Kamis, 18 Agustus 2011

Terjawab Sudah

Dua hari lalu aku mengikuti sebuah acara motivasi spiritual,,awalnya aku gak mau ikut,,tapi karna wajib,,yah mau gak mau..
Aku meyakinkan pada diriku sendiri untuk mengambil yang baik dan membuang yang buruk,,itu pernyataanku kepada ukhti yang malam sebelum acara itu dimulai..
Tapi nyatanya,,aku larut dalam hingar bingar acara tersebut,,aku menikmati sesuatu yang aku sendiri tau itu tidak boleh..

Astagfirullah...
Pantas saja kalau masih ada belenggu disini,,ada yang mengganjal tapi tak tau apa..
Malam ini terjawab sudah,,entahlan mengapa malam ini aku berkali-kali terbangun dari tidur,,setelah berkali-kal tebangun dan kembali tidur,,terbangun lagi akhirnya aku memutuskan untuk bangun,,masih jam setengah 12,,aku raih laptop coba connect,,login facebook,,buka catatan teman,,share sana sini dan.......astagfirullah tak dapat kutahan air mata yang jatuh,,sebuah kalimat singkat tapi begitu menghujam..
"Berat utk Q-tglkn, tp aq HARUS!!! Ya Allah kuatkan aku... Coz musik i2 Haram."

Aku benar-benar merasa hina ya Rabb..
Hina sekali..
Astagfirullah,,rasanya seperti memakai topeng..
Terkadang bisa mengontrol diri,,tapi terkadang dan sering kali lepas kontrol,,tak ingat sama sekali atau lebih tepatnya tak mau peduli..
Astagfirullah..
Aku tau itu tidak boleh tapi aku tetap saja melakukannya.. T_T

Dulu aku seringkali menanyakan keseriusan temanku untuk berjilbab..
Tapi sekarang,,pertanyaan senada juga harus kulontarkan pada diriku sendiri tentang "keseriusanku untuk menjadi muslimah sholeha"..

Ampuni aku ya Rabb,,jika naluriku sebelum memakai jilbab dulu masih belum dapat aku singkirkan sepenuhnya..
Beri aku hidayah Mu,,jangan kau palingkan aku setelah hidayah itu datang..
Rangkul aku kembali untuk menapak jalan Mu yang lurus..

TAUBAT NASHUHA

Manusia tidak lepas dari kesalahan, besar maupun kecil, disadari maupun tanpa disengaja. Apalagi jika hawa nafsu mendominasi jiwanya. Ia akan menjadi bulan-bulanan berbuat kemaksiatan. Ketaatan, seolah tidak memiliki nilai berarti.

Meski manusia dirundung oleh kemaksiatan dan dosa menumpuk, bukan berarti tak ada lagi pintu untuk memperbaiki diri. Karena, betapapun menggunung perbuatan maksiat seorang hamba, namun pintu rahmat selalu terbuka. Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Yaitu dengan bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya ke jurang neraka. Taubat yang dilakukan haruslah total, yang dikenal dengan taubat nashuha. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ. رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ

Setiap anak adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat. [2]

لَوْ أَنَّ الْعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا لَخَلَقَ اللهُ الْخَلقَ يُذْنِبُوْنَ ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ رَواه الْحَاكِمُ

Seandainya hamba-hamba Allah tidak ada yang berbuat dosa, tentulah Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian mengampuni mereka.[3]

Dengan bertaubat, kita dapat membersihkan hati dari noda yang mengotorinya. Sebab dosa menodai hati, dan membersihkannya merupakan kewajiban. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan (timbul) satu titik noda hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan (perbuatan tersebut) dan memohon ampunan (kepada Allah), maka hatinya kembali bersih. Tetapi bila menambah (perbuatan dosa), maka bertambahlah noda hitam tersebut sampai memenuhi hatinya. Maka itulah ar raan (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firmanNya “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. [Al Muthaffifin:14] [4]

Allah juga menganjurkan kita untuk segera bertaubat dan beristighfar, karena hal demikian jauh lebih baik daripada larut dalam dosa. Allah berfirman.

ۚ فَإِن يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۖ وَإِن يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَمَا لَهُمْ فِي الْأَرْضِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. [At Taubah : 74]

Rasulullah sendiri telah memberikan contoh dalam bertaubat ini. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak bertaubat dan beristighfar, sampai-sampai para sahabat menghitungnya sebanyak lebih dari seratus kali dalam satu majlis, sebagaimana Nafi’ maula Ibnu Umar telah menyatakan :

كَانَ انْنُ عُمَرُيُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةُ مَرَّةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَقُومَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ رَوََاهُ التِّرْمِذِي

Ibnu Umar pernah menghitung (bacaan istighfar) Rasulullah n dalam suatu majlis sebelum bangkit darinya seratus kali, (yang berbunyi) : Ya Rabbku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat lagi Maha pengampun. [5]

PENGERTIAN TAUBAT NASHUHA
Yang dimaksud dengan taubat nashuha, adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dari dosa yang pernah dilakukannya, baik sengaja ataupun karena ketidaktahuannya, dengan jujur, ikhlas, kuat dan didukung dengan ketaatan-ketaatan yang mengangkat seorang hamba mencapai kedudukan para wali Allah yang muttaqin (bertakwa) dan (ketaatan) yang dapat menjadi pelindung dirinya dari setan.

HUKUM DAN ANJURAN TAUBAT NASHUHA
Hukum taubat nashuha adalah fardhu ‘ain (menjadi kewajiban setiap individu) atas setiap muslim. Dalilnya :

1. Firman Allah :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [An Nuur : 31].

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. [At Tahriim : 8].


2. Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ إِلَى اللهِ فِيْ الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّة.ٍ رَوَاهُ مُسْـلِمٌ

Wahai, kaum mukminin. Bertaubatlah kepada Allah, karena saya juga bertaubat kepada Allah sehari seratus kali.[6]

Umat Islam juga telah bersepakat tentang kewajiban bertaubat, sebagaimana dinyatakan Imam Al Qurthubi : “(Para ulama) umat telah ijma’ (bersepakat) bahwa hukum bertaubat adalah fardhu (wajib) atas seluruh mukminin” [7]. Ibnu Qudamah juga menyatakan demikian [8].

