Senin, 27 Juni 2011

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. “Ass” berarti: Pertama, kb. (animal) yang artinya keledai,bodoh,Vlug (pantat).

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mungkin karena kesibukan, diantara kita sering menyingkat ucapan “salam” yang arti awalnya doa keselamatan justru menjadi “cacian” dan kata “jorok”. Lho bagaimana bisa?

Ucapan ”Assalamu’alaikum”, merupakan anjuran agama, dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo’akan agar mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” [HR Muslim dari Abi Hurairah]

Saya seringkali menerima sms atau e-mail dari beberapa kawan dan juga beberapa ustadz yang mengawali salamnya dengan singkatan. Singkatannya pun macam-macam. Ada yang singkat seperti "Asw" atau "Aslm". Ada yang sedikit lebih panjang seperti ; “Ass Wr Wb” atau “Aslmwrwb” . Namun yang sering saya dapatkan, adalah singkatan "Ass". Singkatan terakhir ini paling umum dan paling sering digunakan. Bagi saya, ini adalah singkatan yang tidak enak untuk dibaca, terlebih kalau mengerti artinya.

Marilah kita simak singkatan ini. Dalam kamus linguistik yang saya punya, arti dari kata Ass yang berasal dari bahasa Inggris itu adalah sebagai berikut;

“Ass” berarti: Pertama, kb. (animal) yang artinya keledai. Kedua, orang yang bodoh. Don't be a silly (Janganlah sebodoh itu). Dan ketiga, Vlug (pantat).

Padahal seperti kita ketahui ucapan "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" adalah sebuah ucapan salam sekaligus doa yang kita tujukan kepada orang lain. Ucapan salam dalam Islam sesungguhnya merupakan do’a seorang Muslim terhadap saudara Muslim yang lain. Maka, apabila kita mengucap salam dengan hanya menuliskan "Ass", secara tidak sadar mungkin kita malah mendoakan hal yang buruk terhadap saudara kita.

Kita paham, mungkin banyak orang diantara kita cukup sibuk dan ingin cepat buru-buru menulis pesan. Barangkali, singkatan itu bisa mempercepat pekerjaan. Karena itu, penulis menyarankan, jika memang keadaan sedang tidak memungkinkan untuk menulis salam lewat SMS dengan kalimat lengkap karena sedang menyetir di jalan, misalnya, solusinya cukup mudah adalah menulis pesan to the point saja. Tulislah “met pagi, met siang, met malam dan seterusnya. Ini masih lebih baik dibandingkan kita harus memaksakan diri menggunakan singkatan dari doa keselamatan Assalamu'alaikum menjadi "Ass" (pantat).

Jangan sampai awalnya kita ingin menyampaikan doa keselamatan yang terjadi justeru sebaliknya, mendoakan keburukan. Kalau boleh saya mengistilahkah, niat baik ingin berdoa, jadinya malah ucapan kotor.

Ucapan salam adalah ucapan penghormatan dan doa. Apabila kita dihormati dengan suatu penghormatan maka seharusnya kita membalas dengan sebuah penghormatan pula yang lebih baik, atau minimal, balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.

Hasa saja, kalau kita mengganti ucapan kalimat salam arti awalnya sangat mulia, maka, yang terjadi adalah sebaliknya, salah dan bisa-bisa menjadi umpatan kotor.

Karena itu, jika tidak berhati-hati, mengganggati ucapan Assalamu’alaikum (Semoga sejahtera atasmu) dengan menyingkatnya menjadi “Ass” (pantat), ini mirip dengan mengganti doa yang baik dengan mengganti dengan bahasa jalanan orang Jakarta, yang artinya kira-kira, berubah arti menjadi (maaf) “Pantat Lu!”

Singkatan ala Rasulullah

Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita (Islam). Ucapan Assalamu alaikum dalam Bahasa Arab, digunakan oleh kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, intinya untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Itulah agama kita.

Sebelum Islam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan salam yang lain, seperti Hayakallah. Artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan, bahwa salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti "Semoga Allah menjadi Pelindungmu".

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasul bersabda, “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu maujika aku tunjukkanpada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu!” (HR. Muslim)

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86. Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik.

Bedanya agama kita dengan agama lain, setiap Muslim ketika mengucapkan salam kepada saudaranya, dia akan diganjar dengan kebaikan (pahala).

