“Sebagian orang begitu bersemangat berbicara tentang hadis ini, menyebarkan dan menekankannya secara berlebihan kepada masyarakat sehingga membuka peluang bagi kalangan orientalis untuk menyerang islam dan membuat fitnah di tengah-tengah orang awam, ‘Lihatlah, wanita terancam dalam islam!’ kata mereka mengomentari hadits ini“
Demikianlah kurang lebih perkataan yang disampaikan seorang dosen beberapa waktu lalu di kelas. Perkataan beliau itu muncul ketika sedang mengomentari suatu hadits yang sedang dipelajari. Hadits yang mungkin sudah tidak asing lagi di tengah-tengah kita. Hadits apakah itu? Hadits itu yaitu: “Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk melakukan hubungan suami istri) namun ia tidak menyambutnya, sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka para malaikat pun melaknatnya sampai pagi hari. “(HR.Bukhari dan Muslim)
Beliau berkata (dalam bahasa Arab yang artinya kurang lebih), “Betul, kita meyakini dan menerima hadits ini dan tidak mengingkarinya, tapi jangan sampai kita memegang mati-matian hadits ini dan melupakan berbagai hadits lain tentang perintah untuk mempergauli wanita dengan baik. ”
Beliau lalu berkata, “Ketika seorang suami hendak mengajak istrinya untuk melakukan hubungan badan, maka jangan serampangan, hendaknya perhatikan pula kondisi fisik dan psikis istrinya. Namun, sangat disayangkan, sebagian suami menyuruh istri mereka kerja di luar rumah dengan alasan untuk membantu keuangan keluarga sehingga ia menghabiskan banyak waktu di luar. Ketika si istri ini pulang, tiba-tiba si suami memintanya untuk melakukan hubungan pasutri, tentu saja si istri kemungkinan besar menolak, sebab ia kecapaian, tenaganya sudah terkuras karena pekerjaan, sehingga hilanglah syahwatnya, tidak ada lagi selera untuk melakukan hubungan badan atau yang lebih kita kenal dengan nama frigid. Dan fenomena inilah (frigid) yang banyak terjadi di kalangan wanita zaman sekarang, ya ikhwah “
Lantas apakah penyebab frigid itu cuma karena keletihan? Tiba-tiba pertanyaan itu muncul di kepala. Ternyata pertanyaan itu terjawab oleh beliau. “Selain itu, sikap keras suami terhadap istri juga bisa menghilangkan mood seorang istri untuk melayani suami. Atau, bisa juga ketika ia melakukan hubungan suami istri ia lakukan secara kasar sehingga akhirnya tertekan psikisnya (istrinya) dan otomatis hilanglah gairahnya. Maka hendaknya perkara seperti ini harus diperhatikan oleh para suami. “
Subhanallah, bagus juga perkataan beliau. Sangat cocok untuk orang-orang ‘bertitel’ “suami” yang mendominasi isi kelas.
Beliau menambahkan, “Jadi, kalian jangan cuma bisa menuntut hak-hak kalian, tapi kalian sendiri tidak menunaikan hak-hak pasangan kalian.” Perkataan yang menampar! Entah siapa yang beliau tampar dengan perkataannya ini, apakah Antum merasa tertampar?
Beliau juga membacakan hadits:
“Berwasiatlah kepada wanita dengan baik, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Kalau engkau luruskan ia akan patah dan bila kau biarkan, akan tetap bengkok. Maka nasehatilah para wanita dengan baik. “(HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau berkata, “Hadits inilah yang perlu jadi acuan bagi seseorang dalam bergaul dengan seorang wanita (istri). Hendaknya senantiasa menasehatinya dengan baik. Karena disebutkan dalam hadits ini bahwa mereka itu diciptakan dari tulang bengkok, kalau diluruskan akan patah. Namun bila didiamkan saja akan terus bengkok. “
Beliau berkata lagi, “Jadi, perlu kesabaran dalam mendidik seorang istri itu, tidak bisa tergesa-gesa. Sebab bila tergesa-gesa memperbaikinya itu akan menyebabkannya patah, dan patahnya itu apa? Pisah. Sedangkan kalau dibiarkan saja, ia akan tetap dalam keadaannya yang seperti itu. Maka sabarlah. Jangan kalian terlalu berharap istri kalian 100% menunaikan hak kalian, itu tidak realistis. Sebab, pasti ada saja kebengkokan (kekurangannya) pada dirinya. Makanya, disinilah pentingnya tafahum (saling memahami dan memaafkan atas kekurangan yang didapatkan dari satu sama lain). Dan itulah faktor penting yang akan membuat rumah tangga menjadi langgeng. “
Hmm..Tafahum. Kata yang baru. Perlu dipraktekkan. Lantas bagaimana mempraktekkannya?
“Kalau kalian mengharapkan mereka tidak memiliki ‘cacat’, lantas kalian sendiri bagaimana? Ingatlah hadits Nabi kita yang bagaimana bunyinya? yaitu: ‘Janganlah seorang mukmin membenci mukminah, jika dia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain.” ujar beliau.
Subhanallah, betul juga perkataan beliau. Tafahum.. Ya, betul, tafahum. Tafahum itu suatu yang penting dalam kehidupan manusia. Tak ada kehidupan yang tentram dan damai tanpa ada tafahum.
Kalau dalam pertemanan dengan teman-teman di sekolah, kantor, dan tempat kerja lainnya saja sangat dibutuhkan tafahum untuk menjaga keharmonisan sesama, lantas apalagi dengan teman satu ikatan, satu atap dan satu… yang akan mendampingi seumur hidup tentunya.
Jadi, seakhwat-akhwatnya seorang akhwat, tetaplah ia seorang wanita, bukan bidadari. Ada kelebihan padanya, dan adapula kekurangannya. Maka hendaknya tafahum.
Sesalihah-salihahnya seorang wanita salihah, tetaplah ia seorang wanita. Ia memiliki kelebihan yang banyak, tapi jangan lupa, ia juga bukan bidadari. Maka hendaknya tafahum.
Sebagaimana kalian mengharapkan pasangan kalian menunaikan hak-hak kalian, maka hendaknya demikian pula kalian, tunaikanlah hak-hak pasangan kalian.
Sebagaimana kalian menghendaki istri kalian salihah, maka hendaknya demikian pula kalian, jadilah orang yang saleh.
Jika kalian menghendaki pasangan kalian menjadi Aisyah, maka jadilah kalian Muhammad صلى الله عليه وسلم. Jika kalian menghendaki pasangan kalian menjadi Fathimah, maka jadilah kalian Ali bin Abi Thalib. Maka tafahum-lah.
Dan tafahum inilah, sebagaimana kata dosen di atas, salah satu faktor yang akan menyelamatkan rumah tangga dari keretakan dan pahitnya perpisahan. Ada seseorang berkata, “Kepala saya udah panas (karena percekcokan), hampir aja saya cerain istri, tapi waktu inget kebaikan-kebaikannya, saya jadi nggak tega untuk cerain dia. “ Perkataan yang perlu diambil pelajaran. Perkataan yang muncul tidak hanya dari lisan satu atau dua orang saja, melainkan berkali-kali telinga ini mendengar seperti itu.
Dan itulah yang diarahkan oleh Nabi kita di dalam hadits di atas. Dan yang dituntunkan pula oleh Rabb kita dari atas langit ke tujuh: “Dan pergaulilah mereka (istri-istri kalian) dengan baik. Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. “ (An-Nisa: 19)
0 komentar:
Posting Komentar