KELUASAN RAHMAT ALLAH DAN KEUTAMAAN TAUBAT NASHUHA
Manusia hendaklah jangan khawatir jika taubatnya tidak diterima, karena rahmat Allah sangat luas, sebagaimana do’a para malaikat yang dijelaskan dalan firmanNya :

رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. [Al Mu’min:7].

SYARAT TAUBAT NASHUHA
Agar taubat nashuha bisa diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala, ada beberapa syarat yang harus dipenuhinya :

1. Islam.
Taubat yang diterima hanyalah dari seorang muslim. Adapun orang kafir, maka taubatnya ialah dengan masuk memeluk Islam. Allah berfirman.

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang ". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. [An Nisaa’ : 18].

2. Ikhlash.
Taubat yang diterima secara syari’at, hanyalah yang didasari dengan keikhlasan. Taubat karena riya` atau tujuan duniawi, tidak dikatakan sebagai taubat syar’i. Allah berfirman.

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. [An Nisaa’ : 146].

3. Mengakui dosanya.
Taubat tidak sah, kecuali setelah mengetahui perbuatan dosa tersebut dan mengakui kesalahannya, serta berharap selamat dari akibat buruk perbuatan tersebut.

4. Penuh penyesalan.
Taubat hanya bisa diterima dengan menunjukkan penyesalannya yang mendalam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

النَّدَمُ تَوْبَةٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه

Penyesalan adalah taubat.[9]

5. Meninggalkan kemaksiatan dan mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya.
Orang yang bertaubat wajib meninggalkan kemaksiatannya dan mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya, jika berupa harta atau yang sejenisnya. Kalau berupa tuduhan fitnah atau yang sejenisnya, maka dengan cara meminta maaf. Apabila berupa ghibah (menggunjing), maka dengan cara memohon dihalalkan (ditoleransi) selama permohonan tersebut tidak menimbulkan pengaruh buruk yang lain. Bila ternyata berimplikasi buruk, maka cukuplah dengan mendoakannya untuk meraih kebaikan.

6. Masa bertaubat sebelum nafas berada di kerongkongan (sakaratul maut) dan sebelum matahari terbit di arah barat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. رَوَاهُ التِرْمِذِي

Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nafasnya berada di kerongkongan [10].

الْهِجْرَةُ لاَ تَنْقَطِعُ حَتَّى تَنْقَطِعَ الْتَوْبَةُ وَلاَ تَنْقَطِعُ الْتَوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا. رَوَاهُ أبو دَاوُد وَأَحْمَدُ

Hijrah tidak terputus sampai terhentinya (masa untuk) taubat, dan taubat tidak terputus sampai matahari terbit dari sebelah barat [11].

7. Istiqamah setelah bertaubat.
Allah berfirman.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [Huud : 112].

8. Mengadakan perbaikan setelah taubat.
Allah berfirman.

وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِن بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah "Salaamun-alaikum. Rabb-mu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al An’am : 54].

YANG HARUS DIINGAT KETIKA BERTAUBAT
1. Meyakini bahwa Allah Maha mengetahui dan Maha melihat. Allah mengetahui segala yang tersembunyi dan yang disembunyikan di dalam hati. Meskipun kita tidak melihatnya, tetapi Dia pasti melihatnya.

2. Lihat keagungan Dzat yang Anda durhaai, dan jangan melihat kepada kecilnya obyek maksiat, sebagaimana firmanNya.

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ

Kabarkan kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azabKu adalah azab yang sangat pedih. [Al Hijr : 49- 50].

3. Ingatlah, bahwa dosa itu semuanya jelek dan buruk, karena ia menjadi penghalang dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4. Meninggalkan tempat-tempat kemaksiatan dan teman-teman yang berperangai buruk, yang biasa membantunya berbuat dosa, serta memutus hubungan dengan mereka selama mereka belum berubah menjadi baik.

HAL-HAL YANG MENGHALANGI TAUBAT
Di antara hal-hal yang menghalangi dosa ialah :
1. Bid’ah dalam agama. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ حَجَبَ اَلتَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ

Sesungguhnya Allah menutup taubat dari semua ahli bid’ah. [Ash-Shahihah No. 1620]

2. Kecanduan minuman keras. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ نَهَرِ الْخَبَالِ قِيلَ وَمَا نَهَرُ الْخَبَالِ قَالَ صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ رَوَاهُ أَحْمَد

Barangsiapa yang minum khamr (minuman keras), maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam. Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerimanya. Namun, bila mengulangi lagi, maka pantaslah bila Allah memberinya minuman dari sungai Khibaal. Ada yang bertanya: “Apa itu sungai Khibaal?” Beliau menjawab,”Nanah penduduk neraka.[12]

Demikianlah secara ringkas risalah tentang taubat nashuha. Semoga dapat menjadi pengingat kita untuk senantiasa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

  Oleh
Syaikh Salim bin Id Al Hilali

Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426H/2005M

Wahai Ukhti….., pikirkanlah hal ini….

Ukhti…Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho tuhanmu, bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan di kagumi oleh banyak ikhwan, jangan sampai ya ukhti……….

Ukhti…tertutupnya tubuhmu Tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri anti sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu. jangan sampai ya ukhti……….

Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara anti sama dengan lembutnya kasihmu pada sauadaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu

Ukhti…lembutnya Parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat penderitaan orang lain, akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.

Ukhti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan di temani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi dunia bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.

Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa, mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang anti dapatkan, ataukah anti tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat.

Ukhti…cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri anti sendiri, pernahkah anti menyadari bahwa kecantikan yang anti punya hanya tiitpan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan anti masih terlihat cantik.

Ukhti…tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan anti hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu,

Ukhti…lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, coba anti perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahkan keluarga anti sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang anti rasakan, bisa jadi salah satu dari kleuargamu masih gemar bermaksiat, sanggupkah anti menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemulyaan islam

Ukhti…tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang kholikmu, anti adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul di jaga olehmu, banyak cara yang harus anti lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….

