Jumat, 17 Juni 2011

KETIKA MAGHFIRA BERTANYA NABI MUSA (1)

Ada seorang gadis kecil bernama maghfira. Ibunya sering mendongengkan kisah para nabi mulia. Diantara nabi yang dikisahkan, nabi Musa adalah yang paling sering dimintanya untuk diceritakan ulang. Kadang-kadang ibunya berpikir apa tidak bosan ya? Waktu pun berlalu. Maghfira yang dulu berumur 5 tahun sekarang menjadi gadis remaja kecil yang berusia 10 tahun. Hal yang menakjubkan, dari rentang waktu yang lima tahun, tokoh nabi yang paling sering ia sebut dan ia hapal adalah nabi Musa a.s .Maha gagahlah yang mencipakan kegagahan Musa hingga membuat Maghfira jatuh hati kepada Nabi Musa a.s ini.

Namun apa yang terjadi dengan maghfira ini, apa benar iajatuh cinta kepada nabi Musa sehingga membuat ibunya mengulang cerita yang sama? Rupanya,otak maghfira yang mempunyaikeingintahuan besar ini, sedang terjadi sebuah peristiwa dahsyat bagaikan sebuah adegan opera yang menakjubkan dan membelalakkan mata para penontonnya!

Bayangkannlah, didalam otak maghfira atau otau otak setiap anak ada sebuah mekanisme kerja ajaib. Apa yang terjadi ketika ia menyukai sebia ceria, peristiwa atau kegiatan? Apasaja yang membuat mulutnya minta diulang, yang sebenarnya otak itulah yang meminta? Jawabannya, saat itu otak sedang melakukan kegiatan rahasia yang tidak tampak oleh matamanusia kecuali para penelii otak yang berjasa dan sebagian kita telah mengetahuinya. Otak meminta untuk terus mengulang—ulangnya agar terjadi proses penebalan nformasi. Itulah sebuah kerja tanpa henti yang mencapai puncak pada usia 7 tahun. Hal ini terjadi berulang antara neuron yang satu dengan yang lain, yang jumlah semuanya semula miliarran neuron mwnjelma menjadi sekitar serunu triliun sambungan sinaptik yang merupakan jaringan hubungan yang sophisticated!

Bayangkannlah ciptaan Allah yang ukurannya kurang lebih hanya sebesar sebuah titik di akhir kalimat yang dibagi seratus itu ternyata berperan amat menentukan dalam proses pembelajaran otak. Keajaiban tersebut terdeteksi lebih dahsyat lagi bila dilihat pada level interneuron/glial (tingkat sel yang lebih kecil dari neuron) yang mengadakan konksi persambungan hingga mencapai sepuluh kali lipat sambungan neuron, yang berarti seribu miliar glial. Ternyata, semua itu merupakan bekal semua kecerdasan. Allahu Akbar!

Saying kita kerap kali tidak melihat kerja besar itu. Ketika kita tidak sabar menghadapi pertanyaan; ketika kta sempat menyayang, mengusap atau membelai;  ketika kita sering memaeahi berlebihan; ketika kita abai dan mendiamkan; ketika guru dan kita tidak mau belajar untuk mengajar dengan cara yang atraktif dan menyenangkan; ketika kita asik bekerja seharian di kantor; dan ketika kembali ke rumah kia hanya menyapa basa basi  anak kita dan tidak menunujkkan kerinduan kepadanya, padahal pada saat seperti itu sel-sel syaraf bernama neuron dan glial tidak mendapat stimulan dan kasih saying. Dengan demikian ia akan gagal membuat sambungan-sambungan hubungan, hangus terbakar, bahkan layu sebelum berkembang. Itulah yang kemudian membekali seorang anak menjadi anak yang “nakal”, “bodoh”,  “suka membangkang”, “malas”,atau “pas-pasan”.

Memahami kebesaran Allah ini, si ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Suatu hari,ia berduaan saja dengan Maghfira. Saat itu sulung, dan bungsu sedang dijamu oleh nenek mereka selama dua hari. Berduaan bersama seorang anak bagi ibu yang banyak beraktifitas adalah kesempatan emas. Ia amat bersyukur telah menyadari itu. Saat emas bersamaan anak itu disebut GO atau the golden opportunity oleh para pendidik.

Kata para pencinta pendidikan, waktu dan ruang untuk bisa sesering mungkin untuk berduaan dengan setiap anak secara bergantian untuk membangun hubungan yang paling dekat, paling personal, paling mengesankan harus diciptakan. Itulah kelak akan menjadi bekal yang sangat berharga dalam keserasian hubungan mereka dan juga menjadi bekal yang mengantar kesuksesan anak pada masa datang. Subhanallah, ya!

Sumber: catatan bunda Neno Warisman

0 komentar:

Posting Komentar