“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lawh Mahfudz).” (QS Yaasin [36]: 12).
Banyak orang berpikir bahwa setelah kematiannya, dosa-dosanya pun akan terhenti putarannya. Dia berpikir bahwa dosa-dosanya tidak akan berkembang lagi setelah dia meninggal dunia. Padahal, selain amal jariyah (pahala yang terus-menerus), ada juga dosa jariyah, yakni berjalannya segala dosa, kendati telah berkubang tanah.
“Barangsiapa yang menyeru orang lain pada kesesatan (tradisi buruk), maka dia akan menanggung dosa sebagaimana dosa yang dilakukan oleh orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang mengikutinya.” (HR Muslim).
Seseorang yang mengarahkan orang lain pada perbuatan baik, dia akan mendapatkan kebaikan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang mengikutinya. Sedangkan yang mengarahkan pada kejahatan, dia akan mendapatkan dosa dari orang yang mengikutinya. Sebab, dia telah memotivasi orang lain untuk melakukan dosa-dosa.
“(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.” (QS An-Nahl [16]: 25)
Amal seorang manusia setelah wafatnya terbagi beberapa bagian. Pertama, seseorang yang meninggal dunia, maka kebaikan dan kejahatannya telah terputus. Dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia.
Kedua, orang yang meninggal dunia, tetapi kebaikan dan keburukannya terus berlangsung. Kelompok ini terbagi tiga, yakni seseorang yang meninggal, tetapi kebaikan serta dosanya berlangsung terus. Maka, nasib orang ini di akhirat nanti tergantung dari timbangan amal kebaikan dan keburukannya. Bila banyak kebaikannya, surga tempatnya, dan bila banyak kejahatannya, neraka yang menjadi tempat tinggalnya.
Kemudian, orang yang meninggal dunia, tetapi kebaikannya terus mengalir. Dia akan senantiasa mendapatkan pahala sesuai kadar dan kualitas keikhlasannya kepada Allah. Beruntunglah orang yang demikian ini. Selanjutnya, orang yang meninggal dunia dan timbangan kejahatannya terus membengkak. Alangkah buruknya nasib orang yang seperti ini, alangkah malangnya ujung kehidupannya di sisi Allah.
Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menyatakan, “Sungguh beruntung orang yang meninggal dunia, maka putuslah dosa-dosanya. Dan sungguh celaka seseorang yang meninggal dunia, tetapi dia meninggalkan dosa yang ganjaran kejahatan terus berjalan tiada hentinya.” Alangkah bahagianya mereka yang memiliki amal jariyah dan alangkah sengsaranya seseorang yang menanam dosa jariyah.
Wallahu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar