Sesungguhnya tauhid dan syirik itu tidak dapat disatukan. Dimana ada tauhid tidak ada syirik dan dimana ada syirik tidak ada tauhid. Kita hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bertauhid atau syirik.
Syirik yang paling sulit diobati adalah syirik khofi, karena syirik ini sangat tersembunyi didalam diri seseorang, bahkan orang tersebut tidak mengetahuinya, karena tidak sadar bahwa ia terjangkit penyakit syirik khofi.
Orang yang terserang penyakit syirik khofi ini biasanya hanya membaguskan amal sebelah luar saja tanpa di imbangi dengan memperoleh amal sebelah dalam. Ia menyangka bahwa kebagusan amal ibadahnya itu merupakan hasil usahanya, tanpa dihubungkan dengan rahmat Allah. Ia melakukan sholat karena ketekunannya dan ia berpuasa karena kemampuannya menahan lapar dan haus. Ia pun kemudian terlena dengan sifat ke akuannya.
Orang yang seperti ini termasuk orang yang amal ibadahnya terkatung-terkatung, berada antara sampai dengan tidak dalam menempuh perjalanan mendapatkan ridha Allah. Di antara mereka ada yang berhenti pada kebagusan bacaan, misalnya dalam shalat, sudah dianggapnya sampai pada makrifat. Dengan demikian ia merasa bangga dengan kefasihan bacaan sholatnya. Nah perasaan bangga dan disanjung orang inilah yang merupakan salah satu bentuk syirik khofi. Rasa bangganya itu telah menghijab hatinya untuk menyaksikan karunia Allah dalam ke elokan bacaannya.
Penderita penyakit syirik khofi biasanya telah ditumbuhi oleh berbagai macam wabah penyakit, seperti Futur atau lemah pendirian serta masih terpengaruh oleh kehidupan dunia, Riya', mempertontonkan amal ibadah kepada orang lain dengan maksud agar memperoleh pujian dan kedudukan, Sum'ah, atau menceritakan amal ibadahnya kepada orang lain dengan tujuan untuk dipuji, Ujub, membanggakan kehebatan dan kebaikan amal ibadahnya, Saqthu ma'al, yaitu berhenti pada amal ibadah saja dan tidak bersambung hatinya kepada Allah, Hajbun, yaitu hijab (dinding) berupa pengetahuan zahir yang menyebabkan tertutup hatinya dari hidayat Allah.
Rasulullah saw. bersabda:
"Wahai umatku, siapa yang berhias dengan membaguskan amalan luar saja dengan sesuatu yang mereka "sukai" maka dia nanti akan menjumpai Allah dalam keadaan dimurkai (diazab) Allah.
Hadits yang lain, Rasulullah saw. bersabda:
"Wahai umatku, semua kamu dalam keadaan syirik sebelum nyata bagimu tauhid yang sebenarnya dan sebelum engkau menjalankan rasa La haula wala kuwwata illa billah."
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah saw. mengatakan bahwa syirik yang berkembang di kalangan umatku bermula dari syirik khofi yang berkembang ibarat seekor semut hitam legam yang merayap di atas batu hitam pada kegelapan malam yang pekat.
Demikianlah apa yang telah disampaikan dan di terangkan mengenai syirik khofi yang mana penyakit ini sangat tersembunyi dan sulit diobati, namun setiap penyakit pasti ada obatnya. Oleh karena itu jika kita sudah terjangkit atau mewaspadi penyakit ini dalam diri kita, yaitu dengan cara memperbanyak zikir dan betul-betul menghambakan diri kepada Allah, memperdalam ilmu tauhid, agar kita memahami siapa diri kita yang sebenarnya, supaya terhindar dari sifat ke akuan, merasa la haula wala (tiada daya dan upaya) kecuali atas pertolongan Allah, sehingga kita dapat merasakan menjadi seorang hamba yang diridhai Allah swt.
Syirik yang paling sulit diobati adalah syirik khofi, karena syirik ini sangat tersembunyi didalam diri seseorang, bahkan orang tersebut tidak mengetahuinya, karena tidak sadar bahwa ia terjangkit penyakit syirik khofi.
Orang yang terserang penyakit syirik khofi ini biasanya hanya membaguskan amal sebelah luar saja tanpa di imbangi dengan memperoleh amal sebelah dalam. Ia menyangka bahwa kebagusan amal ibadahnya itu merupakan hasil usahanya, tanpa dihubungkan dengan rahmat Allah. Ia melakukan sholat karena ketekunannya dan ia berpuasa karena kemampuannya menahan lapar dan haus. Ia pun kemudian terlena dengan sifat ke akuannya.
Orang yang seperti ini termasuk orang yang amal ibadahnya terkatung-terkatung, berada antara sampai dengan tidak dalam menempuh perjalanan mendapatkan ridha Allah. Di antara mereka ada yang berhenti pada kebagusan bacaan, misalnya dalam shalat, sudah dianggapnya sampai pada makrifat. Dengan demikian ia merasa bangga dengan kefasihan bacaan sholatnya. Nah perasaan bangga dan disanjung orang inilah yang merupakan salah satu bentuk syirik khofi. Rasa bangganya itu telah menghijab hatinya untuk menyaksikan karunia Allah dalam ke elokan bacaannya.
Penderita penyakit syirik khofi biasanya telah ditumbuhi oleh berbagai macam wabah penyakit, seperti Futur atau lemah pendirian serta masih terpengaruh oleh kehidupan dunia, Riya', mempertontonkan amal ibadah kepada orang lain dengan maksud agar memperoleh pujian dan kedudukan, Sum'ah, atau menceritakan amal ibadahnya kepada orang lain dengan tujuan untuk dipuji, Ujub, membanggakan kehebatan dan kebaikan amal ibadahnya, Saqthu ma'al, yaitu berhenti pada amal ibadah saja dan tidak bersambung hatinya kepada Allah, Hajbun, yaitu hijab (dinding) berupa pengetahuan zahir yang menyebabkan tertutup hatinya dari hidayat Allah.
Rasulullah saw. bersabda:
"Wahai umatku, siapa yang berhias dengan membaguskan amalan luar saja dengan sesuatu yang mereka "sukai" maka dia nanti akan menjumpai Allah dalam keadaan dimurkai (diazab) Allah.
Hadits yang lain, Rasulullah saw. bersabda:
"Wahai umatku, semua kamu dalam keadaan syirik sebelum nyata bagimu tauhid yang sebenarnya dan sebelum engkau menjalankan rasa La haula wala kuwwata illa billah."
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah saw. mengatakan bahwa syirik yang berkembang di kalangan umatku bermula dari syirik khofi yang berkembang ibarat seekor semut hitam legam yang merayap di atas batu hitam pada kegelapan malam yang pekat.
Demikianlah apa yang telah disampaikan dan di terangkan mengenai syirik khofi yang mana penyakit ini sangat tersembunyi dan sulit diobati, namun setiap penyakit pasti ada obatnya. Oleh karena itu jika kita sudah terjangkit atau mewaspadi penyakit ini dalam diri kita, yaitu dengan cara memperbanyak zikir dan betul-betul menghambakan diri kepada Allah, memperdalam ilmu tauhid, agar kita memahami siapa diri kita yang sebenarnya, supaya terhindar dari sifat ke akuan, merasa la haula wala (tiada daya dan upaya) kecuali atas pertolongan Allah, sehingga kita dapat merasakan menjadi seorang hamba yang diridhai Allah swt.
0 komentar:
Posting Komentar