Seorang gadis kecil telah rapi dengan seragam sekolahnya, rambutnya pun ikut rapi dikuncir dua. Hari itu hari pertamanya masuk sekolah, Taman Kanak-Kanak. Gembira hatinya bukan kepalang, semua yang indah terbayang olehnya. Kata ibu, di sekolah akan ada berbagai mainan yang tak ia miliki di rumah, ada teman-teman baru yang akan bermain dengannya, ada ibu Guru baik hati yang sayang padanya, yang akan menjadi pengganti ibu di rumah.
Si gadis kecil berangkat penuh suka cita bersama sang ayah. Naik sepeda motor dibonceng di depan. Tak berhenti ia menyanyi riang sepanjang jalan. Ayahnya pun merasa bahagia. Tak lagi dipikirkan tabungannya yang habis untuk biaya masuk sekolah sang anak, karena telah dipilihnya sekolah yang terbaik, untuk buah hati tercinta.
Ah benar kata ibu… Mainan bagus-bagus lengkap tersedia di sekolah, teman-teman baru yang lucu, dan ruangan kelas yang indah, warna-warni penuh gambar dan tulisan di dindingnya. Dibacanya satu persatu tulisan di dinding kelas. Ya, dia gemar membaca. Di umurnya yang baru lima tahun ia telah pandai membaca karena ajaran sang ibu di rumah. Ooh..Tulisan di dinding kelas ternyata doa-doa, gumamnya dalam hati. Doa-doa yang selama ini diajarkan ibunya, tapi banyak yang belum dia hafal… “Aku mau menghafalnya, ibu pasti senang.” ujarnya riang.
Tiba-tiba terdengar teriakan keras, "Hei kamu!” Gadis kecil itu menoleh ke arah suara keras. "Ya, kamu yang kuncir dua! Kalo Ibu Guru lagi ngomong di depan kelas dengerin! Kamu malah liat-liat ke dinding terus!" Suara keras sang Guru menghardik anak gadis itu menggema di ruang kelas. Hancur hati anak itu.. Ingin ia lari menangis pulang ke rumah, memeluk ibunya. "Ibu… Tak ada ibu guru baik hati yang seperti ibu bilang… Ibu, aku tak suka sekolah…"
Gadis kecil itu adalah saya. Itulah kenangan hari pertama sekolah yang menyisakan luka. Kelembutan. Sifat lembut yang dibutuhkan seorang murid dari gurunya, bukan sikap keras yang membuatmurid takut dan kecewa…Guru adalah pendidik, gurulah yang mendapat amanah, kepercayaan penuh dari orang tua untuk mendidik anaknya di sekolah… Ah tapi mengapa sifat lembut ini jarang saya temui pada guru semasa sekolah… Para guru seringkali bersikap kasar, ingin murid takut dan menuruti segala perintahnya.Tak jarang hukuman fisik diberikan guru bagi mereka yang melanggar perintah. Apalah daya si anak, posisinya sebagai murid tak mungkin memberi perlawanan kepada gurunya… Hukuman fisik membuat anak semakin takut pada guru, yang membuatnya semakin menjauh dari guru...
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha lembut mencintai kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan hal yang tidak Dia berikan kepada kekerasan dan Dia tidak berikan kepada yang lainnya. Barang siapa yang tidak diberikan kelembutan tidak akan diberikan kebaikan.”
Saya beruntung memiliki ibu yang mendidik saya dengan penuh kelembutan. Sungguh, kenangan terindah masa anak-anak saya adalah kenangan bersama ibu yang penuh kelembutan. Tak pernah ada nada-nada tinggi di suara ibu, tak ada cubitan, tak ada pukulan. Semua hal dihadapi ibu dengan lembut. karenanya kami, empat anaknya menjadi sangat dekat dengan ibu. Tak canggung semua masalah kami ceritakan kepada ibu, curhat hanya kepada ibu seorang, karena kami tahu ibu akan mendengarkan kami, membantu menyelesaikan masalah kami dengan sifat lembutnya. Insya Allah sifat lembut ibu menjadi teladan untukku dalam mendidik kedua buah hatiku.
Duhai para pendidik, bersikap lembutlah kepada anak didikmu, sikap kasar dan keras hanya akan membuat anak didikmu semakin jauh darimu, semakin melanggar aturanmu, membuat luka di hati mereka… Tak inginkah Engkau dikenang oleh anak didikmu dengan kenangan yang indah bersamamu, bukan dikenang sebagai kenangan pahit yang menyisakan luka… Semoga potret pendidik masa kini tak lagi seperti dulu, seperti yang pernah saya alami.
Terngiang kembali sebuah lagu yang dulu sering saya nyanyikan bersama kawan-kawan, syairnya begitu indah, lagu hymne Guru... "Terpujilah wahai Engkau Ibu Bapak Guru…Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku…Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku…"
Wallohu’alam bisshowaab.
0 komentar:
Posting Komentar