Ukhti…Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masih kah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan ujub, pernahkah anti membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah di raih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di tas rata-rasat akhwat yang lain, sekeras itukah haitmu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu

Ukhti…rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke mesjid atau mushola, sadarkah anti kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terliat kosong dan menghawatirkan, tidakkah anti memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang anti masukan, maukah anti di beri rizki sepelit itu.

Ukhti…rutinnya ta’limmu tidak menjamin serutin puasa sunah senin kamis yang anti laksanakan , kejujuran hati tidak bisa di bohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksankan tapi, semangat ruhani tanpa di sadari turun drastis, puasa yaumul bith pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang di rasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati anti, makanan fisik yang anti pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi

Ukhti…manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang anti lewati, sikap ramahmu pada orang anti temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuex dan menyebalkan, kalau itu kenyataanya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap dakwah kita., ingat!!! Dakwah tidak memerlukan anti tapi… antilah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah

Ukhti…rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti rosulullah sebagai panutanmu,

Ukhti…ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang kholikmu, masihkah anti senang bermanjaan dengan tuhanmu dengan shalat duhamu, shalat malammu?

Ukhti…dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi, akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah anti ketika sang ikhwan akan segara menghampirimu

Ukhti…masih ingatkah anti terhadap pepatah yang masih teringiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik, jadi siap-siaplah sang ikhwan akan menjemputmu di pelaminan hijaumu

Ukhti…Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga rabbmu. maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu

Ukhti…muhasabah yang anti lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan sikap anti yang di lakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, anti tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah, kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang baik hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik

Ukhti…pernahkah anti bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti, bukankah apa yang anti pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang solehah, kenapa tidak dari sekarang anti mempersiapkan diri menjadi seorang yang solehah

Ukhti…apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri anti, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya akan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa Bantu 0rang tua, kapan akan menjadi anak yang biruwalidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan, mulai kapan anti akan mendapat gelar akhwat solehah

Ukhti… hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah anti menjaga izzah yang anti punya, atau sebaliknya anti bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain, jadi kalo anti sendiri membuat kekeliruan dalam akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain

Ukhti…dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang solehah, siapkah anti sekarang menjadi istri solehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang




*Renungan untuk ana dan Semua akhwat^
semoga Qta bisa Lebih baik dan Menjadi dambaan Surga
amin ya Rabb^
 

hadzihi zahroh jamiLa wa Latifun :)

Biografi Fathimah Az Zahra

Pemimpin wanita pada masanya ini adalah putri dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, dan ibunya adalah Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid. Sesungguhnya ALLAH Subhanahu wa ta’ala menghendaki kelahiran Fathimah yang mendekati tahun ke 5 sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah sebagai menengah ketika terjadi perselisiha antara suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakan kembali Hajar Aswad setelah Ka’abah diperbaharui. Dengan kecerdasan akalnya beliau mampu memecahkan persoalan yang hampir menjadikan peperangan diantara kabilah-kabilah yang ada di Makkah.

Kelahiran Fahimah disambut gembira oleh Rasulullahu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fathimah dan julakannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya).

Ia putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya.sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian ibunya.

Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathima dan kakanya ummu Kultsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminang Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut.Lalau Ali bin Abi Thalib dating kepada Rasulullah untuk melamar, lalu ketika nabi bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu ?”, Tidak ada ya Rasulullah,” jawabku. “ Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya beliau. “ Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawabku. “Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar,”.kata beliau.

Lalu ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affat seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Rasulullah dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin.

Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke 4 H. pada tahun kelima H ia melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang terakhir benama Ummu Kultsum.

Rasullah sangat menyayangi Fathimah, setelah Rasulullah bepergian ia lebih dulu menemui Fathimah sebelum menemui istri istrinya. Aisyah berkata ,” Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Rasulullah selain Fathimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fathimah bila Rasulullah datang mengunjunginya.”.

Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fathima bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fathimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”.

Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada’ dan ketika ia melihat Fathima, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata,” Selamat datang wahai putriku”. Lalu Beliau menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikan sesuatu, sehingga Fathimah menangis dengan tangisan yang keras, tak kala Fathimah sedih lalu Beliau membisikan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fathimah tersenyum.
Takala Aisyah bertanya tentang apa yang dibisiknnya lalu Fathimah menjawab,” Saya tak ingin membuka rahasia”. Setelah Rasulullah wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fathimah tentang apa yang dibisikan Rasulullah kepadanya sehingga membuat Fathimah menangis dan tersenyum. Lalu Fathimah menjawab,”

Adapun yang Beliau bilang kepada saya pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Qura’an dengan hapalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Beliau berkata “Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku.”. Maka akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Beliau membisikan yang kedua kali, Beliau berkata,” Wahai Fathimah apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku”. Kemudian saya tertawa.

Takala 6 bulan sejak wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, Fathimah jatuh sakit, namaun ia merasa gembira karena kabar gembira yang diterima dari ayahnya. Tak lama kemudian iapun beralih ke sisi Tuhannya pada malam selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 27 tahun.

Disalin dari Buku Sirah Shahabiyah karya Mahmud mahdi al Istambuli & Musthafa Abu an Nashr asy Syalabi, Penerbit Maktabah Salafy Press, Tahum 2006.
Sumber: http://ahlulhadist.wordpress.com

Mengapa Kamu Memilih Mempunyai Pasangan Hidup ?

Pernahkah kamu bertanya pada dirimu, mengapa aku memilih untuk mempunyai pasangan hidup ? Mengapa aku menikah ? Apa yang aku dapat dari pernikahan ku ? Bagaimana kehidupanku setelah menjalani kehidupan bersama pasangan hidupku ?

Jawabannya gak boleh normatif dan dilarang jawab Just having fun ( yang udah menikah boleh ikut menjawab kok ^^ ). Cobalah bertanya pada lubuk hatimu yang terdalam .( Bunda nih ribeeet amet , pake nanya2 yang kayak gitu ... jalanin aja lah ... hehehe ) 

Manusia di takdirkan Sang Khalik untuk saling berpasangan (QS Ar Rum :21 ;ayat ini sering ditulis diundangan perkawinan). Kenapa kita harus berpasangan , kalo hidup sendirian tanpa pasangan juga merasa nyaman kok? Kenapa Tuhan memberi kita pasangan hidup jika dengan menikah hidup jadi dipenuhi dengan kewajiban-kewajiban yang membelenggu ?


