Jumat, 29 April 2011

Sangat Butuh Pada Allah

Di saat kesulitan melanda, di saat hati telah merasa putus asa, yang diharap hanyalah pertolongan Allah. Hamba hanyalah seorang yang fakir. Sedangkan Allah adalah Al Ghoniy, Yang Maha Kaya, yang tidak butuh pada segala sesuatu. Bahkan Allah-lah tempat bergantung seluruh makhluk. 

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15).

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala menerangkan bahwa Dia itu Maha Kaya, tidak butuh sama sekali pada selain Dia. Bahkan seluruh makhluklah yang sangat butuh pada-Nya. Seluruh makhluk-lah yang merendahkan diri di hadapan-Nya.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam setiap aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekali pun. Secara dzat, Allah sungguh tidak butuh pada mereka. Oleh karena itu, Allah katakan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, yaitu Allah-lah yang bersendirian, tidak butuh pada makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah sungguh Maha Terpuji pada apa yang Dia perbuat dan katakan, juga pada apa yang Dia takdirkan dan syari’atkan.”

Seluruh makhluk sungguh sangat butuh pada Allah dalam berbagai hal.
Makhluk masih bisa terus hidup, itu karena karunia Allah.
Anggota badan mereka begitu kuat untuk menjalani aktivitas, itu pun karena pemberian Allah.
Mereka bisa mendapatkan makanan, rizki, nikmat lahir dan batin, itu pun karena kebaikan yang Allah beri.
Mereka bisa selamat dari berbagai musibah, kesulitan dan kesengsaraan, itu pun karena Allah yang menghilangkan itu semua.
Allah-lah yang memberikan mereka petunjuk dengan berbagai hal sehingga mereka pun bisa selamat.
Jadi, makhluk amatlah butuh pada Allah dalam penghambaan kepada-Nya, cinta kepada-Nya, ibadah kepada-Nya, dan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya. Seandainya mereka tidak melakukan penghambaan semacam ini, niscaya mereka akan hancur, serta ruh, hati, dan kondisi mereka pun akan binasa. 

Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh pada makluk-Nya) adalah Allah tidak butuh pada ketaatan yang dilakukan oleh orang yang taat. Tidak memudhorotkan Allah sama sekali jika hamba berbuat maksiat. Jika seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini beriman, tidak akan menambah kerajaan-Nya sedikit pun juga. Begitu pula jika seluruh makhluk yang ada di muka bumi kafir, tidak pula mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendir. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An Naml: 40).

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al ‘Ankabut: 6).

فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. At Taghobun: 6).

إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ

Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8).

Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا

Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577).

Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh-Nya Allah pada segala sesuatu) adalah Allah tidak butuh pada infak dari orang yang berinfak dan begitu pula Allah tidak mendapatkan bahaya jika ada orang yang pelit. 
Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ

Dan siapa yang kikir, sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang butuh (kepada-Nya).” (QS. Muhammad: 38).

Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh-Nya Allah pada segala sesuatu) adalah terbebasnya Allah dari berbagai ‘aib dan kekurangan. Barangsiapa yang menetapkan sifat tidak sempurna bagi Allah, maka itu berarti telah mencacati sifat ghina Allah. Allah Ta’ala berfirman,

قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempuyai anak". Maha suci Allah; Dia-lah yang Maha Kaya; Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi.” (QS. Yunus: 68).

Tidak ada yang sebanding dengan Allah dan tidak pula yang jadi tandingan bagi-Nya. Itulah bentuk ghina Allah yang lain. Lantas bagaimana seseorang menyamakan makhluk yang fakir dengan Allah. Bagaimana mungkin Allah yang ghoni Yang Maha Kaya disamakan dengan hamba. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Maidah: 17).

Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh-Nya Allah pada segala sesuatu) adalah hamba-Nya amat butuh berdoa pada-Nya setiap saat. Allah pun berjanji untuk mengabulkannya. Allah pun memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah dan Allah janji akan memberikan ganjaran.

Barangsiapa yang mengetahui Allah memiliki sifat ghina (tidak butuh pada segala sesuatu selain Dia), maka ia akan mengenali dirinya yang fakir dan benar-benar butuh pada Allah. Jika hamba telah mengetahui bahwa ia sangat fakir dan sangat butuh pada Allah, itu adalah tanda bahagia untuknya di dunia dan akhirat.

