Jumat, 01 April 2011

Ya’juj & Ma’juj, Sudah Munculkah…..?

Dalam Shahih Muslim, dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an yang sangat panjang: “Bahwa Ya’juj dan Ma’juj, ketika Isa bin Maryam membunuh Dajjal, maka Allah berfirman kepadanya : “Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, di mana tidak ada kekuatan kedua tangan seorang pun yang mampu memerangi mereka (Ya’juj dan Ma’juj), maka lindungilah hamba-hamba-Ku di bukit Thur, mereka akan keluar melewati danau Thabariyyah, “Kelompok pertama dari mereka (Ya’juj dan Ma’juj) melewati danau Thabariyyah, lantas meminum air yang ada di dalamnya. Kemudian orang-orang terakhir dari mereka melalui danau tersebut, lantas mengatakan: “Dulu tempat ini pernah merupakan mata air”. Kemudian mereka menembakkan anak-anak panah nya ke langit, lantas Allah mengembalikan anak panah kepada mereka ke bumi dalam keadaan berlumuran darah”. Mereka pun berkata: “Kita telah mengalahkan semua yang ada di muka bumi dan mengalahkan penduduk langit.”

Diriwayatkan dengan shahih pula dalam Shahihain (yakni Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) dari Nabi Sholallahu alaihi wa salam bahwa pada suatu hari, beliau pernah bersabda:

“Celakalah orang-orang Arab karena keburukan yang telah dekat. Hari ini, dinding Ya’juj dan Ma’juj telah dibuka seperti ini”, seraya beliau melingkarkan ibu jari dengan jari setelahnya.

Hadits ini adalah dalil yang sangat jelas lagi shahih, bahwa sejak hari itu, yakni di mana Nabi Sholallahu alaihi wa salam mengucapkan sabdanya tersebut, telah ada beberapa sebab yang menjadikan Ya’juj dan Ma’juj bisa keluar. Sebab-sebab tersebut seiring berjalannya waktu menjadi semakin kuat. Sama saja, apakah maknanya seperti yang dimisalkan oleh Nabi Sholallahu alaihi wa salam dengan tujuan untuk mendekatkan hakikat sebenarnya kepada nalar pikiran, dan bahwa mereka telah mulai berusaha untuk keluar dan bergerak cepat di bumi, atau bahwa dinding Ya’juj dan Ma’juj telah terbuka pada waktu itu sebesar ukuran tersebut. Kemudian senantiasa akan semakin bertambah lebar, hingga roboh dan hancur luluh.
Jika ada seseorang yang bertanya, “Kenapa manusia tidak melihat dinding tersebut rata dengan tanah? Jawaban tentang permasalahan ini telah dijelaskan sebelumnya. Dan hendaknya dijawab pula : Jika sejak zaman Nabi sholallahu alaihi wa salam, dinding tersebut telah terbuka sebesar ukuran tertentu, dan kalau bukan karena sabda Nabi sholallahu alaihi wa salam tentu kaum muslimin tidak akan mengetahui tentang terbukanya, yakni dengan sabda beliau : 

“Celakalah orang-orang Arab karena keburukan yang telah dekat.”

Kemudian beliau mengkabarkan ukuran terbukanya dinding tersebut. Dalam hal ini terkandung dalil yang amat gamblang bahwa dinding tersebut telah terbuka sebagiannya, dan dalam waktu yang dekat akan terbuka semuanya, lalu mereka akan keluar di tengah-tengah manusia. Juga dalam hadits itu diterangkan ciri yang sangat gamblang sekali, yang tidak diragukan lagi oleh siapa saja yang mengetahui realita. Sesungguhnya Nabi sholallahu alaihi wa salam telah mengingatkan orang-orang Arab tentang keburukan yang telah dekat, yang dilakukan oleh Ya’juj dan Ma’juj. Maka barangsiapa mengetahui kondisi bangsa Arab dan agama Islam, bagaimana kemenangan-kemenangan Islam meluas baik di timur dan barat, dan bagaimana bangsa Arab dapat memperoleh Izzah (kemuliaan) dengan Islam dan tersebar luas, di mana hal ini belum pernah diketahui oleh selain mereka. Kemudian bagaimana umat-umat lain akan mengerumuni mereka (kaum muslimin) sebagaimana orang-orang yang lapar mengerumuni makanan di atas sebuah piring besar, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasul yang selalu benar dan dibenarkan (yakni Rasululullah sholallahu alaihi wa salam).Selanjutnya, bagaimana setelah itu Islam menjadi surut dan kemuliaan bangsa Arab terhadap kerajaan-kerajaan Islam tersebut menjadi lenyap. Dan bagaimana mereka mengalami kehancuran dan kerusakan yang sangat besar, sedikit demi sedikit, sampai terjadilah penghancuran yang amat dahsyat oleh bangsa Tartar, yang mana mereka adalah dari jenis Ya’juj dan Ma’juj dan dari satu tempat tinggal dengan mereka, sebagaimana dijelaskan oleh ahli sejarah. Diantara mereka adalah Ibnu Katsir Rohimahullah. 

0 komentar:

Posting Komentar