Pada kenyataannya kita adalah mahluknya yang tidak sempurna dan dengan berpasangan, Allah berkehendak untuk menyempurnakan diri kita sebagai manusia. Kekasihmu di hadirkan Tuhan untuk melengkapi dirimu. Karena JIWA & RUH kita terus tumbuh dan berkembang ,yang bisa optimal pertumbuhan dan perkembangan bila ada pasangan nya.Bersamanya kita akan terus belajar untuk saling melengkapi, saling menerima apa adanya,  saling memberi, saling mencintai, saling memaaafkan hingga kita tumbuh menjadi seorang manusia yang penuh kasih (suka memberi) sehingga jiwa menjadi tenang.

Berjalan dalam ikatan pernikahan adalah proses hidup untuk menjadikan jiwa kita jiwa yang tenang. Jadi bila nanti kita mati dan “ Nafsu Mutmainnah ”nya belum kita miliki , paling tidak proses itu sudah kita jalani. Makanya kata Rasulullah “Menikah itu ½ Agama “.

"Hai Jiwa yang tenang & tentram, kembalilah kepada Rabb mu dalam keadaan yang ridho dan di ridhoi Nya…"

Makasih ya Cinta ...

Karena Aku Perempuan ...

Bertahun-tahun sudah aku menjadi perempuan
Baik dulu, sebagai anak….. perempuan
Lalu menjadi seorang gadis….. masih perempuan
Lalu memutuskan menjadi istri….. juga perempuan

Hingga aku menjadi ibu saat ini….. aku tetap perempuan
Dan akan selamanya menjadi perempuan
Bertahun-tahun sudah aku menjadi perempuan

Selama masa hidup yang panjang itu
Lama baru kusadari betapa sulitnya ternyata menjadi anak perempuan dulu itu

Dan lebih sulit lagi menjadi istri yang telah kujalani sekian tahun kesini
Dan yang tersulit dari itu….. ketika lahir anak-anakku….. dan aku dipanggil IBU!


Menjadi ibu dan dipanggil ibu…..
Sebab ada anak-anak yang lahir dan tumbuh besar semakin besar
Di kedua lingkar tangan dan mata ini
Menjadi ibu dan dipanggil ibu…..
Lantaran itulah terminal akhir dari perjalanan hidup dan kehidupan perempuan
Menjadi ibu semesta alam karena itulah puncak akhir kehidupan
Begitulah aku selalu diajarkan…..

Tapi….. alangkah sulitnya menjadi kaum perempuan
Beban menjadi perempuan ini beraneka ragam
Bukan hanya soal melahirkan, menjaga kesucian, atau harus ikut cari makan
Dan bahkan diserahi tanggung jawab pendidikan
Tapi yang lebih lagi begini…..
Para lelaki yang kami cintai…..
Sampai hari ini masih juga belum mengerti….. si tulang rusuk ambilan ini
Membutuhkan kawan untuk berbagi

Apa yang sudah diperjuangkan Ibu Kartini di negeri ini
sering ditafsirkan seenaknya sendiri
Lebih dari 100 juta kita, kaum perempuan di negeri ini
Tidak benar-benar mengerti ‘Makna Emansipasi’

Dan mengapa kita perempuan yang mesti mengubah peradaban ini ?

Jika laki-laki memutuskan dengan akalnya
Perempuanlah yang menggenapkan dengan hatinya
Jika laki-laki memandang dengan matanya
Perempuanlah yang mengantarkannya pada jiwanya
Bukankah keadilan Allah sesungguhnya telah nyata
Segala yang dicipta saling berpasangan, saling melengkapkan, begitu seharusnya

Tak ada menang dan kalah dalam pengabdian ini
Tak boleh menafsirkan harmonisasi menjadi emansipasi

Karena itulah izinkan aku katakan yang sejujurnya
Bahwa kau, aku dan 100 juta lebih kaum perempuan di negeri ini
Bersama kaum laki-laki
Kita akan mampu memimpin negeri ini kembali berdiri

Jika kita mensyukuri keelokan budayanya
Kaum lelaki adil membagi kekayaan alamnya
Jika kita menjaga keindahan tata kehidupannya
Kaum lelaki mendahulukan akhlak bangsa
Hingga negeri ini bangkit kembali
tanpa gerakan-gerakan kesesatan segala macam sekalipun
Bisa hanya dengan sangat sederhana….. di rumah-rumah kita!
Dari diri kita, para ibu, para istri, perempuan dewasa, gadis remaja
dan bahkan anak-anak perempuan kita

Kita mampu membawa obor perubahan dalam diri kita
Bawa masyarakat ini dari kegelapan menuju cahaya!
Cahaya peradaban baru!
Peradaban yang nyaman meski hidup dalam perbedaan
Mulia dalam perilaku meski dalam tantangan
Dan sejahtera luar dalam bagi penduduk darat dan lautan

Kini kukatakan padamu
Wahai kaumku!..... Di tangan kitalah bola ditawarkan
Bawa bangsa ini keluar dari kegelapan
Tegakkan bahumu, kuatkan kedua kakimu ambil keputusanmu!
Nasib bangsa ini dititipi, berdirilah engkau di rumah-rumahmu
Dan biarkan hati nurani memimpinmu

Lihatlah semua kelalaian akan waktu
Tumpukan pekerjaan yang menghabiskan setiap detik hidupmu
Membuat anak-anak tak lurus menyebut nama Tuhanmu
Tidakkah kita malu?

Dua buku warisan penyelamat hidup kau biarkan menjadi debu
Bagaimana anak-anak kita mencintai Tuhannya
Sedangkan kita sibuk luar biasa

Bagaimana anak-anak kita bisa mencintai Rasul Nya
Sedangkan kita sendiri juga belum mengenalnya

Maka dengarkan suara yang terdalam pada sujud tengah malam
Pandanglah dirimu dari pancaran air yang hina
Kini berubah menjadi pengingkar yang nyata
Ketika nama Allah tak lagi menggetarkan jiwa

Maka marilah….. kau dan aku
Selengggarkan lagi rumah tangga ini
Kau boleh bekerja…..
Tapi jangan kau lupa lelakimu….. ajaklah duduk merendah
Istiqomah kembali pada aturan Allah
Dan buatlah dirimu mengerti…..
Jika terbang terlalu tinggi….. anak-anak hanya akan dididik televisi
Dan janganlah menyangka….. seolah sia-sia pelajaran sekolah
Jika kita tak keluar rumah

Minazhzhulumaati illanuur….. Minazhzhulumaati ilaannuur…..
Minazhzhulumati ilaannuur…..