Rahmat Allah Mengalahkan Murka-Nya

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي
Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluq, Dia menulis di dalam Kitab-Nya, yang berada di sisi-Nya di atas ‘Arsy (yang isinya): “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (Shahih al-Bukhari no. 2955 dari Qutaibah bin Sa’id dari Mughirah bin ‘Abdur Rahman Al Qurasyiy dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Limpahan puji ke hadhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Mahaluhur, Yang Maha melinmpahkan kebahagiaan, Yang Maha Memiliki kebahagiaan, Yang Maha memiliki ruh dan jiwa (setiap makhluq-Nya),  Maha memiliki sanubari (setiap makhluq-Nya), Maha memiliki jasad (setiap makhluq-Nya), Maha menceraikan ruh dengan jasad, dan Maha memindahkan hamba dari alam ke alam, dari alam ruh ke alam rahim, dari alam rahim ke alam dunia,  dari alam dunia ke alam barzakh, dari alam barzakh ke alam akhirah, dan alam itu satu demi satu pasti kita lewati.

Kita telah melewati alam ruh, namun kita tidak menyadarinya. Kita telah melewati alam rahim, di dalam rahim ibunda kita, tetapi kita tidak menyadarinya. Sampailah kita di alam yang menjadi penentu, yaitu alam dunia ini. Jangan sampai kita tidak menyadarinya. Karena setelah ini adalah ketentuan alam selanjutnya, yang tidak bias lagi menjadikan ketentuan kita berubah lagi, yaitu ‘alamul barzakh. Dan setelah itu adalah alam akhirah yang kekal abadi, tiada akan pernah ada akhirnya.

Alam ruh berakhir dengan pindahnya kita ke alamur rahim. Alam rahim hanya selama beberapa bulan saja. Umumnya 9 bulan, tetapi terkadang hanya 7 bulan (premature/sebelum matang). Dan setelah itu, lahirlah ke alam dunia. Dan di alam dunia pun tidak ada satu pun yang kekal. Wa maa fawqot turoobi turoobu. Semua yang ada di atas tanah akan kembali ke tanah. Semua yang dibangun di atas bumi akan kembali ke perut bumi. Dan semua yang ada di alam ini tidak satu pun yang kekal. Namun amal pahala kita itulah yang akan membuat kita kekal, di dalam keluhuran atau dalam kehinaan, dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudara-saudariku yang kumulyakan, ketahuilah, semua yang ada di tubuh kita akan dilepaskan. Ketahuilah, pakaian kita, harta kita, jabatan kita, semuanya akan dilepaskan. Dan setelah itu, ingatlah, semua yang bersifat dosa akan membawa mushibah yang sangat berat. Dan semua yang bersifat ibadah akan membawa keberuntungan yang sangat indah.

Saudara-saudariku yang kumulyakan, ketahuilah, piagam penghargaan teragung, dialah wisuda termulya dan tersuci, adalah kalimat Laa ilaaha illallaah di dalam husnul khatimah (penutupan usia yang baik). Itulah awal dari segala keluhuran yang tiada akan pernah ada berakhir, dan akan berlanjut dengan kehidupan yang abadi dalam kebahagiaan.

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
Perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, samakah dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS. Muhammad: 15).

Allah berfirman:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ

Salah satu perumpamaan saja, surga yang Allah ciptakan bagi hamba-hamba-Nya yang baik itu

فِيهَا أَنْهَارٌ

Padanya ada sungai-sungai yang mengalir. Banyak riwayat mengatakan bahwa  sungainya itu mengalir di depan istana-istana surga, mengalir sampai di bawah istana-istana surga, dan sampai ke dalam istana-istana surga.

فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ
 Tidak pernah berhenti, air itu terus mengalir, airnya sangat tawar dan lebih ni’mat dari air yang ada di dunia.

وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ
Dan ada juga aliran-aliran sungai susu yang tidak pernah berubah rasanya.

وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى

Aliran sungai madu yang sangat suci dan indah. Terbayang? Coba bayangkan! Ini bukannya kita mengkhayal. Ini kalamullah Subhanahu wa Ta’ala. Ini ada. Disiapkan, sudah diciptakan, sudah dibangun dengan konstruksi luhur Robbul ‘alamin Subhanahu wa Ta’ala. Sungai-sungai dari madu, sungai-sungai dari susu, sungai-sungai dari air yang tidak pernah ada hentinya, masuk ke dalam istana-istana, masuk ke dalam ruangan-ruangan, sampai ke halaman-halamannya, tidak ada kotorannya, tidak ada pernah ada virusnya, tidak perlu dimasak dan lainnya, dan rasanya lebih ni’mat dari semua rasa yang ada di dunia.