Dalam kaidah singkat menyingkat pun sudah diatur oleh Allah dan diajarkan kepada Rasulullah. Dalam suatu pertemuan bersama Rasulullah SAW, seorang sahabat datang dan melewati beliau sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum”. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Orang ini mendapat 10 pahala kebaikan,” ujar beliau.

Tak lama kemudian datang lagi sahabat lain. Ia pun mengucapkan, “Assalamu‘alaikum Warahmatullah.” Kata Rasulullah SAW, “Orang ini mendapat 20 pahala kebaikan.” Kemudian lewat lagi seorang sahabat lain sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullah wa baraokatuh.” Rasulullah pun bersabda, “Ia mendapat 30 pahala kebaikan.” [HR. Ibnu Hibban dari Abi Hurairah].

Nah dari tiga singkatan itu silahkanAnda pilih yang mana yang Anda inginkan tanpa harus menyingkatnya sendiri yang justru bisa menghilangkan nilai pahalanya. Tentu saja, jangan Anda lupakan, tiga singkatan itu sudah rumus dari Nabi yang dipilihkan untuk kita.

Satu hal lagi yang perlu diingat adalah ketika kita menuliskan kata Assalamu'alaikum, perlu diperhatikan agar jangan sampai huruf L nya tertinggal sehingga menjadi Assaamu'alaikum.

Karena apa ? Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang Yahudi yang memberi salam kepada Nabi dengan ucapan "Assaamu 'alaika ya Muhammad" (Semoga kematian dilimpahkan kepadamu).

Dan kata assaamu ini artinya kematian. Kata ini adalah plesetan dari "Assalaamu 'alaikum". Maka nabi berkata, "Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu 'alaikum, maka jawablah dengan wa 'alaikum (Dan semoga atas kalian pula)." [HR. Bukhari]

Tulisan ini, mungkin nampak sederhana. Meski sederhana, dampaknya cukup besar. Boleh jadi, kita belum pernah membayangkannya selama ini. Nah, setelah ini, sebaiknya alangkah lebih baik jika memulai kembali menyempurnakan salam kepada saudara kita. Tapi andaikata memang kondisi tak memungkinkan, sebaiknya, pilihlah singkatan yang sudah dipilihkan Nabi kita Muhammad SAW tadi. Mungkin Anda agak capek sedikit tidak apa-apa, sementara sedikit capek, 30 pahala kebaikan telah kita kantongi.

Doa Untuk Kekasih

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan…
Dia milikku tercipta buatku…
Satukanlah hatinya dengan hatiku…
Titipkanlah kebahagiaan antara kami…
Agar kemesraan itu abadi…

Ya Allah…
Ya Tuhanku yang Maha Mengasihani…
Seringkanlah kami melayari hidup ini…
Ketepian yang sejahtera dan abadi…
Maka jodohkanlah kami…

Tetapi Ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milikku…
Bawalah dia jauh daripada pandanganku…
Luputkanlah dia dari ingatanku…
Dan periharalah aku dari kekecewaan…

Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan…
Menolak bayangannya jauh ke dada langit…
Hilang bersama senja yang merah…
Agarku sentiasa tenang…
Walaupun tanpa bersama dengannya…

Ya Allah yang tercinta…
Pasrahkanlah aku dengan takdir-Mu…

Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik untukku…
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui…
Segala yang terbaik buat hamba-Mu ini…

Ya Allah…
Cukuplah Engkau sahaja yang menjadi pemeliharaku…
Di dunia dan akhirat…
Dengarkanlah rintihan daripada hamba-Mu yang daif ini…
Jangan Engkau biarkan aku sendirian…
Di dunia ini mahupun di akhirat…
Menjuruskan aku ke arah kamaksiatan dan kemungkaran…
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman…
Agar aku dan dia sama-sama dapat membina kesejahteraan hidup…
Ke jalan yang Engkau redhai…
Dan kurniakanlah kepadaku keturunan yang soleh dan solehah…

Ya Allah…
Berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan akhirat…
Dan periharalah kami dari azab api Neraka…

Aamiin…aamiin…Ya rabbal ‘aalamin

♥TERUNTUK MU YANG BERGELAR ISTERI ♥

"Hai anakku, kini engkau kan keluar dari sarang di mana engkau dibesarkan. Engkau akan berpindah ke sebuah rumah dan hamparan yang belum engkau kenal dan berkawan pula dengan orang yang belum engkau kenali. Itulah suamimu."