Inilah yang mengilhami Kartini berangkat hijrah dari kegelapan menuju cahaya
Cahaya peradaban baru….. Peradaban mengikuti aturan Allah yang satu
Tidak dua….. tidak tiga…. Satu! AHAD! AHAD!
Dan suatu hari di masa depan nanti….
Aku rindu mendengar ini dari mulut dan hati para perempuan yang kucintai
Fabiayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan
Alangkah banyak nikmat Allah yang tak dapat kaum perempuan dustakan!!!

*Syair dari Bunda Neno Warisman* dengan sedikit gubahan!

TRAGEDI KARTINI

PERJALANAN SPIRITUAL SANG PUTRI MERETAS JALAN MENUJU TERANG 
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut di sukai.” (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juni 1902)Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya. Namun wanita-wanita negerinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari Emansipasi kian mirip saja dengan “liberalisasi” dan “feminisasi”. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya. Dan kembali kepada fitrahnya.

Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak sepenuhnya dapat lepas dari kungkungan adatnya. Dan jangan salahkan Kartini kalau dia tidak dapat lepas dari pendidikan Baratnya. Kartini bukan “anak keadaan”, terbukti dia sudah berusaha untuk mendobraknya. Yang harus kita persalahkan adalah mereka yang menyalah artikan kemauan Kartini.


Kartini tidak dapat diartikan lain, kecuali sesuai dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya. Seperti yang ada dalam Door Duisternis tot Licth. Yang terlanjur di artikan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang oleh Armin Pane. Prof. Dr. Haryati Soebadio, mantan Menteri Sosial RI, yang notabene cucu tiri R.A. Kartini mengartikan buku itu menjadi Dari Gelap Menuju Cahaya atau bahasa Qur’an nya Minazh-Zhulumaati Ilan-Nuur (QS Nur :31) adalah inti dari Panggilan Islam. Yang maksudnya membawa manusia dari kegelapan (kejahiliyahan atau kebodohan) ke tempat yang terang benderang (kebenaran Al Haq).
“Allah Pemimpin orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. “ (Q.S. Al-Baqarah, 2 : 257)

Perjalanan Kartini adalah perjalanan panjang. Dia belum sampai pada tujuannya.

Kartini berada dalam proses dari kegelapan menuju cahaya. Tapi, cahaya itu belum purna menyinari secara terang benderang. Karena cahaya itu masih terhalang oleh atmosfir tradisi dan usaha westernisasi. Kartini kembali pada Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasanya sebelum ia menyelesaikan usahanya untuk mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkan sebagaimana yang di cita-citakan.

Kartini yang di kungkung oleh adat dan dituntun oleh Barat, telah mencoba meretas jalan menuju terang. Tapi, anehnya tak seorang pun meneruskan perjuangannya.Wanita-wanita kini mengurai kembali benang yang telah di pintal oleh Kartini. Sungguh pun mereka merayakan hari lahirnya, namun mereka mengecilkan arti perjuangannya. Gagasan-gagasan Kartini yang di rumuskan dalam kamar yang sepi mereka peringati di atas panggung yang ramai. Kecaman Kartini yang pedas terhadap Barat, mereka artikan sebagai isyarat untuk mengikuti wanita-wanita Barat habis-habisan.

Wanita kini telah maju ke belakang! Kita belajar dari sejarah, bahwa manusia itu unik. Keunikan manusia adalah dia belajar sejarah tapi tidak belajar dari sejarah. Tragedi yang menimpa Kartini bukanlah tragedi yang menimpa seorang manusia pada hari kemarin, tapi tragedi yang menimpa kita semua, umat Islam sepanjang abad. Kartini merupakan salah satu contoh figur sejarah yang kalah menghadapi pertarungan ideologi (al ghazwul fikri). Islam di satu sisi dan Yahudi serta Nasrani di sisi yang lain.

Jangan kecam Kartini. Karena walau bagaimanapun dia sudah berusaha mendobrak adat dan mengelak dari Barat, untuk mengubah keadaan. Manusia itu berusaha, Allah lah yang menentukan. (Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, Oktober 1900). Demikian kata-kata Kartini yang mencerminkan sikap tawakal. Memang, kita (manusia) sebaiknya berorientasi pada usaha, bukan berorientasi pada hasil. Ini perlu agar kita tidak kehilangan cakrawala sehingga tidak akan mengukur keberhasilan suatu perjuangan dengan batasan umur kita. Dan agar kita tidak mudah mengecam kesalahan yang di buat oleh orang-orang sebelum kita. Bukan mustahil jika kita dihadapkan pada kondisi yang sama, kita juga akan berbuat hal yang sama.

Di nukil dari buku “Tragedi Kartini “, Syaamil, 2007

Kasus TKW, Akar Masalah Yang Jarang Terungkap

Beberapa minggu yang lalu, masih segar dalam ingatan kita, bangsa Indonesia dihebohkan oleh kasus TKW yang bekerja di Madinah, Arab Saudi. Pahlawan devisa yang bernasib malang itu bernama Sumiati. Ia disiksa secara sadis oleh majikan perempuannya. Bahkan bibir atasnya, digunting oleh majikannya. Media informasi, baik cetak maupun elektronik, kemudian jor-joran menyajikan kasus TKW ini sebagai berita utama kepada pembaca mereka. Selang beberapa hari setelah itu, Indonesia kembali digemparkan oleh kasus pembunuhan sadis yang dialami oleh Kikim Komalasari. TKW yang bekerja di kota Abha tersebut ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di sebuah tong sampah.



