Penggambaran merupakan instrumen utama dalam gaya bahasa Al-Qur’an. Ia diungkapkan dengan gambar inderawi imajinatif tentang makna intelektual dan kondisi jiwa; tentang peristiwa yang terindera dan fenomena yang terlihat; tentang model manusia dan karakter manusia.
Ia menampilkan sebuah gambaran yang membentuk sebuah kehidupan yang aktif atau gerakan-gerakan yang aktual. Makna intelektual dinyatakan dalam bentuk atau gerakan. Kondisi jiwa dinyatakan dalam fenomena atau secara teatrikal. Model manusia dinyatakan dalam sesosok manusia yang benar-benar hidup. Karakter manusia dinyatakan secara fisikal.
Peristiwa dan fenomena, cerita dan pemandangan, menampilkan sosok-sosok yang benar-benar hadir; di sana ada kehidupan, di sana ada gerakan-gerakan. Apabila di sana terdapat dialog maka ia berlangsung dengan melibatkan segenap unsur imajinasi. Implikasinya, sewaktu seseorang membaca atau mendengarkan ayat-ayatnya maka ia menjadi lupa bahwa ayat-ayat tersebut adalah kalimat-kalimat yang dibaca atau perumpamaan-perumpamaan yang disuguhkan. Sebaliknya, ia merasakan gerakan-gerakan, pemandangan, atau peristiwa yang benar-benar nyata.
Disini ada kehidupan, bukan kisah tentang kehidupan!!
Apabila kita menyadari bahwa semua itu ternyata hanyalah huruf-huruf dan lafazh-lafazh yang diam, yang tidak berwarna-warni dan tidak pula bersosok, maka kita pun sadar bahwa itu merupakan sebagian dari rahasia kemukjizatan dalam gaya pengungkapan Al-Qur’an.
Penggambaran dalam Al-Qur’an meliputi penggambaran dengan warna, gerakan, realitas dan aktualitas, yang kebanyakan muncul bersama-sama dengan deskripsi, dialog, denting kata-kata, lantunan ungkapan, dan irama susunan kalimat, yang semuanya memunculkan gambaran-gambaran yang dapat diindera dengan mata dan telinga, rasa dan imajinasi, pikiran dan perasaan.
CONTOH MAKNA INTELEKTUAL YANG DITAMPILKAN DALAM BENTUK GAMBARAN INDERAWI
- Tidak akan pernah diterimanya orang-orang kafir dan juga kemustahilan masuk surga bagi mereka: ibarat mustahilnya unta bisa masuk ke dalam lubang jarum. (QS Al-A’raf : 40)
- Musnahnya seluruh amalan yang pernah diperbuat oleh seseorang apabila dia menjadi kafir: ibarat debu-debu yang beterbangan (QS Al-Furqan : 23) atau abu yang diterpa angin badai. (QS Ibrahim : 18)
- Sia-sianya sedekah yang disertai dengan makian atau sesuatu yang menyakitkan : ibarat debu yang terdapat di atas batu lalu diguyur oleh hujan deras. (QS Al-Baqarah : 264)
- Sebaliknya, keberkahan dan manfaat dari bersedekah yang didasarkan pada niatan untuk menggapai ridha Allah : ibarat kebun yang subur dengan buahnya yang berlimpah ruah. (QS Al-Baqarah : 265)
- Sia-sianya memohon kepada tuhan-tuhan selain Allah : ibarat orang yang membentangkan kedua telapak tangannya pada permukaan air lalu pada saat yang sama ingin menyentuhkan mulutnya ke air tersebut. (QS Al-Ra’du : 14)
- Sia-sianya permohonan orang-orang kafir: ibarat orang yang memanggil orang yang tidak bisa mendengar. (QS Al-Baqarah : 171)
- Lemah dan rapuhnya berwali pada selain Allah : ibarat laba-laba yang membangun rumahnya yang rapuh itu. (QS Al-‘Ankabut : 41)
- Celakanya orang yang syirik kepada Allah : ibarat sesuatu yang jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterpa oleh angin ke tempat yang jauh. (QS Al-Hajj : 31)
CONTOH KONDISI KEJIWAAN YANG DITAMPILKAN DALAM BENTUK GAMBARAN INDERAWI
- Tersesatnya jiwa orang yang syirik kepada Allah : ibarat disesatkannya seseorang oleh syaithan di suatu tempat yang menakutkan dalam keadaan bingung dan linglung. (QS Al-An’am : 71)
- Kondisi jiwa-jiwa yang memperturutkan hawa nafsu setelah sebelumnya memperoleh pengetahuan : ibarat anjing yang menjulurkan lidahnya setiap saat, baik tatkala dihalau ataupun tidak. (QS Al-A’raf : 176)
- Kondisi seseorang yang jiwanya tenang tatkala memperoleh kebaikan namun resah dan menggerutu tatkala ditimpa cobaan : ibarat orang yang berdiri di atas satu sisi sempit. (QS Al-Hajj : 11)
- Kondisi jiwa-jiwa yang masih tersesat dan belum dipersatukan dalam iman : ibarat orang-orang yang berada di tepi jurang neraka. (QS Ali ‘Imran : 103)
- Jiwa yang tidak melandaskan pembangunan tempat ibadahnya pada taqwa, keridhaan Allah dan kebaikan : seperti orang yang mendirikan bangunan di tepi jurang yang longsor sehingga seketika itu juga dia turut jatuh terperosok ke dalam jurang yang longsor itu. (QS Al-Taubah : 109)
MODEL MANUSIA
Pemodelan manusia ditampilkan secara mudah dan ringkas, yakni biasanya hanya dengan satu atau dua kalimat, namun sudah membentuk model sesosok manusia yang hidup, nyata, dan penuh dengan cita rasa inderawi.
Pemodelan ini mengambil gambaran-gambaran yang alami dan asasi sehingga tidak akan pernah lekang oleh zaman, berlaku dalam segenap masyarakat dan budayanya, serta melampaui batas-batas zaman dan generasi.
Contoh:
- Model manusia yang hanya mendekat dan memohon kepada Allah tatkala ditimpa penderitaan, namun jika sudah terlepas dari penderitaan maka dia menjauh dari-Nya seolah-olah tidak pernah memohon kepada-Nya.
- Model manusia yang lemah aqidahnya. Ia tetap memegang aqidahnya tatkala mendapatkan kebaikan. Namun jika ia mendapat cobaan maka ia lepaskan aqidahnya itu.
- Model manusia yang hanya mengakui kebenaran jika itu datang dari dirinya, namun jika kebenaran itu datang dari atau terdapat pada orang lain maka dia mengingkarinya.
- Model manusia yang lari dari kebenaran karena dalam dirinya merasa tinggi hati namun sekaligus lemah. Ketinggian hati membuatnya menolak kebenaran sementara ia lemah karena tidak mampu menghadapi tantangan kebenaran itu.
- Model manusia yang lari dari kebenaran dengan cara yang hina.
- Model manusia yang penampilannya menakjubkan dan mengagumkan padahal hatinya busuk.
- Model manusia yang suka dipuji-puji atas sesuatu yang tidak ia lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar