celakalah kamu. Kamu akan merasakan pedihnya siksaan akibat perbuatanmu di dunia.
Anak: Jika ternyata tidak ada?
Ayah: Beruntunglah kamu. Hanya saja namamu akan rusak di dunia. Tidak enak makan tidak enak tidur. Dikucilkan. Mencari perlindungan dari hujatan, bahkan kamu mungkin akan terus sembunyi, takut wajah kotor kamu terlihat oleh orang lain. Enak apa tidak?
Anak: Tidak enak, ayah.
Ayah: Nah, selagi masih di dunia mari berbuat kebajikan. Menebar kasih sayang. Kalau bisa hiduplah untuk memberi manfaat bagi orang lain. Biar hidup tentram dan tenang. Juga persiapan kalau nanti setelah mati diminta pertanggungjawaban. Eh, kamu percaya kalau kamu juga akan mati?
Anak: Percaya, Ayah.
Ayah: Darimana?
Anak: Kakek sudah mati, Pak De juga mati, ayam punya Ayah kemarin juga mati. Nah, saya pasti juga mati.
Ayah: Pinter nih anak Ayah
Anak: Hehehehe
0 komentar:
Posting Komentar