Serentetan kasus TKW di atas lalu berujung panjang. Dubes Arab Saudi untuk Republik Indonesia, Abdurrahman al Khayyath, sampai dipanggil beberapa kali ke kantor Kemenlu di Jakarta untuk dimintai keterangan soal kasus yang menimpa dua orang WNI ini di negara mereka, Kerajaan Arab Saudi. Bahkan saking seriusnya, orang nomor satu di negeri ini, Bapak H. Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih akrab disebut Pak SBY, sampai angkat suara terhadap kasus TKW yang menimpa warganya di negeri petrodollar tersebut. Tak sekadar bicara, beliau pun langsung membentuk tim khusus dan memerintahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan untuk berangkat ke Arab Saudi guna mengawasi jalannya penegakan hukum terhadap dua orang TKW bernasib malang tersebut.

Lain di atas, lain pula dengan yang di bawah. Sebagian rakyat Indonesia yang terbakar emosi menyaksikan berita memilukan ini di media-media informasi, langsung mendemo gedung Kedubes Arab Saudi di Jakarta. Selain menenteng spanduk-spanduk yang berisikan kecaman terhadap pemerintah & rakyat Arab Saudi, mereka bahkan juga melempari gedung tersebut dengan -maaf- pembalut wanita sebagai wujud protes terhadap kasus aksi kekerasan yang menimpa dua orang TKW ini di negara mereka. Ditambah lagi ada pihak-pihak yang sepertinya sengaja mengail ikan di air keruh dengan menyebarkan propaganda anti-Arab, yang ujung-ujungnya nanti berimbas kepada isu anti-Islam.

Mencari Akar Permasalahan Kasus TKW Indonesia

Sebenarnya, kalau kita mau memandang lebih jauh dan jernih lagi, dua kasus TKW yang menimpa Sumiati dan Kikim Komalasari di Arab Saudi tak ubahnya seperti gunung es yang timbul di permukaan. Semua itu adalah puncak dari semua kesemrawutan proses pemberangkatan TKI kita, mulai dari Indonesia hingga ketika mereka ditempatkan di Arab Saudi.

Dimulai dari proses perekrutan, tidak semua TKW kita yang bekerja di Arab Saudi masuk  atas keinginan mereka sendiri. Sebagian dari mereka adalah korban human trafficking atau sindikit jual-beli manusia. Mereka rata-rata adalah gadis-gadis desa nan polos yang tidak mengerti apa-apa. Lalu sindikat penjualan manusia ini mendatangi rumah orang tua mereka dan menjanjikan pekerjaan yang sangat menghasilkan di negeri orang. Tak jarang para sindikat ini memberikan bonus uang kepada orang tua si gadis apabila mereka  mau menyerahkan anak perempuan mereka untuk dipekerjakan di negeri orang. Tatkala sampai di Arab, ternyata mereka malah dipekerjakan sebagai pelacur ilegal oleh para sindikat ini.

Selain masuk ke Arab Saudi lewat jalur diatas, sebagian WNI kita ada yang bandel masuk ke Arab Saudi secara ilegal lewat jalur umrah. Para calon TKI gelap ini melakukan perjalanan umrah dan tatkala tiba waktunya untuk kembali ke tanah air, mereka kabur dari rombongan mereka dan bergabung bersama rekan-rekannya yang sebelumnya sudah ada di Arab Saudi. Orang-orang yang masuk ke Arab Saudi dengan dua cara di ataslah yang amat sangat rentan terhadap berbagai kasus kejahatan yang ada.

Masuk lewat jalur resmi pun tidak menjamin keselamatan wanita-wanita Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. Banyak PJTKI nakal yang memberangkatkan mereka tanpa terlebih dahulu memberikan pelatihan dan pembekalan terhadap para pahlawan devisa ini. Dengan jurus bil fulus mulus, mereka bisa mendapatkan sertifikat resmi yang menyatakan bahwa para calon TKW yang akan mereka berangkatkan telah menjalani berbagai macam proses pelatihan dan pembekalan, sehingga mereka benar-benar layak untuk diberangkatkan ke negara tujuan. Padahal mereka tidak dilatih dan dibekali sama sekali. Lantaran para TKW ini berangkat dengan modal nekat tanpa ada skill yang memadai, sesampainya mereka di rumah sang majikan, mereka bekerja dengan buruk sekali. Hal ini tak pelak membuat sang majikan yang sudah mengeluarkan banyak uang untuk mendatangkan mereka menjadi kesal, yang akhirnya dilampiaskan dengan memukuli mereka.

Di sisi lain, keberadaan sindikat-sindikat pelacuran yang notabene adalah orang kita juga semakin memperparah situasi di Arab Saudi. Para mafia 'esek-esek' ini biasanya mengiming-imingi setiap TKW yang mereka temui untuk kabur dari rumah majikannya guna bekerja di tempat lain yang gajinya berkali-kali lipat lebih tinggi. TKW malang yang tergiur dengan tawaran orang Indonesia yang baru saja dikenalnya ini, langsung manut saja ketika mereka disuruh kabur dari majikannya dan pergi bersama mereka. Tak disangka-sangka setelah TKW ini kabur dan tinggal bersama orang yang sebelumnya menawarkan untuknya pekerjaan baru, ia malah diperkosa olehnya terlebih dahulu lalu dipekerjakan sebagai pemuas nafsu kepada orang-orang Saudi dan juga WNI di Arab Saudi. Sungguh mengenaskan sekali. Karena itu, selain dikenal sebagai negara pengekspor pembantu terbesar di mata warga Arab Saudi, Indonesia juga dikenal sebagai negara penghasil pelacur terbesar di negeri petrodollar ini.

Ketidaktahuan para calon TKW kita tentang budaya di Arab Saudi semakin membuat persoalan menjadi runyam. Contoh kecil saja; di Arab Saudi pergaulan antara laki-laki dengan perempuan tidak bebas seperti di Indonesia. Warga Arab Saudi apabila berbicara kepada lawan jenisnya cenderung berbicara seperlunya saja. Dan kaum wanitanya juga turut menjaga nada bicaranya agar tidak terdengar seperti menggoda. Hal yang sangat bertolak belakang dengan perempuan Indonesia yang berbicara ceplas-ceplos dan kadang dengan nada menggoda kepada lawan jenisnya. Kebiasaan ini memiliki nilai negatif di mata masyarakat Arab Saudi pada umumnya.

