Sabtu, 09 April 2011

Jangan Menyingkat Sembarangan

Bismillah,

Belakangan ini, saya melihat ada satu trend di kalangan pengguna internet, entah itu twitter, plurk, facebook, ataupun aplikasi media sosial lainnya, yg menurut saya menjurus ke hal yg kurang baik. Menjurus ke kurang baik, karena dampaknya yg terkesan menyepelekan agama (Islam).

Trend tersebut adalah menyingkat beberapa istilah:
- masya ALLOH menjadi masaolo, mataolo, matolo, masolo atau sejenisnya
- astaghfirullah menjadi astapilo
- astaghfirullah al adzim menjadi astajim
- assalamu’alaykum menjadi ass
- singkatan2 lainnya

Menurut saya, jika memang tidak niat utk menuliskan secara benar, lebih baik tidak usah menyingkat istilah2 tersebut yg pada akhirnya malah berkesan guyonan dan olok2 semata. Apalagi penyingkatan salam, dari assalamu’alaykum menjadi ass, menurut hemat saya, sangatlah tidak beradab! Sebuah doa (yg begitu indah) tiba2 dirusak menjadi sebuah kata yg menunjukkan bagian tubuh yg kurang sopan. Bayangkan saja, “Salam sejahtera” berubah menjadi “pantat”, apa pantas?

Menyingkat suatu istilah hendaknya diupayakan ’sedekat’ mungkin makna ataupun tulisannya. Penulisan aslkm atau salaam itu lebih baik.

Saya pernah baca, masih ada perdebatan utk penulisan SAW, SWT, RA. Ada ulama yg MEWAJIBKAN menuliskan secara utuh. Dengan kata lain ALLOH SWT mesti ditulis sebagai ALLOH SUBHANALLOHUWATA’ALA, ataupun Rasululloh SAW menjadi Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saya sendiri berasumsi bahwa SAW, SWT, dan RA sebenarnya sudah dimengerti maknanya. Seperti halnya jika kita menulis Bdg, Jkt, Sby, maka kita akan langsung mengerti bahwa yg dimaksud dari tulisan itu adalah Bandung, Jakarta, dan Surabaya. 

Hanya saja, terus terang, saya belum menemukan rujukan yg shahih mengenai dibolehkannya penyingkatan tulisan SAW, SWT, dan RA. Sementara, jika saya melihat beberapa hadits (yg ditulis dalam bahasa Arab) hampir semuanya menuliskan SAW secara lengkap.

0 komentar:

Posting Komentar