Jadilah engkau tanah bagai suamimu (taati perintahnya) dan ia akan menjadi langit bagimu (tempat bernaung). Jadilah engkau sebagai lantai supaya ia dapat menjadi tiangnya. Jangan engkau bebani dia dengan pelbagai kesukaran karena itu akan memungkinkan ia meninggalkanmu.

Janganlah engkau terlampau menjauhinya, agar ia tidak melupaimu. Sekiranya dia menjauhimu, maka jauhilah dia dengan baik. Peliharalah suamimu itu dengan baik. Jagalah mata, hidung dan anggotanya yang lain.

Janganlah kiranya suamimu itu akan mencium sesuatu darimu melainkan yang harum. Jangan pula ia mendengar sesuatu darimu melainkan yang enak dan janganlah ia melihatkan melainkan yang indah sahaja pada dirimu.

Kalau wanita ingin menjadi isteri yang baik, dipihak lelaki juga berhasrat memiliki wanita yang begitu. Mereka (para suami ) ingin benar punya isteri yang menyambut kepulangan dari tempat kerja dengan wajah yang manis dan ceria, senyum menawan, pakaian yang bersih dan wangi dan rumahtangga pula berada dalam keadaan bersih kemas dan terurus. Bila mata sedap memandang, tenang dan damailah hati suami.

Bukan itu saja suami juga bercita-cita memiliki seorang isteri yang boleh menjadi penghibur dirinya, boleh berkongsi masalah dengannya, faham apa yang disenangi, tahu mengambil hati suaminya disamping boleh memberi layanan-layanan yang menyenangkan dan mengembirakan suami. Itulah wanita idaman setiap lelaki. Pendek kata bagaimana lelaki akan dilayani oleh bidadari di syurga kelak begitu jugalah keinginan lelaki berhajatkan layanan dari seorang isteri seorang bidadari rumahtangga. Oleh sebab itu dikatakan rumahtangga yang bahagia itu ialah syurga tentulah ada bidadarinya. Siapa lagi kalau bukan isteri yang solehah yang layak menyandang gelaran bidadari dunia.

Isteri yang solehah akan berusaha memberi wajah jernih pada rumahtangga. Kasih sayang yang lahir adalah hasil dari masing-masing hendak mencari keridhaan Allah, bukannya dorongan nafsu semata- mata. Masing-masing suami isteri meletakkan Allah dan akhirat yang lebih besar dan utama.

Isteri yang solehah tidak terasa hina menjadi pelayan suami, malah sebaliknya rasa bangga dan bahagia kalau boleh melakukan tugas-tugas itu dengan baik dan sempurna. Gembira kerana yakin dengan janji Allah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w yang bermaksud:

"Apabila seorang perempuan mencuci pakaian suaminya, maka Allah mencatat baginya seribu kebaikan dan mengampuni dua ribu kesalahan dosanya, bahkan segala sesuatu yang disinari oleh matahari memohon ampun baginya serta Allah mengangkat seribu darjat baginya."

"Wahai Fatimah, setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan membina tujuh parit antara dirinya dengan api neraka. Jarak antara parit itu ialah sejauh bumi dangan langit."

"Wahai Fatimah, setiap wanita yang berair matanya ketika memotong bawang untuk menyediakan makanan keluarganya, Allah akan mencatat untuknya pemberian sebanyak yang diberi kepada mereka yang menangis kerana takutkan Allah."

Siapa yang tidak mau kemuliaan ini hanya dengan melakukan tugas yang ringan? Seorang isteri yang solehah akan sentiasa mencari-cari jalan untuk menyenangkan hati suami dan menutupi ruang-ruang untuk menyusahkan dan mencurigakan suami terhadap dirinya. Dia tidak akan membimbangkan suaminya terhadap dirinya. Maruah dirinya sebagai seorang isteri senantiasa dipelihara dan dijaga kerana itu juga yang menjadi syarat untuk dia mendapat keredhaan Allah dan keselamatan di akhirat nanti.Setiap rumahtangga yang dihuni oleh isteri yang solehah bererti rumahtangga itu telah memiliki perbendaharaan yang termahal di dunia dan di sisi Allah rumahtangga itu mendapat perhatianNya.

Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud : " Seorang wanita yang solehah itu lebih baik daripada seribu orang lelaki yang tidak soleh dan seorang perempuan yang berkhidmat melayani suaminya selama seminggu maka ditutuplah daripadanya tujuh pintu neraka dan dibukakan lapang pintu syurga dan dia bebas masuk dari pintu mana yang disukainya tanpa hisab."