Para diplomat Republik Indonesia yang bertugas di Arab Saudi akhirnya hanya bisa pasrah menjadi 'tong sampah' bagi rantai permasalahan TKW yang sesungguhnya bermula dari tanah air sendiri. Dan mereka tidak bisa berbuat banyak kecuali harus melayani banyaknya pengaduan yang masuk ke meja mereka. Banyaknya pengaduan yang masuk jualah yang membuat para pejabat kedutaan RI yang jumlahnya tidak sebanding menjadi kewalahan menghadapi berbagai macam persoalan yang dialami para TKW kita. Bahkan tak jarang mereka rela harus 'mengemis' kepada amir penguasa setempat demi tuntasnya permasalahan yang dihadapi para TKW ditempat mereka terkena masalah.

Keputusan untuk menghentikan pemberangkatan TKW ke Arab Saudi itu sepenuhnya mutlak berada di tangan pemerintah pusat yang ada di Jakarta. Adapun para pejabat Kedutaan RI yang ada di Arab Saudi, tugas mereka adalah mengurus keperluan WNI yang ada di Arab Saudi, dan tidak memiliki hak sama sekali untuk menstop pemberangkatan TKW. Karena itu Duta Besar RI untuk Kerajaan Saudi Arabia, Bapak Gatot Abdullah Manshur pernah berkata "Saya tidak bisa mendesak pemerintah pusat untuk menghentikan pengiriman TKI, saya bakal ditegur oleh bapak presiden; Kamu saya angkat menjadi Duta Besar disana itu untuk ngurusi warga kita yang ada di sana, bukan untuk menstop..." ujar beliau dalam salah satu kesempatan bersama para mahasiswa Universitas Islam Madinah.

Anggap saja pemerintah pusat mengeluarkan keputusan pemberhentian pemberangkatan TKW ke Arab Saudi. Lantas, apakah masalah yang ada otomatis menjadi selesai? Tidak. Para calon TKW akan berbondong-bondong masuk secara ilegal yakni melalui jalur umrah (seperti yang sudah saya singgung diatas). Tingginya jumlah permintaan warga Arab Saudi akan pembantu rumah tangga dari Indonesia adalah faktor utama yang akan memicu hal ini. Kalau ini yang terjadi, permasalahan yang ada akan lebih gawat lagi dikarenakan akan terdapat lebih banyak TKW yang bekerja sebagai pembantu dan keberadaan mereka akan sukar dideteksi oleh pihak Kedutaan, karena mereka masuk secara ilegal. Akibatnya, tindak kejahatan akan semakin rawan mengintai mereka dan perwakilan pemerintah RI di Arab Saudi  tidak bisa berbuat apa-apa terhadap majikannya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, disebabkan lemahnya kekuatan hukum yang dimiliki oleh TKW ilegal.  Dan bahaya seperti inilah yang telah diperhitungkan oleh para diplomat kita yang bertugas di Arab Saudi apabila keputusan untuk memberhentikan pengiriman TKW diambil oleh pemerintah pusat.

Oleh karena itu, setelah melihat sedikit fakta yang ada diatas (sebenarnya masih buaanyak lagi, tidak mungkin diuraikan satu persatu di artikel pendek ini) kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kasus-kasus yang menimpa TKW kita sebenarnya juga disebabkan oleh ulah orang kita sendiri yang tidak bertanggung jawab. Dimulai sejak para TKW masih berada di tanah air, hingga ketika mereka sudah berada di Arab Saudi. Jadi, kita tidak boleh begitu saja memvonis kalau semua orang Arab Saudi -apalagi semua orang Arab, termasuk yang di Indonesia- itu bejat. Sebagaimana yang dihembuskan oleh sebagian pihak di Indonesia dengan tujuan tertentu. Kita juga harus objektif dalam menilai sesuatu. Apakah di Indonesia sendiri tidak ramai dari kasus kejahatan yang serius sampai kita bisa dengan mudah memvonis sebuah bangsa lain kalau semua orangnya jahat?

Islam dan Hak-Hak Wanita

Ajaran islam sangatlah memperhatikan kehidupan kaum wanita. Tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh orang barat bahwasanya ajaran Islam sangat mengekang kaum wanita. Dalam urusan penghidupan, Islam membebankan kewajiban nafkah kaum wanita tehadap ayahnya. Dan jika ia telah menikah, maka kewajiban ini otomatis bergulir kepada suaminya. Mungkin, dikarenakan kurangnya kesadaran para suami akan hal ini, banyak kita jumpai fenomena suami yang menyuruh istrinya bekerja -bahkan sampai jadi PRT di negeri orang- sementara ia sendiri enak-enakan santai dirumah. Hal ini tentu saja sangat menyalahi ajaran Islam yang memerintahkan kaum laki-laki untuk bekerja keras mencari penghidupan bagi anak dan isterinya. Bukan malah sebaliknya.

Tapi bukan berarti wanita dalam Islam tidak boleh bekerja sama sekali. Asalkan pekerjaannya itu Halal dan tidak membawa dirinya kepada suatu kemudharatan, maka tidak masalah ia bekerja.

Khatimah

Dalam suatu kesempatan, mantan Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi, sempat mengkritik pedas masalah pemberangkatan TKW ke Arab Saudi untuk dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, "Sekarang ini di Saudi juga di negara-negara Islam di timur tengah sudah tidak ada lagi negara yang semiskin apapun mengirim TKW pembantu rumah tangga. Itu sudah tidak ada kecuali Indonesia," kata sekjen International Conference of Islamic  Scholars (ICIS) Hasyim Muzadi. Dan faktanya memang begitu. Tidak ada satupun negara miskin di dunia ini yang rela mengirim para wanitanya untuk bekerja sebagai pembantu di negeri orang kecuali Indonesia. Selain karena faktor keselamatan bagi sang TKW yang sangat rawan dari tindak kejahatan, hal ini juga otomatis akan merendahkan harkat dan martabat bangsa pengirim TKW di negeri orang. Hal ini juga lah yang menjadi pertimbangan negara miskin seperti Bangladesh (Bahkan Indonesia jauuuuuuuh lebih kaya dari negara ini) untuk tidak memberangkatkan kaum wanitanya guna bekerja sebagai PRT di negeri orang.