Di dunia, Allah menciptakan banyak rasa. Ada rasa manis, ada rasa asin, ada rasa pahit, dan lainnya. Di sana ada rasa-rasa yang belum pernah Allah berikan di dunia.

مَا لا عَينٌ رَأَتْ وَلا أُذُنٌ سَمِعَت وَلا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
Sesutau yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya dan belum pernah terlintas dalam lubuk hati manusia. (Shahih Bukhari no. 3005, 4406, 4407, 6944).

Allah siapkan bagi hamba-hamba-Nya yang shalih hal-hal yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, belum pernah terlintas dalam pemikiran.

Allah juga berfirman:

فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah: 17).

Manusia itu tidak tahu apa yang disimpan oleh Allah untuk mereka, jika mereka mau berbuat baik, balasan bagi perbuatan baik mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyiapkan suatu anugerah yang disiapkan sebagai hadiah cinta dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang ingin dekat pada-Nya, banyak mengingat-Nya. Maka perbanyaklah kita mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, maka kita diingat Allah.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152).

Orang sering berfikir: kita punya banyak hajat. Tapi ingat, kalau kau punya banyak hajat, jangan mengingat Allah lebih sedikit dari mengingat hajat. Perbanyak mengingat Allah, perbanyak dzikir-nya. Kenapa? Hajat itu bisa Allah berikan sebelum kau minta, karena Allah Mahatahu. Kau tidak tahu kebutuhanmu besok, tetapi sudah Allah siapkan: hajatmu besok ini, besok selesai.

Tetapi ketika seseorang banyak mengingat hajatnya, dan Allah dilupakan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala jarang mengingatnya.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah aku,” kata Allah, “Niscaya Aku mengingat kalian.” Kalau Allah banyak ingat kita, misalnya kita punya teman yang baik, sering ingat kita, selalu teman kita akan memikirkan kita, selalu berfikir kira-kira apa yang bisa dia Bantu dan berikan untuk kita. Ketika dia mendengar bahwa kita sakit, maka segera dia datang menjenguk kita.

Coba bayangkan kalau Yang Mahatahu yang selalu mengingat kita. Maka perbanyak ingat kepada Allah. Kesuksesan dunia adalah hal yang sangat mudah dianugerahkan Allah kepada kita. Justeru kesuksesan dijanjikan sangat besar kepada para pecinta Sayyidina Muhammad shollallohu ‘alayhi wa alihi wa sallam. Masa depan kalian cerah. Sekali lagi, masa depan kalian cerah. Aamiin.

Itu sudah terjadi sepanjang alam semesta diciptakan. Sejak diciptakan alam semesta, mereka semua banyak yang merindukan Nabi Muhammad. Semua alam mengenal dan merindukan Nabi Muhammad, kecuali para pendosa. Dan bagi mereka yang mencintai dan merindukan Nabi Muhammad, Allah kabarkan suatu kegembiraan bagi mereka, bahwa mereka akan selalu dalam keamanan dan keselamatan.

كُلُّ مَنْ يَعْشَقْ مُحَمَّد في اَمَانٍ وَسَلام
Semua yang merindukan Nabi Muhammad selalu diamankan oleh Allah dan diberi keselamatan. Hidupnya diberi keni’matan. Tetapi tentunya ada usaha semampunya, hanya saja kebetulan masa kita ini masa kebangkitan ummat yang baik. Masa ini dijanjikan kema’muran oleh Sayyidina Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam.

Tapi kalau nanti di akhirat, orang yang kaya dan miskin sudah lupa dengan kaya dan miskinnya, sudah lupa dengan segala kesuksesan di dunia atau pun kesusahannya. Tidak peduli dengan banyaknya mushibah yang pernah terjadi di dunia atau yang sudah kebingungan dengan keni’matan yang terjadi di dunia, takut tidak mendapat bagian keni’matan lagi di akhirat sana. Sudah lain lagi kalau sudah pindah ke alam sana.

Tetapi tentunya kita hidup di dunia sekarang, belum berpindah. Maka kita juga memikirkan kehidupan di dunia kita untuk tidak terganggu ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Minta kepada Allah akan kemudahan, kema’muran, kebahagiaan, supaya mudah dalam ibadah. Itu boleh. Nabi shollallohu ‘alayhi wa alihi wa sallam pun berbuat demikian.

Nabi mendoakan Sayyidina Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu seraya bersabda:

اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
Ya Allah, perbanyak hartanya (Anas bin Malik) dan perbanyak keturunannya dan limpahi keberkahan untuk harta dan keturunan yang Engkau berikan padanya. Demikian di dalam Shahih Bukhari.