Jumat, 01 April 2011

Hukum Senda Gurau

Setiap orang tidak terlepas dari masa lalunya masing-masing. Masa lalu seseorang hendaknya tidak menjadi rantai pengikat kaki-kaki mereka menuju jalan yang terang di karena cahaya Islam yang telah ia nyalakan dalam hatinya. Masa lalu seseorang bukan sebuah beban, masa lalu seseorang layaknya pelajaran yang harus ditempuh seseorang seperti anak-anak sekolah. Masa lalu bisa menjadi palajaran yang sangat berharga, diambil hikmahnya, dan jangan sampai mengulanginya kembali di masa akan datang bagi hamba dengan niat taubat.

Apa hubungan masa lalu dengan sendau gurau? Senda gurau mungkin ibarat makanan sehari-hari bagi sebagian orang, terutama mereka yang suka humor/ humoris. Tidak jarang senda gurau yang mereka lontarkan menyentuh hal-hal yang tidak baik, tetapi sekali lagi mereka tetap mendapatkan tawa dari semua itu, entah apapun bahan senda gurau. Mungkin saja tidak perlu masa lalu, kemarin, tadi, barusan atau bahkan sekarang sendau gurau itu menghiasi hidup kita, mengenyangkan pikiran kita, artinya kita tidak lepas dari senda gurau dalam keseharian kita.

Senda gurau bisa berakibat fatal. Hubungan persaudaraan dapat renggang gara-gara senda gurau, pikiran seseorang tercampur hal-hal kotor karena sendau gurau, bukankah hal ini tidak diinginkan? Sementara itu sebagian kita masih senang senda gurau, apakah mereka menginginkan kefatalan di atas? atau apa sebenarnya yang tujuan lain senda gurau? tawa?

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ” Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai serta paling dekat denganku pada hari kiamat nanti adalah orang yang paling bagus akhlaknya. Sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian serta paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang yang cerewet, bermulut besar dan mutafaiqihun. ” Para sahabat bertanya, ” Wahai Rasulullah, kami sudah tahu apa itu cerewet dan bermulut besar, tapi apakah itu mutafaiqihun?” Beliau menjawab, ” Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Tirmidzi, dalam Kitabbul birr wash shilah dari hadis Jabbir bin Abdillah, no. 2018)

Jika seorang muslim menyatukan keseriusan yang ia jalani dengan ruh senda gurau, ucapan manis dan mengundang senyum serta pilihan hikmah, dia mampu meraih hati semua orang dengan daya tarik perkataannya dan memikat jiwa setiap orang dengan cara bergaulnya yang lembut dan candanya yang tidak mengurangi wibawanya.

Senda gurau yang lepas dari perkataan dan perbuatan terlarang yang memperkeruh kejernihan hati adalah dianjurkan. Ini adalah akhlak mulia yang dianjurkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. 

Lalu bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberi contoh dalam senda gurau yang mampu memikat jiwa tanpa mengurangi wibawanya? Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melakukan senda gurau untuk sebuah maslahat, yaitu menyenangkan hati lawan bicara dan beramah tamah dengannya. Sesungguhnya aku juga bercanda namun aku tidak berkata kecuali yang benar.” (HR. Ath-Thabrani dalam Ash-Shaghir, hadist no. 779)

0 komentar:

Posting Komentar