Kamis, 26 Mei 2011

Masjid Ramah Untuk Si Kecilku...

anak_kecil_shalat 
Anak lelaki itu memang spesial
Setiap kali terdengar azan
Sekujur tubuhnya reflek bangkit dari keasyikannya
Segera ia cari ayahnya,
"Ke mesjid, Ayah! Ayooo..!!"

Tak jarang ia terlonjak bangun dari mimpi tidur siangnya,
berteriak sambil sempoyongan mengumpulkan nyawa,
kala mendengar deru motor ayahnya menyala di sela-sela panggilan azan Ashar.
Setengah menangis ia memohon agar tidak ditinggal
Terburu-buru ia ke kamar mandi untuk buang air kecil dan berwudhu
Memohon agar ada yang membantunya memakaikan celana dengan cepat,
mencarikan peci kupluknya yang mungil dan memakaikannya
"Wuuzzz...", ia langsung melesat duduk di jok depan motor dan melaju bersama ayahnya.
Pemandangan yang sungguh indah.
Ya, Rabb, semoga Engkau senantiasa memelihara kecintaannya kepada masjid sampai akhir hayatnya.

Ia tahu jika hujan maka diperbolehkan tidak berangkat ke masjid.
Atau jika gerimis rintik-rintik tidak mengapa ia tinggal di rumah dan membiarkan sang ayah pergi ke masjid sendirian
Aku menyaksikan ia khusyuk berjamaah sholat tarawih di rumah bersama sang ayah kala hujan mengguyur rumah
Tidak ia tinggalkan satu rakaat pun
Gerakan sholatnya mulai mendekati benar
Dengan semangat ia bangkit dari duduk setelah salam dan kembali bertakbir
Suara lembutnya meneriakkan, "Aamiin," setelah Al-Fatihah
Berulang-ulang kusaksikan
Sungguh menggetarkan ... Ya, Allah, semoga Engkau senantiasa memelihara shalatnya.

Sang anak kecil ikut tarawih di masjid
Setiap kali pulang, aku selalu menanyakan kepadanya, "Senangkah shalat di masjid?"
Ia bercerita sambil mengulang gerakan sholat dan doanya
Dari ekspresi keceriaannya tergambar kalau dia sungguh bahagia bahkan ketagihan
Ayahnya pun bercerita kalau sesekali anak kecil tersebut mendapat pujian dari jamaah lain karena mengikuti sholat dengan baik.

Hingga tiba suatu hari,
sepulang dari shalat magrib di masjid,
sang ayah masuk rumah dengan gontai sambil termenung
Si kecil tetap dengan ekspresi bahagianya sambil berjingkrak-jingkrak.
Hmm, tidak seperti biasanya sang ayah begitu,
Aku khawatir ada kabar buruk...
"Fatih gak boleh ke masjid lagi..."
Oh, sungguh kabar yang sangat buruk sekali.
Ternyata ada kalanya Fatih berlarian di depan jemaah yang sedang sembahyang.
Keberadaan si kecil di masjid ternyata mengganggu kekhusyukan jamaah lain (yang merasa terganggu)
Sang ayah dan bunda mencoba menasihati si kecil
agar tidak berlarian ketika shalat berlangsung
Ia pun hanya mengangguk-angguk sambil mengiyakan...
Ya, Allah, dia hanya seorang anak kecil yang senang berada di rumah-Mu
Entah dia mengerti atau tidak atas nasehat kami
Tapi hati kami sungguh tertusuk, ingin membiasakan buah hati agar mencintai masjid,
tapi terbentur kendala ini.

Tak berani membayangkan jika harus melarang keinginan si kecil untuk ke masjid.
Kami terlibat diskusi yang mengernyitkan hati.
Jika buah hati tidak menginjak masjid lagi, akankah Allah tetap memelihara ghirahnya?

Azan Isya berkumandang,
aku memandang sang ayah menantikan keputusannya,
"Fatih, di rumah aja, yah, sholat sama Bunda. Ayah aja yang ke masjid..."
"Hujan, ya?" si kecil berprasangka baik atas permohonan sang ayah.
Kami tidak menjawab pertanyaannya karena malam itu cerah, bulan bintang bersinar terang.
Tapi kami biarkan ia dengan prasangka baiknya agar tidak menangis.

Malam itu, hanya si kecil dan bunda yang berjamaah di rumah.
Bersyukur ia tidak menangis kencang.
Kali ini berhasil, tapi bagaimana berikutnya?

Tak lama, sang ayah pulang dari masjid.
Beliau hanya berjamaah shalat isya di masjid.
Kepulangannya disambut bahagia putra tercintanya
"Yuk, shalat ma ayah!", ajak beliau.
Si kecil menerima ajakan itu dengan bahagia.
Mereka menuntaskan shalat tarawih berjamaahnya di rumah.
Alhamdulillah,... sang ayah benar-benar tidak ingin semangat putranya untuk sholat berjamaah luntur.

Matahari bergulir, terbenam dan terbit begitu cepatnya.
Azan dhuhur berkumandang.
Seperti biasa si kecil mengajak ayahnya ke masjid.
Ia merasa semua baik-baik saja.
Ia tidak tahu kalau kehadirannya tidak diinginkan di masjid.
Kami saling berpandangan,
dengan berat hati sang ayah memintanya untuk tinggal di rumah.
Tangis pun membuncah.
Mungkin ia bertanya, "Kenapa, Ayah? Kok, Fatih gak boleh ke masjid? Kan, gak hujan?"
Tak tega, sang ayah pun menggendongnya, "Yuk, ikut!"
Aku terhenyak? Apa beliau tidak takut ditegur oleh pengurus masjid... lagi?

Satu jam berlalu,
waktu yang sangat lama untuk shalat berjamaah di masjid
Apakah sang ayah sedang ditaushiyahi? bernegosiasi?
Ya, Allah, berikanlah jalan keluar bagi kedua orang tua yang berharap anaknya menjadi shaleh...
Sungguh, kami tidak ingin dia jauh dari rumah-Mu.

Deru motor terdengar.
Mereka berdua tampak ceria.
"Alhamdulillah, Dik, ketemu juga masjid yang mau nerima Fatih!
Di sana banyak anak-anaknya. Mereka mengizinkan Fatih untuk sholat di sana!"

Alhamdulillah, aku bersujud syukur. Allah masih menyayangi hamba-Nya yang ingin dekat kepada-Nya.
Iya, jantung hatiku, kau masih bisa ke masjid dan shalat berjamaah di sana, dengan teman-teman yang baru.
Tapi, jangan berlarian, ya, ketika sedang sholat...

Oh, bumi Allah terasa begitu luas.
Masih ada tempat bagi buah hatiku untuk ikut shalat berjamaah.
Selama masih ada masjid yang berdiri di muka bumi, kami tidak akan khawatir kau akan kehilangan kesempatan untuk berjamaah di masjid.
Semoga kelak kau menjadi anak shaleh ya, Nak, agar bisa menyelamatkan kedua orangtuamu ini dari jilatan api neraka. Semoga kita semua dipersatukan di jannah-Nya nanti. Aamiin ya Rabbal 'Alamiin..



Semoga putraku termasuk di dalamnya Ya Allah.....
Jagalah selalu ia dalam iman dan takwa kepada-Mu..
Amin ya Rabbal 'alamin.....

0 komentar:

Posting Komentar