Nampaknya  angka pengangguran yang tinggi, minimnya lapangan pekerjaan di negeri sendiri dan semakin naiknya kebutuhan hidup ditambah ketidaktahuan para TKW tentang ajaran agamanya sendiri yang mengajarkan umatnya untuk tidak membawa dirinya ke dalam suatu bahaya, menjadi akar utama dari segala permasalahan ini. Dan ini merupakan tanggung jawab bersama yang harus di selesaikan oleh rakyat Indonesia, terutama pemerintah.

Dalam sebuah buku yang berjudul "Mengelola Keuangan Keluarga" yang ditulis oleh Safir Senduk, seorang konsultan keuangan keluarga yang cukup terkenal di Jakarta, beliau membahas pada bab 4 bukunya tersebut masalah perlukah seorang istri bekerja guna membantu perekonomian keluarganya? Sedangkan di sisi lain seorang istri juga memiliki tugas untuk merawat dan membesarkan anaknya dengan baik. Safir Senduk mengakhiri uraiannya dengan: ... (Bila salah satu dari Anda bekerja dan pasangan Anda tidak bekerja, padahal ia ingin juga bekerja tanpa meninggalkan anak, cobalah untuk bekerja di rumah. Jangan khawatir bahwa orang yang bekerja di rumah tidak bisa mendapatkan penghasilan sebesar orang yang bekerja di luar rumah. Jenis usaha apapun bisa memberikan penghasilan yang besar, walaupun usaha itu dijalankan dari rumah). Apa yang beliau sampaikan agaknya bisa menjadi jawaban tepat bagi wanita yang ingin bekerja ke Arab Saudi sebagai PRT dikarenakan alasan klasik; ingin membantu kondisi keuangan suaminya...

Oleh: Rahman Hakim
at Muslimah Berbagi ^^

Belenggu Bernama Jilbab

Bismillahirrahmanirrahim…

“Lho, yang penting kan menutup aurat mbak?”. Aku membela diri dari nasehat mbak Nayla.

“Mbak nggak menyalahkan kamu yang katamu sudah menutup aurat. Memang benar auratmu sudah tertutup, tapi aurat yang mana dulu yang tertutup, dik? Yang kamu tutup Cuma rambutmu saja, sedangkan auratmu yang lain kamu biarkan begitu saja.”

“Aurat yang mana lagi sih mbak, liat kan mbak, aku udah pakai celana, baju, kerudung,” jawabku sedikit emosi.

Aku melihat mbak Nayla tersenyum,”Memang benar kamu sudah pakai celana, baju, kerudung, tapi dengan baju dan celana kekecilan seperti itu apa bedanya kamu pakai baju atau nggak pakai baju. Istilahnya, pakai baju tapi telanjang. Iihh..serem lho, dik!”

“Iiihh…mbak Nayla, kok gitu sama aku. Terus aku harus gimana? Pakai baju kayak mbak yang serba kedodoran itu. Idih nggak mau ah, kayak ibu-ibu mau pengajian aja, kuno! Ribet amat ya jadi manusia.”

“Mendingan ribet sekarang, dik, daripada nanti kalau di akhirat?”

Aku langsung meninggalkan mbak Nayla dengan mengomel, namun aku pun menyadari bahwa apa yang dikatakan mbak Nayla tidak lah salah.

***

Sebagian muslimah memang ada yang tidak mengetahui syarat pakaian syari bagi muslimah yaitu menutup aurat, tidak ketat, tidak menerawang dan tidak menyerupai laki-laki. Mereka biasanya termakan trend yang sedang berlangsung seperti saat ini.

Namun ada juga muslimah yang sudah mengetahuinya, tapi enggan menggunakannya, justru muslimah seperti ini lah yang akhirnya memelintirkan arti dari kebaikan memakai jilbab. Alasan mereka enggan menggunakannya banyak, misal: “lebih baik kan, daripada nggak pake sama sekali?” atau “Sedikit-sedikit lah sambil memperbaiki hati dulu” atau “ah ribet pakai jilbab gede, nggak gaul”atau “nunggu hidayah”

Masyaallah…padahal mereka sudah mengetahui tentang kewajiban berjilbab, tapi sayangnya mereka menunda berjilbab dengan alasan-alasan yang bermacam-macam. Bukankah ketika seseorang beriman pada Rabbnya dan Rasul-Nya seharusnya pun dia beriman dengan perintah-perintah-Nya, bukan dengan menundanya sedemikan rupa karena takut jauh dengan kemilau dunia, bukan takut karena Allah Azza Wa Jalla.

Muslimah yang sudah mengetahui kewajiban berjilbab tapi belum juga tergugah untuk melaksanakannya bukankah sudah jauh dikuasai oleh nafsu syetan?

Mereka bilang menunggu hidayah, padahal mereka tahu hidayah tidak hanya ditunggu tapi harus dijemput.

Apakah kita hanya akan menunggu hidayah itu muncul sedangkan maut semakin mendekat?

Mereka bilang masih banyak yang berjilbab tapi sifatnya nggak karuan, padahal mereka tahu bahwa mereka yang berjilbabpun masih bisa melakukan kesalahan. Bagaimana mungkin jilbab membuat mereka suci dari kesalahan, sedangkan jilbab mampu membawa kita menuju gerbang kesucian?

Mereka bilang menunggu hati dulu yang berjilbab, padahal mereka tahu hati tidak mungkin bisa dihijab. 

Bagaimana mungkin hati yang tak tampak dan yang tak ada dalam perintah-Nya harus ditutup dahulu sedangkan fisik yang tampak dan jelas-jelas kita mengetahui kewajibannya enggan untuk ditutupi?

Mereka bilang jilbab hanya sebagai belenggu kebebasan manusia, padahal mereka tahu bahwa jilbab adalah simbol rasa malu. Bagaimana mungkin jilbab menjadi sebuah belenggu sedangkan jilbab membawa pada kebaikan pemakainya?

Sungguh saudariku, tak inginkah kau menjadi wanita yang teristimewa di dunia dan akhirat kelak?

Wallahu a’lam bish shawwab.

#Bukan Muslimah Biasa#