Senin, 21 Februari 2011

Ikuti Budaya Orang Kafir, Maka Akan Seperti Mereka

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang paling agung, yaitu nikmat Islam. Nikmat ini tidak bisa ditandingi oleh nikmat-nikmat yang lain. Dengannya, kita berada di atas petunjuk. Mengamalkannya akan menghantarkan kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia-akhirat.

Karenanya, kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat ini dengan menjaganya dan memohon keteguhan dalam berpegang teguh dengannya hingga kematian menjemput. Karena Allah telah membuat satu adat kebiasaan, bahwa siapa yang hidup di atas sesuatu maka ia akan wafat di atasnya, dan siapa yang mati di atas sesuatu maka ia akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat itu. “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102) Janganlah ada kesengajaan berpaling dari Islam, karena akan membuat rugi dunia-akhirat.

Sesungguhnya musuh-musuh Islam senantiasa berusaha merusak nikmat yang agung ini dengan berbagai cara dan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. Al-Taubah: 32)

Mereka hendak menjadikan kaum muslimin kafir, sebagaimana mereka telah kafir. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. Al-Nisa’: 89)

Usaha mereka untuk menghancurkan Islam tersebut sudah dimulai sejak era Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu era Khulafa’ rasyidin, dan dilanjutkan pada era-era sesudahnya hingga zaman kita sekarang. Senjata yang mereka gunakan sangat beragam seperti ekonomi, budaya, atau kekuatan militer, dan yang lainnya. Namun tujuannya yang mereka inginkan sama, yaitu menghancurkan Islam dan memurtadkan kaum muslimin darinya.

Kesimpulan ini bukan tanpa alasan atau tuduhan yang tidak berdasar. Tapi, dengan kabar berita dan peringatan yang telah Allah sampaikan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan Kabar tersebut menyebutkan, kelompok yang ingin merusak Islam bukan dari satu kelompok saja, tapi juga dari kalangan musyrikin, Yahudi, Nasrani, Atheis, dan dari kaum munafikin.

Allah berfirman tentang permusuhan kaum musyrikin,
وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217)

Allah menerangkan tentang permusuhan Yahudi dan Nasrani terhadap kaum muslimin,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah; 120)

Yahudi dan Nasrani berusaha untuk mengajak kaum muslimin untuk mengikuti ajaran mereka (di antaranya adalah budaya dan tradisi mereka), dan berusaha mempropagandakannya kepada umat Islam.
وَقَالُوا كُونُوا هُوداً أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik".” (QS. Al-Baqarah: 135)

Allah juga menyingkap permusuhan kaum munafikin kepada Islam dan kaum muslimin,
فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا أَتُرِيدُونَ أَنْ تَهْدُوا مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلاً
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (QS. Al-Nisa’: 88)

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاء
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. Al-Nisa’: 89)

Allah menjelaskan secara umum tentang tabiat orang-orang kafir dan memperingatkan kaum mukminin akan tipu daya mereka,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ () بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.” (QS. Ali Imran: 149-150)

Penjelasan di atas merupakan kesaksian Allah atas musuh-musuh Islam terhadap tujuan dan keinginan mereka untuk menyesatkan kaum muslimin dan menghalangi mereka dari agamanya, supaya umat Islam sepakat dengan kekafiran mereka. kesaksian ini untuk menyelamatkan kaum muslimin dari tipu daya dan niat buruk musuh-musuh mereka. “Allah menerangkan (semua ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Nisa’: 176)

Pada zaman sekarang, banyak manusia tertipu dengan propaganda dan bujukan kaum kuffar. Banyak kaum muslimin yang terpukau dengan kemewahan dan kemajuan yang dimiliki orang-orang kafir. Sehingga tidak sedikit umat Islam yang membebek, meniru, dan menjalin kasih sayang dengan orang-orang yang dimurkai Allah Ta’ala. Padahal Allah telah memperingatkan,
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. Al-Taubah: 55)

Sedangkan siapa yang menjalin kasih sayang dengan orang kafir, bukan bagian dari orang beriman. Allah Ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَه وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Namun dalam realita, kita dapatkan banyak tokoh dan pemimpin yang beragama Islam mengucapkan selamat kepada kaum kuffar atas hari raya mereka. Padahal hal ini, -sebagaimana yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah- termasuk perbuatan yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam jika dia ridha dengan kekafiran mereka. Atau yang lebih rendah dari itu, dia telah melakukan perbuatan haram (dosa besar) karena memberi selamat kepada orang yang bermaksiat. Bahkan dosa mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir itu lebih besar dosanya daripada mengucapkan selamat meminum arak, membunuh, dan melakukan zina.

Seharusnya keridhaan seorang muslim dan kebenciaannya mengikuti keridhaan Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan Allah tidak meridhai kekufuran, maka seharusnya dia juga tidak menunjukkan keridhaan terhadap kekufuran tersebut dan juga syi’ar-syi’arnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Al-Zumar: 7)

Salah satu dari budaya kafir yang banyak digandrungi umat Islam, khususnya dari kalangan remaja adalah Hari Valentin. Yakni sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya –pada awalnya ini hanya berlaku di Dunia Barat-. Hari ini dirayakan setiap tanggal 14 Februari.

Sesungguhnya hari perayaan kasih sayang ini merupakan bagian dari hari raya Katolik Roma. Bahkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa hari valentine merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal. Karenanya tidak diragukan lagi akan haramnya ikut-ikutan merayakan hari Valentin dengan mengungkapkan ucapan cinta dan memberikan hadiah, walaupun itu dilakukan sepasang suami istri. Apalagi kalau hal tersebut dikerjakan oleh mereka yang belum terikat status suami istri.

Dalam tulisan yang diposting voa-islam.com telah disebutkan tentang hukum merayakan Valentine's Day. Perayaan itu merupakan budaya orang kafir, yang kita (umat Islam) dilarang untuk mengambilnya. Kita dilarang menyerupai budaya yang lahir dari peradaban kaum kafir yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Sungguh, ikut merayakan hari valentin adalah tindakan haram dan tercela.
Sesungguhnya mengekor terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka senang dan dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmizi. Imam Shan’ani dalam Subul al-salam mengungkapkan, hadits ini memiliki banyak penguat sehingga mengeluarkannya dari kedhaifannya).

Tentang makna hadits ini, ada dua ulasan yang mashur dari banyak ulama. Makna pertama, bahwa siapa yang menyerupai orang kafir dalam dzahirnya, maka akan bisa menyebabkan keserupaan dalam batinnya, yakni dalam akidah dan keyakinan. Maknanya, siapa yang menyerupai orang kafir secara dzahir maka perbuatan itu akan membimbingnya untuk menyerupai orang kafir secara batin, lalu ia menjadi kafir sebagaimana mereka. Dan kita berlindung kepada Allah dari menjadi golongan mereka.

Makna kedua, siapa yang menyerupai orang kafir secara dzahir, maka ia bagian dari mereka dalam hal yang ia lakukan itu, bukan pada yang selainnya. Jika yang ditiru adalah kekufuran maka ia menjadi kufur, jika maksiat maka dosanya adalah maksiat.   Namun, ‘ala kulli hall seorang muslim sama sekali tidak boleh sengaja dan ridha untuk menyerupai orang-orang kafir dalam kesesatan mereka. wallahu Ta’ala a’lam. 

( PurWD/voa-islam.com )

0 komentar:

Posting Komentar