Jumat, 15 April 2011

Islam Muliakan Engkau Sebagai Muslimah

Saat ini, sudahkah kita menyadari, betapa beruntungnya kita ditakdirkan sebagai seorang muslimah? Pernahkah kita membayangkan andai saja kita dilahirkan oleh keluarga non muslim, dan memegang keyakinan yang salah hingga akhir hidup kita? Atau, mungkin kita pernah menyesal menjadi seorang muslimah?

Bukan tidak mungkin, pemikiran kebanyakan muslimah sudah mulai tercekoki ide-ide Barat. Dimana mereka gandrung kebebasan yang kebablasan. Betapa perempuan disibukkan dengan urusan kesetaraan gender, yang sesungguhnya kedudukannya sangat dimuliakan dalam Islam.

Karenanya, tidak ada salahnya kita kembali merenungi akan eksistensi kita sebagai perempuan. Tidakkah kita menyadari, Islam datang ketika sebagian manusia mengingkari eksistensi kemanusiaan perempuan itu sendiri. Sebagian bersikap skeptis, sedang sebagian lagi mengakui sebatas persepsi perempuan sebagai makhluk pelengkap yang diciptakan untuk melayani laki-laki. Bahkan, ada pernyataan yang mengungkapkan bahwa perempuan diciptakan sebagai makhluk penggoda laki-laki, sebagaimana peristiwa yang dahulu menimpa Nabi Adam as dan Hawa.

Tentu saja ini adalah ungkapan yang tidak proporsional...

Allah SWT berfirman :
“Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu syurga ini dan makanlah makanan yang banyak lagi baik dimana saja kamu sukai dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula“ (QS Al Baqarah : 35-36)

Nah, jelas bukan, ayat tersebut menyiratkan bahwa yang menggoda Adam dan Hawa sehingga memakan pohon yang dilarang oleh Allah SWT adalah syetan. (Hal ini juga terdapat dalam perjanjian lama). Inisiatif untuk memakan pohon tersebut datang dari mereka berdua, terbukti setelah melakukan perbuatan tersebut keduanya menyesal dan melakukan taubat bersama.

 “Dan sungguh kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu) dan kami tidak mendapati padanya kemauan yang kuat “ ( QS Thaha : 115)

“Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata : hai Adam maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa (QS Thaha : 123).

Dari beberapa ayat tadi bisa kita simpulkan bahwa pada prinsipnya kesalahan itu dilakukan oleh Adam, yang kemudian ada keterlibatan Hawa. Namun terlepas dari itu semua, dalam ketentuan yang Allah tetapkan bahwa seseorang akan mendapat balasan masing-masing dari apa yang dilakukannya dan tidak dapat dilimpahkan pada generasi-generasi setelahnya.

Selanjutnya, ada hal yang prinsip harus kita pahami. Islam sungguh telah menetapkan kemuliaan perempuan dan mempertegas jatidiri kemanusiaannya. Perempuan berhak mendapatkan taklif, tanggung jawab, balasan, sekaligus sangat berhak mendapatkan syurga.

Bagaimana Islam menjelaskan hal ini...

• Berdasarkan nash yang shahih, amal perbuatan manusia baik laki-laki maupun perempuan tidak akan sia-sia dihadapan Allah. “Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shalih baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka itu masuk syurga dan mereka tidak akan dianiaya sedikitpun“. (Qs An Nisa : 4)

Jelas sekali bukan, Allah SWT memberikan penghargaan bagi perempuan setara dengan laki-laki yang disesuaikan pula dengan kualitas amal masing-masing.

• Islam menetapkan bagi perempuan hak kepemilikan dan hak penggunaannya.
• Islam menetapkan bagi perempuan hak pembelaan terhadap hartanya, seperti pembelaan terhadap dirinya.
• Perempuan dituntut mengerjakan tugas-tugas kemasyarakatan
• Perempuan diberi hak untuk memberikan perlindungan kepada siapa saja yang meminta perlindungannya.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan Ummu Hani binti Abu Thalib pada peristiwa futuh Mekkah. Pada saat ia memberikan perlindungan kepada sebagian orang-orang musyrik di rumahnya, tiba-tiba ada seseorang yang hendak membunuhnya. Peristiwa ini kemudian diadukan kepada Nabi saw : ”Wahai Rasululullah, anak ibuku (keponakanku) mengatakan bahwa ia boleh membunuh orang yang telah saya beri perlindungan kepadanya, yaitu Fulah bin Hubairah. Nabi saw berkata : Sesungguhnya kami telah memberi perlindungan kepada orang yang engkau beri perlindungan, wahai Ummu Hani ( Muttafaq ’Alaih )

Nah, jika demikian adanya, adakah yang pantas kita sesalkan menjalani peran sebagai seorang muslimah?

0 komentar:

Posting Komentar