Isteri solehah biasanya menjadi milik lelaki yang soleh. Tetapi ada juga ketikanya isteri solehah bersuamikan lelaki yang toleh (jahat). Bolehkan kedamaian dan keamanan wujud dalam rumahtangga bilamana suami kufur dengan Allah dan buruk akhlak terhadap isterinya?. Isteri yang menghadapi persoalan begini boleh tertekan jiwanya. Ada yang tidak sabar dengan kerenah suami hingga tidak terfikir cara lain untuk menyelamatkan jalan hidup yang dipilihnya melainkan berpisah saja dari suami.

Dalam hal sebegini, si isteri perlu banyak bersabar dan selalu bermunajat pada Allah. Ingatlah mungkin kesusahan yang kita hadapi adalah ujian dari Allah s.w.t. Ada dua maksud Allah mendatangkan ujian yaitu pertamanya ujian itu didatangkan sebagai penghapusan dosa dan keduanya untuk peningkatan darajat disisi Allah.

Jadi jika kita boleh bersabar maka terhapuslah dosa-dosa yang lalu. Sebaliknya tidak mustahil juga itu merupakan peningkatan darjat dari Allah. Kalau tidak diuji, mungkin hati kita akan terpaut benar dengan suami, menyayangi suami lebih dari Allah. Jadi untuk melihat sama ada kita membesarkan suami atau membesarkan Allah maka Allah timpakan ujian itu. Kalau benar hati sayang dan takut pada Allah tentu isteri tidak teragak-agak untuk bertindak membesarkan dan menyayangi Allah daripada suaminya sendiri.

Ingatlah, sejahat-jahat suami kita, tidaklah dia lebih jahat daripada Firaun, sedangkan isteri Firaun, Siti Asiah boleh bersabar menghadapi kesombongan dan keangkuhan Firaun sehinggakan Siti Asiah disenaraikan oleh Allah termasuk di dalam barisan antara wanita-wanita solehah yang dijamin syurga.

Oleh itu kalau suami kita masih belum diberi petunjuk janganlah kita jemu untuk memujuk dan mentarbiah, berlaku baik dan paling penting mohon dan bermunajatlah kepada Allah agar Allah mengubah hatinya untuk tunduk pada perintahNya.

Rasulullah s.a.w pernah bersabda : "Wanita yang taat akan suaminya semua burung-burung diudara, ikan- ikan di air, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama mana ia (isteri) masih taat pada suaminya dan diredhai (serta menjaga sembahyang dan puasanya)."

Kala Cinta Menghancurkan Aqidah

Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Pedih dan sedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.

Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang. Disibaknya kegelapan, namun entah dimana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk, membuat kedukaan semakin berat, hingga menghujam akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, mata air di telaga yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.

Cinta…

Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah. Mengharapkan kakanda tercinta yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang.

Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri… dan masih sendiri.
Duhai belahan hati, entah dimana kakanda bersembunyi.

Ukhti Sholehah yang dicintai Allah Ta’ala…

Cinta dan impian membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun takkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh harta itu tak ternilai harganya. Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi halleluyah.

Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman…” [Al Baqarah: 221]. 

Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, dan tidak dalam benci tapi dalam cinta [Henry Martyn, missionaris, 1812 M].

Cinta akan membentuk sebuah keluarga samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselaput halleluyah, karena cinta seperti itu akan meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.

Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu ruku’ dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya, mengapa ayah tidak pergi sholat Jum’at padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3 sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad… ahad… ahad?

Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi kepada buah hatimu?

Duhai Ukhti, sanggupkah engkau menahan murkanya Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Saat jiwamu lelah bertanya dimanakah gerangan kekanda berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahasia, lantunkan munajat dan do’a, mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur kepada-Nya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusan-Nya.

As’alukallahummar ridha ba’dal qadha, wa burdal ‘iisyi ba’dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila liqaa’ika.

Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusan-Mu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajah-Mu serta kerinduan berjumpa dengan-Mu.

Mohonkan juga kepada-Nya, agar Ia menguatkan niat dan azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan ridho-Nya.

Duhai Ukhti Sholehah…

Sabar… dan bertahanlah. Kalaulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia ini, yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan hati, tegar… dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, yaitu aqidah.

Wallahua’lam bi showab.